Diskusikan, jelaskan bagaimana proses belajar yang terjadi pada anak usia dini !

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia delapan tahun (Modul 1 Nest, 2007:3). Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator bagi anak.

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.

Jadi, Pembelajaran pada anak usia dini adalah kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada anak yang disesuaikan dengan tingkat usia anak dengan pengembangan kurikulum yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan proses belajar.

Pembelajaran Dengan Bermain

A. Belajar dan Bermain

Belajar sambil bermain. Inilah pola dan bentuk hubungan yang paling ideal antara belajar dan bermain. Walaupun demikian, sesungguhnya kata “sambil” sebagai tanda hubung dalam kalimat “belajar sambil bermain” kurang tepat, sebab kata ini mencermikan tindakan atau aktivitas yang kurang sungguh-sungguh padahal anak-anak bermain  dengan sungguh-sungguh bermain.

Ketika anak bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Menurut Montessori, sebagaimana dikutip oleh Anggani Sudono, ketika anak sedang bermain, anak akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Anak yang bermain sebenarnya telah berbagai hal baru yang ada disekitarnya. Proses penyerapan inilah yang disebut Montessori sebagai aktifitas belajar.

Disinilah pentingnya orang tua dan guru memilih dan menentukan jenis permainan yang cocok dengan perkembangan anak. Pemilihan dan penentuan jenis sesuai permainan ini sama persis dengan pemilihan materi pelajaran oleh guru yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Pemilihan jenis permainan yang sesuai dengan perkembangan anak ini perlu dilakukan agar pesan edukatif dalam setiap permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan menyenangkan. Jika antara jenis permainan tidak sesuai dengan perkembangan anak, maka yang terjadi adalah bermain hanya untuk mainan itu sendiri, bahkan akan berdampak buruk bagi pembentukan karakter dan kecerdasannya. Sebaliknya, pemilihan permainan yang selaras dengan perkembangan anak akan mengembangkan aspek kecerdasan tertentu, sehingga kesannya bermain untuk belajar bukan bermain untuk mainan itu sendiri.

Tekanan pada belajar sambil bermain adalah lebih mengutamakan belajar daripada permainan. Bermain hanya sebatas sarana, bukan sebagai tujuan. Permainannya bisa berbentuk apa saja, boleh menggunakan alat ataupun tidak. Hal yang terpenting adalah belajar untuk menguasai hal-hal baru.

B. Bermain Sambil Belajar

Bagaimana bermain dengan belajar? Hal ini merupakan kebalikan dari belajar sambil bermain, sebagaimana dikemukakan di atas. Jika belajar sambil bermain lebih menekankan pada pelajarannya, maka bermain sambil belajar lebih menekankan pada jenis permainannya.

Ada jenis-jenis permainan tertentu yang lebih cocok, bahkan di desain secara khusus untuk mempermudah anak dalam belajar tertentu. Permainan memang dimaksud bukan sebagai permainan semata, melakukan permainan yang dapat menstimulasi minat belajar anak. Banyak sekali jenis permainan model ini, seperti permainan yang khusus mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus, perkembangan khusus mengembangkan bahasa anak, perkembangan khusus mengembangkan social-emosional anak, dan sebagainya. Dalam hal ini, kepiawan guru dan orang tua dalam memilihkan jenis permainan tidak boleh ditawar-tawar lagi.

Pendidik perlu memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak. Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S Rahman, 2002: 43-44) adalah sebagai berikut :

a. Usia 0–1 tahun

Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang paling cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan dan keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan keterampilan dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai berikut:

1. keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan,

2. keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulut,

3. komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

b. Anak Usia 2–3 tahun

Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain:

1. anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif,

2. anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran,

3. anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada factor lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.

c. Anak usia 4–6 tahun

Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman Kanak-kanak. Karakteristik anak 4-6 tahun adalah:

1. perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak,

2. perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya,

3. perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya,

4. bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun dilakukan anak secara bersama-sama.

Kegiatan Pembelajaran Untuk Anak Usia 0-2 Tahun

PERMAINAN BOLA RINGAN

UNTUK SEMUA UMUR

[untuk satu atau dua pemain]

Banyak permainan lempar bola yang tidak menggunakan bola yang keras dan cepat, sehingga risiko kecelakaan selama permainan dapat dikurangi. Salah satu tanpa bola keras dan cepat adalah permainan ini. Permaian Bola Ringan dapat dilakukan oleh anak dengan usia berapa pun, dan mereka semua dapat bermain bersama. Setiap pemain akan sibuk melempar bolanya sendiri, dan karena mereka akan sangat fokus pada apa yang mereka lakukan, mereka pun tidak akan membandingkan (merasa iri) dengan kemampuan pemain lainnya. Masing-masing pemain melakukan yang terbaik untuk diri mereka sendiri, dan usaha serta kemampuan mereka akan selalu berkembang setiap kali mereka melakukan permainan ini.

ALAT DAN BAHAN

Bola yang ringan: dapat terbuat dari tas plastik atau kertas koran, atau bola busa, scarf, atau bantal.

CARA BERMAIN

Buatlah bola yang ringan atau, lebih baik lagi, biarkan si anak yang membuatnya. Berikut beberapa pilihannya:

1. Bola Koran: remas satu atau dua lembar kertas koran sehingga membentuk bola, dan rekatkan (ikat) dengan selotip agar bentuknya tidak rusak atau berubah. Semakin banyak halaman koran yang digunakan, semakin besar bentuk bola, tentu saja.

2. Bola Plastik: masukkan beberapa kantong plastik dalam sebuah kantong plastik, dan padatkan. Ikat erat-erat dengan menggunakan bagian pegangan kantong plastik (ikatkan sesuka Anda asalkan plastik tersebut dapat berbentuk bola).

3. Scarf: selain dapat digunakan untuk permainan melempar, scarf juga mempunyai daya jatuh yang rendah setelah dilempar ke udara {akan jatuh dalam tempo yang lebih iambat), sehingga pemain mempunyai waktu tambahan untuk bersiap-siap menangkap.

4. Bantal, scarf, dan boneka kain sangat mudah untuk ditangkap dan mempermudah belajar cara menangkap dengan satu tangan.

Setelah semua pemain memegang bola ringan, gunakan instruksi di bawah ini dan berikan kesempatan kepada para pemain untuk mencobanya.

1. Lempar rendah dan tangkap dengan dua tangan.

2. Lempar setinggi mungkin dan tangkap dengan dua tangan.

3. Lempar bola ke atas dan tepuk tangan sebelum menangkapnya. Tepuk tangan dua kali. Tepuk tangan tiga kali.

4. Tempatkan bola di kepala Anda. Bungkukkan kepala Anda dan tangkap bolanya.

5. Tangkap bola dengan berdiri di atas satu kaki.

6. Mulai dengan lemparan rendah dan tangkap dengan satu tangan, tangan yang dominan.

7. Tangkap dengan tangan yang non-dominan, masukkan tangan yang dominan ke saku atau belakang badan.

8. Tangkap bota dengan posisi tangan di bawah pundak dan bentuk telapak tangan seperti gelas (mangkuk).

9. Tangkap bola dengan posisi tangan di atas pundak.

10. Tangkap bola dengan satu mata tertutup. Lalu tangkap bola dengan kedua mata tertutup.

11. Lempar bola setinggi mungkin, lari membentuk Nngkaran, dan tangkap bola tersebut.

12. Lemparkan bola sambil berbaring, lalu berdiri untuk menangkapnya. Lemparkan bola sambil berdiri, lalu tangkap dalam posisi berbaring.

13. Berjalanlah sambil memantul-mantulkan bola di udara dengan menggunakan tangan.

14. Lemparkan bola sejauh mungkin. Sejauh mana pemain dapat melempar bola? Dapatkan pemain melempar lebih jauh di percobaan selanjutnya?

NILAI-NILAI EDUKASI

Permainan ini melatih koordinasi mata-tangan pada anak. Lihatlah anak yang masih kecil saat mereka melempar bola. Anda akan menemukan bahwa matanya melihat ke suatu arah, tetapi tangannya melempar ke arah lain, la belum mengetahui bahwa matanyalah yang mengarahkan pergerakan tangan dan “melihat apa yang dikerjakan” akan membantunya. Mempelajari koordinasi mata-tangan akan sangat berguna saat menulis, meletakkan barang yang kecil ke dalam suatu bentuk yang rumit, atau membuat takaran yang pas untuk suatu resep makanan yang rumit. Saat kia mengarahkan otak dan melihat dengan mata kita, kita akan mampu menyelesaikan apapun yangkita mau dengan menggunakan tangan

2.1 Kegiatan Pembelajaran Untuk Anak 3-6 Tahun

MENGGAMBAR ABSTRAK

(Untuk Usia 5+)

§ ALAT DAN BAHAN

  1. Kertas HVS

  2. 1 buah sedotan kecil

  3. Kuas

  4. Palet

  5. Cat air

§ WAKTU : 15 menit (Tentatif)

§ CARA BERMAIN

  1. Buat warna dasar pada kertas HVS.

  2. Teteskan satu warna cat air pada kertas, kemudian tiup tetesan warna  menggunakan sedotan.

  3. Teteskan warna lain, lakukan seperti langkah ke-2.

  4. Jumlah warna dan bentuk gambar disesuaikan dengan keinginan anak.

  5. Apabila telah selesai, biarkan sampai cat air mengering.

  6. Maka akan menghasilkan gambar abstrak yang indah.

§ NILAI-NILAI EDUKASI

Tiupan pada sedotan menghasilkan udara yang bergerak. Udara yang keluar dari sedotan membuat cat bergerak dan menghasilkan objek dengan bentuk abstrak. melatih kreatifitas anak, melatih keterampilan motorik halus, mengenal warna

BERMAIN DENGAN KALENG

UNTUK UMUR  6 TAHUN

[Untuk Dua Orang Atau Lebih Pemain]

Kaleng aluminium cukup mudah ditemukan (misalnya kelang minuman soda) dan merupakan alat yang bagus untuk bermain. Cobalah mainkan permainan ini sebelum kaleng-kaleng Anda buang. Akan tetapi, jika tidak ingin bermain dengan benda yang menimbulkan suara berisik, gunakanlah botol plastik air minuman sebagai pengganti kaleng.

BAHAN DAN ALAT

•   Keleng aluminium kosong atau botol air plastik

•   Bola voli atau bola-bola lainnya

CARA BERMAIN

Susun atau tumpuklah 6 sampai 10 kaleng dengan bentuk piramida, seakan-akan kaleng tersebut adalah pin boling. Mintalah anak Anda berdiri satu atau setengah meter (tergantung kemampuan anak) di depan kaleng-kelang tersebut. Kemudian, gulingkan bola voli ke arah kaleng. Hitunglah berapa kaleng yang jatuh. Lakukanlah terus menerus sampai semua kaleng jatuh. Mintalah anak Anda membantu menyusun kaleng-kaleng tersebut untuk ronde selanjutnya.

VARIASI PERMAINAN

Lapisi setiap kaleng dengan kertas dan tulislah satu angka pada setiap kaleng. Tumpuklah kaleng-kaleng tersebut dan mintalah anak Anda melempar ke kaleng dengan angka tertentu, contoh, “Lemparkan bola ke kaleng nomor 5 !” Atau bagi anak yang baru belajar mengenali angka, jelaskan dengan sederhana apa yang mereka hasilkan, misal: “Lihat, kamu menjatuhkan kaleng nomor 3 dan kaleng nomor 6!”

Untuk pemain yang lebih mahir berhitung, tulislah nilai kaleng-kaleng yang berhasil mereka jatuhkan, dan mintalah agar si pemain menjumlahkannya. Anda bisa berkata, “Oke, kamu menjatuhkan kaleng nomor 3, 4, dan 7. Coba kamu hitung berapa nilai yang kamu dapat di ronde ini.”

Jika Anda bermain dengan anak yang mempunyai umur yang berbeda-beda, Anda dapat memberi mereka tugas yang berbeda-beda atau meminta mereka bergiliran. Sebagai contoh, anak yang paling kecil menyebut sebuah angka, anak yang paling tua melakukan tugas penambahan, sedangkan yang tengah-tengah (yang sudah mengenali angka, tetapi belum bisa melakukan penambahan) dapat bertugas sebagai penyusun kaleng untuk ronde berikutnya. Anak-anak sangat menyukai panggilan/jabatan, maka Anda bisa menamai anak yang melakukan penambahan dengan nama Raja Berhitung, anak yang menyusun sebagai Menteri Penyusun, dan anak yang melempar sebagai Panglima Pelempar.

NILAI-NILAI EDUKASI

Anak-anak mempelajari koordinasi mata-tangan dan mampu memperki-rakan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan untuk menjatuhkan kaleng sebanyak mungkin dengan sekali lempar. Mereka belajar bagaimana menghitung angka pada kaleng yang dijatuhkan. Mereka juga belajar membantu satu sama lain dengan menyusun kaleng-kaleng setelah dimainkan, serta koordinasi yang dibutuhkan untuk menumpuk (menyusun) piramida kaleng-kaleng tersebut.

Jika Anda memainkan variasi, maka anak juga berkesempatan belajar mengenali angka dan penambahan. Jika mereka diberi tugas menumpuk kaleng berdasarkan urutan angka, misalnya dari 1-10, maka mereka juga akan mempelajari urutan angka-angka.

Konsep Pengajaran Yang Tepat Bagi Anak Usia Dini

Konsep dasar pembelajaran pada dasarnya adalah satu rangkaian dengan konsep  belajar dan mengajar. Pada prinsipnya mengajar adalah proses yang terjadi pada guru bagaimana menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Mengajar  menurut Zamroni (2000:61) adalah seni untuk mentranfer pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan siswa. Kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki guru. Pembelajaran anak usia dini harus  memperhatikan:

1. Perkembangan anak

2. Kebutuhan Anak

3. Bermain sambil belajar

4. Pendekatan Tematik

5. Kreatif dan Inovatif

6. Lingkungan Kondusif

7. Mengembangkan Kecakapan Hidup

Prinsip-Prinsip  Belajar Anak

Prinsip belajar merupakan ketentuan hukum yang harus dijadikan pegangan didalam pelaksanaan kegiatan belajar. Prinsip belajar anak jelas akan berbeda dengan prinsip belajar orang dewasa. Berikut merupakan prinsip-prinsip belajar anak, di antaranya:

1. Anak adalah Pembelajar Aktif

2. Belajar Anak Dipengaruhi oleh Kematangan

3. Belajar Anak Dipengaruhi oleh Lingkungan

4. Anak Belajar Melalui Kombinasi Pengalaman Fisik dan Interaksi Sosial

5. Anak Belajar dengan Gaya yang Berbeda

6. Anak Belajar melalui Bermain

Pemilihan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Dalam pemilihan strategi pembelajaran perlu diperhatikan beberapa komponen-komponen tersebut yakni : tujuan, bahan(tema), kegiatan, media sumber, anak dan guru. Komponen-komponen trsebut kita sebut dengan variabel strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu:

1. Karakteristik Tujuan Pembelajaran

2. Karakteristik anak

3. Tempat dilaksanakannya kegiatan

4. Tema

5. Pola kegiatan

Pembentukan Kelas Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut berbagai literature dan kajian pembentukan kelas yang baik dapat menentukan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Harapannya dengan ini dapat memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi optimal. Ada beberapa model pembentukan kelas antara lain:

1. Bentuk U

Kelas yang menyerupai huruf U. kelebihannya ialah siswa dapat memperhatikan dan menyimak materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik.

2. Bentuk Kelompok

Bentuk kelompok ini sangat baik bila diterapkan untuk pembelajaran yang sifatnya diskusi atau menyelesaikan masalah dengan cara pembagian kelompok. Kelebihannya ialah siswa dapat saling berinteraksi lebih dekat dan dapat memupuk rasa kerjasama.

3. Bentuk Melingkar

Bentuk kelas yang dibuat menyerupai lingkaran. Bentuk ini memberikan kedekatan antara siswa yang satu dengan yang lain. Bentuk kelas melingkar sangat cocok digunakan dalam pembelajaran bercerita dan bernyanyi.

4. Bentuk Konferensi

Bentuk konferensi merupakan pembentukan kelas seperti bentuk melingkar, akan tetapi bentu ini di tengah-tengahnya terdapat meja yang digunakan untuk menulis. Selain itu, melingkarnya juga tidak sempurna karena harus menyesuaikan dnegan bentuk meja belajar.

5. Bentuk Klasikal

Bentuk klasikal ialah pembentukan kelas secara tradisional yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Bentuk kelas seperti biasa digunakan untuk jumlah siswa yang sangat banyak sehingga perlu membutuhkan ruang yang cukup luas dan ditata sedemikian rupa. Meskipun untuk pembelajaran kurang begitu efektif untuk mengaktifkan peserta didik.

Metode Pembelajaran Yang Tepat Bagi Anak Usia Dini

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode (method) secara harfiah berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan bodos. Meta berarti melalui dan bodos berarti jalan atau cara. Metode kemudian diartikan sebagai cara atu jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Bila dihubungkan dengan pelajaran, maka istilah metode pembelajaran menunjuk pada pengertian berbagai cara, jalan, atau kegiatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

2. Teori Belajar pada Pembelajaran Anak Usia Dini

Proses pembelajaran pada PAUD pada umumnya dilandasi oleh dua teori belajar, yaitu  behaviorisme dan konstruktivisme. Aliran behaviorisme menekankan pada hasil dari proses belajar, dan aliran konstruktivisme menekankan pada proses belajar.

1. Teori Belajar Behaviorisme

Menurut Conny (2002) Behaviorisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia belajar dipengaruhi oleh lingkungan. Belajar menurut teori ini merupakan perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Dalam prakteknya teori ini antara lain terwujud dalam tahap-tahap perkembangan dikemukakan oleh Jean Peaget dengan belajar bermakna dan belajar penemuan secara bebas oleh Jerome Bruner.

Menurut Peaget proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui anak, yang dibagi menjadi empat tahap yaitu:

· Tahap sensori-motor (anak berumur 0-2 tahun) yaitu ketika anak sangat bergantung pada informasi yang didapatnya dari panca indra dan gerakan tubuhnya. Perkembangan yang paling penting pada usia ini adalah kesadaran anak akan keberadaan suatu obyek benda yang bersifat permanen, artinya anak percaya bahwa suatu benda itu ada walaupun benda tak lagi kelihatan.

· Tahap pra-operasional (2-7 tahun) yaitu anak dapat memanipulasi sejumlah symbol, dan mampu memahami segala sesuatu dalam satu arah. Anak belum dapat membalikan arah, urutan dari kanan ke kiri atau dari yang paling atas ke bawah, begitupun sebaliknya.

· Tahap operasional konkrit (7-11 tahun) yaitu anak mampu memahami operasi yang dibutuhkan untuk aktivitas mental. Anak mampu menyimpulkan operasi dalam otaknya.

· Tahap operasional formal (11-18 tahun)

Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan di kelompok PAUD, antara lain:

1. Metode Bermain

Metode bermain adalah metode yang menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai wahana pembelajaran siswa. Teknik ini berdasarkan penelususran literature maupun pengamatan sepintas di lapangan terbukti paling efektif dan efisien dibandingkan metode-metode lain.

Menurut Gordon dan Browne 1985 dalam tulisan Moeslochatoen (1999) menyatakan bahwa “pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak”. Frank dan Theresa Caplan (Hildebran, 1986) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak, yaitu:

a. Bermain membantu pertumbuhan anak

b. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela

c. Bermain member kebebasan anak untuk bertindak

d. Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai

e. Bermain mempunyai unsure berpetualang di dalamnya

f. Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa

g. Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam hubungan antar pribadi

h. Bermain member kesempatan untuk menguasai diri secara fisik

i. Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian

j. Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu

k. Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa

l. Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar

m. Bermain menjernihkan pertimbangan anak

n. Bermain dapat distruktur secara akademis

Terdapat lima manfaat nyata dari metode bermaian, antara lain:

a. Manfaat motorik adalah manfaat yang berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada fisik jasmaniah anak. Biasanya hal ini berhubungan dengan unsure-unsur kesehatan, keterampilan, ketangkasan, maupun kemampuan fisik tersebut.

b. Manfaat afeksi adalah manfaat mainan yang berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Unsure-unsur yang tercakup dalam kelompok ini antara lain adalah naluri atau insting, perasaan, emosi, sifat, karakter, watak, maupun kepribadian seseorang.

c. Manfaat kognitif adalah manfaat mainan untuk perkembangan kecredasan anak.biasanya ini berhubungan dengan kemampuan imajinasi, pembentukan nalar, logika, maupun pengetahuan-pengetahuan sistematis.

d. Manfaat spiritual mainan adalah manfaat mainan yang menjadi dasar pembentukan nilai-nilai kesucian, budi pekerti maupun keluhuran akhlak manusia.

e. Manfaat keseimbangan adalah mainan yang berfungsi melatih dan mengembangkan perpaduan antara nilai-nilai positif dan negative dari suatu mainan. Manfaat mainan ditentukan berdasarkan maksud dan tujuan dari pembuatan mainan sendiri.

2. Metode Cerita

Metode cerita adalah metode pembelajaran yang menggunakan teknik guru bercerita tentang suatu legenda, dongeng, mitos atau suatu kisah yang di dalamnya diselipkan pesan-pesan moral atau intelektual tertentu.

3. Metode Menyanyi

Metode menyanyi adalah metode pembelajaran yang menggunakan meda nyanyian sebagai whana belajar anak. Menurut Grace Sudargo seorang musisi dan pendidik “Dasar-dasar music klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia, sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”. Penelitian menunjukkan bahwa music klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80% dengan music.

4. Metode Karyawisata

Metode karyawisata bagi anak ialah kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi atau mengkaji sesuati secara langsung. Karyawisata juga berarti membawa anak ke obyek tertentu sebagai pengayaan pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas dan juga member kesempatan anak untuk mengobservasi dan mengalami sendiri dari dekat.

5. Metode Bercakap-Cakap

Bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bercakap-cakap dapat diartikan sebagai dialog atau sebagai perwujudan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif dalam suatu situasi. Penggunaan metode bercakap-cakap bagi anak akan membantu perkembangan dimensi sosial, emosi, dan kognitif terutama bahasa.

6. Metode Demonstrasi

Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan. Manfaat dari metode demonstrasi adalah:

a. Dapat memperlihatkan secara kongkret apa yang dilakukan

b. Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan peragaan

c. Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan cermat

d. Membantu mengembangkan kemauan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti, cermat, dan tepat

e. Membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara tepat


Page 2