This mixed media fabric art is an emotive response to the Rupa workshop; looking at visuals of space and time. The present, the past and what is to come; all transitory. I was hooked on the notion of Hijrah, migration; but through the encounters of the workshop, I felt we often neglect witnessing the migrations that take forth skyward. The most sublime form of migration are the clouds, dying and birthing in time, like traditions and memories themselves. Where such threads are particularly obvious within Geylang Serai. To translate this, I captured a 7 minute video reel of clouds at the break of dawn hovering over Geylang Serai disctrict and from the screencaptures, printed unto organza cloth. The layers were hand-sewn onto the white shroud to form new floods of meanings. Markings were made alongside a final etching of a prose poetry in Malay to summarize all the feelings encapsulated through this project. Show
Sebuah pepatah lama yang tentunya sudah begitu familiar bagi kita semua. Pepatah ini tentunya bisa ditafsirkan dalam banyak makna positif. Salahsatunya terkait dengan budaya, dimana ketika kita tinggal disuatu tempat,suatu daerah tertentu, sudah selayaknya kita berperilaku, bersikap dan menghargai budaya setempat dengan adat istiadatnya. Demikian halnya dengan Binus Bandung menjunjung dan sangat mengapresiasi nilai-nilai budaya Sunda dan menjadikannya sebagai suatu ciri khas dari Binus Bandung. Mengapa? Tentunya karena nilai-nilai kesundaan ini merupakan tatanan nilai yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakat Sunda, yang juga merupakan khasanah budaya lokal yang adiluhung. Mari kita sedikit mengenal mengenai masyarakat Sunda dan nilai kearifannya Siapa sebenernya yang disebut masyarakat Sunda? Ya tentunya masyarakat Sunda ini adalah mereka yang tinggal di Jawa Barat yang berbahasa ibu Sunda. Masyarakat Sunda ini memiliki sejumlah karakteristik mentalitas yang khas sebagai masyarakat ladang (huma )yaitu mereka secara alamiah dan tipografinya hidup didaerah perbukitan. Nilai kesundaan yang sangat khas yang tercermin, melekat dan diamalkan dalam pergaulan sehari-hari adalah nilai Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh (SILAS). Apa itu Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh (SILAS)? Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh secara konsepnya merupakan nilai kearifan lokal yang juga menjadi falsafah hidup masyarakat Sunda. Nilai-nilai ini melekat dan dijadikan pegangan, landasan dalam hidup bermasyarakat. Secara harafiah, silih sendiri dapat disubtitusi dalam bahasa Indonesia dengan kata “saling”. Kata silih ini bukan sekedar menunjukan kesadaran untuk berbagi, tetapi juga merujuk pada kesadaran bahwa apa yang dikerjakan dan dihasilkan adalah untuk kepentingan bersama. Silih juga mencerminkan suatu kesadaran untuk dapat maju dan bertumbuh kembang bersama. Silih Asih berarti saling mengasihi, saling mencintai satu sama lainnya. Memberi perhatian, afeksi, dan kasih sayang, satu sama lain menunjukan kepeduliannya, memberikan apa yang dibutuhkan dengan tulus. Silih Asah secara harafiah memiliki arti mempertajam. Silih Asah, mempunyai makna saling bertukar ilmu, satu sama lain mengajarkan apa yang dia ketahui dan kuasai. Sedangkan Silih Asuh dapat diartikan sebagai saling mengasuh, mengayomi, membimbing satu sama lainnya. Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dapat diartikan sebagai saling mempertajam diri, saling mengasihi, dan saling memelihara. Dalam bersosialisasi yang Nyunda ,SILAS ini dapat dimaknai sebagai berikut:
Di dalam bersosialisasi yang sehat, nilai kesundaaan SILAS perlu didukung dengan nilai kemanusiaan yang Nyunda yaitu Manusia Sunda anu cageur (sehat lahir batin, sehat fisik dan psikis, sehat jasmani dan rohani), bageur (hidupnya sesuai dengan hukum Agama, dan hati nurani), bener (jelas dan benar visi, misi hidupnya), pinter (mampu mengatasi masalah hidup). Mari kita menjaga silaturahmi dan bersosialisasi dengan menjunjung nilai-nilai Kesundaan. Let’s do Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh Apa makna pepatah dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung? Ini adalah sebuah perbiahasa maupun pepatah yang sering dikatakan oleh orang tua jaman dulu yang harus kita ketahui makna dan artinya. Sebenarnya, pepatah dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung adalah perbiahasa dimana kita dalam keadaan merantau, atau kita sedang berada di tempat orang lain. Maka dari itu, pepatah ini ada untuk kita ketahui maknanya, kalau enggak mungkin kita tidak akan tenang ketika berada di daerah orang lain. Makna Pepatah Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit DijunjungDimana bumi dipijak, disana langit dijunjung adalah perbiahasa atau pepatah yang artinya kita harus bisa menyesuaikan diri dengan adat dan tempat tinggal, maknanya kita wajib menghormati adat atau aturan yang berlaku ditempat yang kita tinggal. Jadi, kenapa admin berkata, ini adalah pepatah untuk kita yang sedang merantau, karena memang kita harus menghormati aturan ditempat yang kita pijak. Meski kita berpindah tempat, maka tempat yang baru tentunya memiliki aturan yang berbeda dengan tempat sebelumnya, dan tentu itu harus kita patuhi dan hormati. Apalagi kita yang merantau, kita tidak tahu aturan apa yang ada pada daerah tersebut, maka kita tidak akan pernah bisa menghargai tanpa mengetahuinya. Dengan demikian, cobalah untuk pergi ke salah satu tokoh masyarakat ditempat tersebut, dan bertanya adakah aturan tinggal ditempat ini?. Baca juga : 10 Arti dan Makna Kata Teguh Menurut KBBI Contoh Dari Pepatah TersebutSeperti arti atau makna dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung, contohnya ya saat kita sedang berada di tempat orang lain, kemudian kita aneh dengan adat dan aturan yang ada di tempat tersebut. Kemudian kita malah menertawakannya dan tidak menghargai adat tersebut, itu merupakan pelanggaran dari pepatah ini, harusnya kita menghargai meskipun kita tidak bisa melakukannya. Apalagi di Indonesia ada banyak adat istiadat yang sudah berdiri sejak berabad-abad lalu dari nenek moyang, di setiap daerah memiliki adat dan aturan masing-masing yang berbeda. Setelah kita masuk ke daerah B, kita berasal dari daerah A, kita tidak tahu adat di daerah B, harusnya kita harus menghargai adat tersebut, tidak boleh menertawakannya dan tetap mengikuti apa aturan yang sudah disediakan ditempat B tersebut. Mungkin sedikit contoh yang admin sampaikan itu saja untuk melengkapi pembahasan ini, sehingga kamu bisa menyimpulkan bahwa pepatah ini adalah untuk saling menghargai dan saling menghormati aturan disetiap tempat tinggal yang kita pijaki. Oke sahabat kalem, mungkin itulah maka pepatah dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung, maka kita harus menghormati dan menghargai aturan dan adat yang ada tempat yang kita tinggal tersebut.
INFO PENDIDIKAN – Arti Peribahasa Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung Arti kata “peribahasa” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu atau ungkapan, kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku. Arti Peribahasa Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjungMenurutkan adat kebiasaan tempat yang didiami Arti peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah menurutkan adat kebiasaan tempat yang didiami Arti peribahasa lainnya :Selain arti peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, berikut beberapa arti peribahasa lainnya yang mungkin menarik untuk diketahui: Baca Juga : Arti Peribahasa Tua-tua Kelapa, Makin Tua Banyak Santannya Anjing diberi makan nasi takkan kenyang Intan salah serudinya Anak ayam kebasahan bulu Sayap patah bertongkat paruh Seperti sirin pulang ke gagangnya
Mencungkil kuman dengan alu Siapa sakit, siapa menyiuk Katak di bawah tempurung Lepas putih hitam tak dapat Baca Juga : Arti Peribahasa Bagai Menumbuk Padi Hampa Ular bukan, ikan pun bukan Rasa di bibir tepi cawan Ingin buah manggis hutan, masak ranum tergantung tinggi Usul menunjukkan asal
Seperti katak ditimpa kemarau
Sebut aku pasti datang, sebut dia penantian Berkuah sama menghirup, bersambal sama mencolek Baca Juga : 2 Arti Peribahasa Bagai Kuku Dengan Daging Tertangguk pada ikan dikeruntungkan, terangguk pada ular dikeruntungkan juga Bagai cacing kena air panas
Seperti gula dalam mulut
Bagai puyu di air jernih Lihat juga :
|