Faktor-faktor yang mendukung PERTUMBUHAN dan perkembangan gereja di Indonesia

PERTUMBUHAN GEREJA GBI PANEMBAHAN IMANUEL SEMARANG

PENGANTAR

Pertumbuhan gereja merupakan sebuah fenomena yang sangat lazim diperbincangkan orang terutama dalam dunia kekristenan. Seringkali pertumbuhan gereja dilihat dari kuantitas (jumlah jemaat yang bertumbuh dengan cepat dan banyak) tanpa memperhatikan kualitas jemaat.

Pertumbuhan gereja adalah hal yang sangat penting bagi sebuah gereja. Para pemimpin gereja mengusahakan berbagai macam cara, baik lewat dibentuknya program – program ataupun strategi penginjilan untuk memultiplikasikan jemaatnya. Yang menjadi pedoman mereka adalah nats Alkitab dalam Kisah Para Rasul 1:8 dan Matius 28:19. Dengan demikian memberitakan kebenaran Firman Tuhan dan menuntun orang – orang untuk bertobat adalah suatu amanat Agung dari Tuhan yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Dengan melakukan cara – cara seperti penginjilan, mengadakan mujizat, dll adalah untuk memperkenalkan kuasa Tuhan dan kebaikan Tuhan sehingga orang yang tidak percaya menjadi percaya dan bahwa orang yang menjadi percaya tersebut akhirnya mencari sebuah gereja sebagai naungan untuk dirinya dapat bertumbuh dalam iman dan pengharapan kepada Tuhan Yesus sehingga keselamatan kekal itu diperolehnya.

Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang berbuah. Oleh sebab itu, saat ini banyak gereja – gereja mengusahakan berbagai macam cara untuk menjaring banyak jiwa bagi gerejanya. Namun tanpa disadari akan muncul suatu pertanyaan apakah gereja yang bertumbuh hanya dinilai dari jumlah jemaatnya saja? Bagaimana dengan gereja yang memiliki jemaat yang sedikit namun memiliki jiwa martir dan militan dalam mempertahankan imannya, apakah mereka tidak disebut sebagai bagian dari jemaat yang bertumbuh?. Tentu saja bukan demikian. Gereja yang bertumbuh adalah bukan saja dilihat atau dinilai dari banyaknya jemaat namun juga kualitas jemaatnya. Untuk mengetahui kebenaran tentang pertumbuhan gereja dan hal – hal apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan gereja tersebut, maka Penulis melakukan sebuah penelitian dalam salah satu gereja di Semarang untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan jemaat tersebut apakah hanya bertumbuh dalam kuantitas saja, ataukah juga dalam kualitas. Sehingga dari hasil penelitian ini kita dapat mengerti hal apa saja yang menyebabkan gereja mampu bertumbuh dan hal – hal apa saja yang perlu dihindari untuk menjegah gereja terhambat dalam pertumbuhan jemaatnya. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pertumbuhan gereja di Gereja Bethel Indonesia Panembahan Imanuel yang berada di kota Semarang. Dalam karya tulis ini Gereja Bethel Panembahan Imanuel selanjutnya akan disebut dengan GBI Panembahan Imanuel.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam karya tulis ini adalah peneliti hanya melakukan penelitian dalam ruang lingkup GBI Panembahan Imanuel saja.

Lokasi Penelitian

GBI Panembahan Imanuel terletak di JL. Bawangan No.50 Semarang. Daerah ini minoritas Kristen. Dengan keberadaan GBI Imanuel, diharapkan dapat menjangkau orang-orang yang belum mengenal Kristus.

Tujuan Penelitian

Penulis memilih GBI Panembahan Imanuel sebagai obyek penelitian karena gereja tersebut dalam kurun waktu beberapa tahun dapat melakukan kegiataan multiplikasi jemaat dari 4 jiwa hingga mencapai 120 jiwa. GBI Panembahan Imanuel juga mengusahakan kesejahteraan jemaatnya dengan memberi Manna (beras) setiap bulannya sehingga jemaat sangat terbantu kehidupan sosialnya. Selain itu GBI Panembahan Imanuel juga memberikan pelayanan untuk masyarakat luar yang belum percaya dengan melakukan kerja bakti setiap bulannya sebagai bukti kepedulian gereja terhadap lingkungan dan sosial.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat apa yang terjadi dan mempengaruhi pertumbuhan jemaat GBI Panembahan Imanuel, baik pertumbuhan secara kualitas maupun kuantitas. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan gereja maka dapat dilakukan antisipasi terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas jemaat.

BAB  III

STRENGHT DAN KELEMAHAN GEREJA

A.    Strenght Gereja

Kekuatan atau keunggulan dari gereja ini ialah adanya sikap kekeluargaan yang sangat kental. Oleh sebab itu setiap kali ada ibadah atau persekutuan diluar ataupun rencana program yang lain maka akan sangat mudah dikomunikasikan karena hubungan kekeluargaan yang dekat. Dengan demikian persekutuan – persekutuan yang ada dimaksudkan untuk dapat menjawab skebutuhan – kebutuhan jemaat dan sebisa mungkin gereja membantu dalam pencarian solusi dan penyelesaian masalah secaraa bersama dan dengan melibatkan Tuhan didalamnya.

Hal ini membantu jemaat merasa aman dan menaruh kepercayaan kepada gereja sebagai suatu tempat yang nyaman untuk beribadah maupun untuk melepaskan semua persoalan yang dialami oleh jemaat. Dengan demikian multiplikasi akan terjadi karena selain gereja memberikan solusi kepada jemaat yang membutuhkan tetapi mereka juga menanamkan jiwa misi untuk menginjili orang – orang yang ada disekitar tempat tinggal mereka masing – masing. Jadi kekuatan gereja yang membuat GBI Panembahan Imanuel mengalami pertumbuhan jemaat adalah adanyahubungan kekeluargaan yang erat.

B.     Kelemahan Gereja

Kelemahan dari gereja ini ialah potensi bermain musik yang ada pada anak  pemuda remaja tidak dikembangkan. Gereja tidak memfasilitasi adanya regenerasi pemain musik atau pelatihan musik sehingga potensi pemuda remaja ini seakan tidak tersalurkan. Oleh sebab itu dalam ibadah terkadang terasa monoton karena tidak adanya pelayanan music yang lain karena harus disadari bahwa jemaat juga memandang atau memperhatikan hal tersebut.

BAB IV

KESIMPULAN

Dari paparan diatas Penulis menarik kesimpulan bahwa gereja yang hidup adalah gereja yang bertumbuh. Gereja yang hidup harus mengetahui kendala dan kekuatan dari gerejanya sendiri. Kendala yang ada dalam gereja seharusnya bukan menjadi penghambat untuk gereja bertumbuh tetapi malah menjadi pemacu semangat untuk pemimpin – pemimpin gereja dalam membuat program – program atau usaha – usaha baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki hal tersebut (sebagai evaluasi diri gereja). Sedangkan keunggulan yang ada seharusnya menjadi kekuatan dan ciri khas gereja.

GBI Panembahan Imanuel memiliki kekuatan yang membuatnya bertumbuh yaitu adanya hubungan kekeluargaan yang erat. Gereja ini memultiplikasi jemaatnya dengan melakukan pengajaran – pengajaran disetiap persekutuan yang yang dipimpin oleh para pemimpin – pemimpin atau majelis gereja. Dengan ditanamkan pengajaran – pengajaran lewat kegiatan persekutuan tersebut maka tugas penginjilan setiap jemaat itu diemban oleh masing – masing anggota jemaat. Dengan demikian multiplikasi jemaat akan dengan cepat terjadi. Kesalahan dari gereja – gereja yang tidak bertumbuh adalah misi untuk penginjilan dianggap sebagai tugas gembala dan pengerja, padahal Matius 28:19 dapat diketahui bahwa tugas penginjilan adalah diemban oleh setiap orang percaya. Sedangkan kekurangan dari gereja ini ialah tidak adanya regenerasi pemain musik. Oleh sebab itu dibutuhkan pelatihan pemain musik supaya ibadah juga tidak mengalami stagnasi (berhenti) sehingga tidak monoton.

Menurut Penulis, dalam sebuah gereja, manajemen gereja memiliki peranan penting dalam pertumbuhan gereja. Manajemen gereja sebagai proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh gereja. Caranya adalah dengan melakukan 4 fungsi utama yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan adanya keempat hal tersebut maka kegiatan dalam gereja dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.

Penulis juga memandang bahwa jemaat yang hidup adalah jemaat yang bertumbuh dalam kualitas iman dan berbuah dalam pelayanan. Jemaat harus ikut menjadi pelaku kebenaran firman dan ikut mengemban tugas Amanat Agung Tuhan Yesus yaitu dengan melakukan penginjilan dengan cara – caranya sendiri.

Usaha yang dilakukan oleh gereja untuk menumbuhkan gerejanya adalah seharusnya lewat pembangunan jemaat. Pembangunan jemaat adalah membangun orangnya ataupribadinya bukan organisasinya. Umat “diberdayakan” dan diangkat sebagai subjek didalam gereja. Melalui pembangunan jemaat ini para pemimpin dalam gereja diharapkan dapat membuat program – program gereja yang dapat membangun jemaat.

Penulis juga memberikan tanggapan bahwa persekutuan yan diakonal dibutuhkan dalam bertumbuhnya suatu gereja. GBI Johar telah melakukan hal ini yaitu dengan membantu orang – orang yang membutuhkan karena mereka dianggap sebagai kesatuan tubuh Kristus yang ada dalam gereja. Dalam Roma 12:13 menunjukkan bahwa sebagai seorang yang percaya harus memberikan bantuan kepada sesama. Salah satu tugas gereja adalah Koinonia. Koinonia ada bila tindakan dari koinonia itu tampak yaitu dengan tindakan saling mengasihi, memberi, membantu, dan menyokong, serta mengisi satu dengan yang lain.

Penggembalaan adalah tugas penting yang diemban oleh sebuah gereja dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Perjumpaan dengan jemaat yang baik dan responsive akan membuat hubungan yang nyaman anatara pemimpin dan jemaat. Dengan demikian jemaat yang bernaung didalam gereja akan lebih menikmati pengajaran – pengajaran yang disampaikan dan dengan respon yang baik hal itu akan menghasilkan pertumbuhan iman jemaat menjadi lebih efektif. Dengan demikian gereja juga akan bertumbuh dalam kualitas jemaat.

Menurut Michael Griffiths, kegagalan dalam gereja yang tidak bertumbuh adalah karena gereja bersifat duniawi dan bisa bersalah, maka harus ada tempat untuk bertumbuh. Penekanan yang terlalu berlebihan terhadap aspek kerohanian suatu gereja membuat gereja terlihat sempurna dan hal inilah yang dapat menjadi factor penghambat suatu gereja bertumbuh yaitu gereja merasa sudah sempurna. Yang benar adalah bahwa Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3:7) dan karena hal itu, gereja harus tetap mengusahakan pertumbuhan gerejanya.

Jadi, dalam pertumbuhan gereja para pemimpin gereja harus mampu memanage semua kegiatan yang ada dengan baik. Tugas penginjilan adalah bukan hanya tugas pemimpin gereja namun juga tuga seluruh anggota jemaat. Dengan pandangan yang demikian maka usaha pemultiplikasian gereja dapat terjadi dengan lebih efektif. Adanya perhatian pemimpin – pemimpin gereja baik lewat persekutuan ataupun pelayanan perkunjungan dan pengajaran – pengajaran yang disampaikan oleh para pemimpin mereka akan membuat jemaat terbangun imannya dan bertumbuh secara kualitas yaitu menjadi jemaat yang militan. Dengan demikian perwujudan gereja yang bertumbuh adalah usaha bersama dari pihak para pemimpin gereja dan anggota jemaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Griffiths,Michael.Gereja Dan Panggilannya Dewasa Ini.Jakarta: BPK Gunung Mulia,1995.

Prodjowijono,Suhartono.Manajemen Gereja Sebuah Alternatif.Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008.

Riemer,G.Jemaat Yang Hidup.Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2005.

Riemer,G.Jemaat Yang Diakonal.Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2004.

Riemer,G.Jemaat YangPastoral.Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2005.

Riemer,G.Jemaat Yang Presbiterial.Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2005.

Riemer,G.Jemaat Yang Tertib.Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2005.

SEAGST Institute of Advanced Pastoral Studies dan Panitia Metode Studi Kasus SUMUT.Studi Kasus Pastoral. Jakarta:BPK Gunung Mulia,1985.

Sutanto,Timotius Kurniawan. 3 Dimensi Keesaan Dalam Membangun Jemaat. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008.


Page 2