Gerakan non blok (gnb) hal yang menjadi dasar bagi indonesia adalah ….

Ilustrasi peran Indonesia dalam GNB. Foto: Unsplash.com

Apa peran Indonesia dalam GNB? Sebagai negara yang menjalankan politik luar negeri bebas-aktif, kontribusi tersebut tergolong penting. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang memelopori gerakan ini.

Salah satu keikutsertaan Indonesia dalam ranah politik luar negeri terwujud dalam Gerakan Non-Blok. Lantas, apa yang dimaksud dengan Gerakan Non-Blok? Lalu bagaimana sejarah gerakan non-blok dan apa saja peran Indonesia dalam GNB? Sebelum itu, simak latar belakang berdirinya GNB dan informasi lainnya di bawah ini terlebih dahulu.

Latar Belakang Berdirinya GNB

Mengutip dari buku 99% Sukses Menghadapi Ulangan Harian SD/MI Kelas 6 yang disusun oleh Tim Guru Eduka, Gerakan Non-Blok dibentuk karena dunia terbagi menjadi dua blok, yaitu blok barat yang menganut paham liberal dan blok timur yang berpaham komunis.

Pra-GNB terbentuk, ide tersebut sudah ada lima tahun sebelumnya. Saat itu, Presiden Soekarno mengadakan pertemuan dan mengundang para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika yang baru merdeka ke Bandung, Jawa Barat.

Pertemuan tersebut melahirkan sebuah gagasan yang disebut dasasila. Ide ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya ide GNB. Pertemuan ini dikenal sebagai Konferensi Asia-Afrika (KAA).

Gerakan ini diprakarsai oleh lima tokoh dari tiap-tiap negara, yakni Ir. Soekarno (Presiden Indonesia), Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Gamal Abdel Nasser (Presiden Mesir), Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana).

Adapun blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat, sementara blok timur dipimpin oleh Uni Soviet. Gerakan Non-Blok memiliki lima prinsip, di antaranya:

  1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.

  2. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain.

  3. Kesetaraan dan keuntungan bersama.

Ilustrasi Gerakan Non-Blok Foto: Unsplash.com

Gerakan Non-Blok bermula dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika pada 1955. Menurut sumber yang sama di atas, tujuan Gerakan Non-Blok antara lain sebagai berikut:

  1. Mengembangkan solidaritas antarnegara berkembang untuk mencapai kebersamaan, kemakmuran, dan kemerdekaan.

  2. Meredakan ketegangan dunia akibat munculnya perseteruan antara blok barat dengan blok timur.

Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir 1960-an karena terpecahnya negara anggota yang memutuskan untuk bergabung bersama blok lain. Gerakan Non-Blok sepenuhnya terpecah pada akhir 1979, ketika terjadi invasi Soviet terhadap Afganistan.

Kemudian, berdasarkan Tim Presiden Eduka dalam buku Best Score Tes CPNS 2021, tujuan Gerakan Non-Blok selengkapnya adalah sebagai berikut:

  • Turut meredakan ketegangan dunia lantaran perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam Perang Dingin.

  • Menggalang persatuan dan kerja sama dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi.

  • Membendung pengaruh negatif dari Blok Barat atau Blok Timur ke negara-negara anggota Gerakan Non-Blok.

  • Membantu bangsa-bangsa yang terjajah agar mendapatkan kemerdekaannya.

Ilustrasi bendera-bendera negara di dunia. Foto: Unsplash.com

Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok

Lalu, bagaimana peran Indonesia dalam GNB? Dalam buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII oleh Abdurrakhman dan Arif Pradono, peran Indonesia dalam GNB antara lain sebagai berikut:

  1. Indonesia merupakan salah satu negara yang memprakarsai pembentukan Gerakan Non-Blok.

  2. Indonesia menjadi tuan rumah dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok di Jakarta pada 1992.

  3. Indonesia turut meredakan ketegangan yang terjadi di kawasan bekas Yugoslavia pada 1991.

  4. Indonesia pernah menjadi Ketua Gerakan Non-Blok di pada 1992. Melalui kedudukannya, Indonesia berupaya menyelesaikan masalah utang luar negeri yang dialami oleh negara-negara berkembang miskin secara terpadu, berkesinambungan, dan komprehensif.

  5. Indonesia bekerja sama dengan Brunei Darussalam mendirikan Pusat Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan GNB di Jakarta untuk memperkuat hubungan antarnegara anggota. Program tersebut difokuskan untuk mengentaskan kemiskinan, memajukan usaha kecil dan menengah, serta menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

Peran Lain Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia

Ilustrasi keterlibatan Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia. Sumber foto: Unsplash

1. Konferensi Asia-Afrika

Indonesia berkontribusi pada Konferensi Asia-Afrika. Dalam hal ini, Indonesia menjadi salah satu pionir terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika.

Tujuan diadakannya konferensi ini adalah untuk mempersatukan negara-negara Asia-Afrika yang saat itu baru saja merdeka. Selain itu, Konferensi Asia Afrika juga dapat meningkatkan kerja sama antar-negara dan menentang segala bentuk penjajahan.

Konferensi ini dipromotori oleh Menteri Luar Negeri RI saat itu, yaitu Ali Sastromidjojo dan empat tokoh lainnya. Di antaranya dari India, Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar yang kemudian disusul 24 negara Asia-Afrika lainnya.

Kontingen Garuda adalah pasukan perdamaian yang anggotanya adalah militer Indonesia. Mereka bertugas di bawah pimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kontingen Garuda melaksanakan misi pertamanya pada 1957. Hingga saat ini kontingen ini masih aktif menjalankan berbagai misi perdamaian.

Adapun negara-negara yang telah menjadi tujuan dalam misi Kontingen Garuda, antara lain negara-negara di Timur Tengah seperti Mesir, Lebanon, Palestina, dan Irak. Kemudian, ada juga negara di Asean seperti Filipina, Kamboja, dan Vietnam, serta negara-negara Eropa Timur seperti Georgia dan Bosnia.

3. Sengketa Laut Cina Selatan

Laut Cina Selatan merupakan kawasan strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Republik Rakyat Tiongkok.

Terdapat beberapa bagian laut yang mengalami tumpang tindih yurisdiksi antar-negara claimant, sehingga membuat potensi konflik tinggi. Istilah claimant states mengacu pada negara yang mengklaim kepemilikan atas suatu pulau atau beberapa pulau.

Melalui Declaration of Conduct (DOC), Indonesia memiliki peran besar dalam menciptakan perdamaian di Laut Cina Selatan. Pada akhirnya, Indonesia menginginkan negara-negara yang terlibat untuk merumuskan Code of Conduct yang berisi kesepakatan bersama dan mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di wilayah yang disengketakan.

Indonesia dan Malaysia sempat mengalami konflik, tetapi pada akhirnya berdamai. Kedua negara ini bersama negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Thailand, dan Filipina, merasa perlu untuk menciptakan perdamaian antar-negara di kawasan Asia Tenggara.

Akhirnya pada 1967 ASEAN terbentuk. Tujuan pendiriannya adalah untuk memperkuat hubungan politik, sosial, ekonomi dan keamanan di Asia Tenggara.