Di bawah ini yang dapat menirukan membuat ayat yang sama dengan al quran adalah

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 23).

Pada ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menantang kepada orang-orang musyrik, orang-orang munafik dan orang-orang kafir yang meragukan kebenaran Al-Quran dengan menyatakan : “Jika kamu sekalian masih ragu ragu tentang kebenaran Al-Quran dan menyatakan Al-Quran itu buatan Muhammad, maka cobalah membuat sebuah kitab yang serupa dengan Al-Quran, walaupun hanya satu surat saja.  Kalau benar Muhammad yang membuatnya, tentu kamu sanggup pula membuatnya karena kamu pasti sanggup melakukan segala perbuatan yang sanggup dibuat oleh manusia. Ajak pulalah penolong-penolong kamu, berhala-berhala yang kamu sembah, pembesar-pembesarmu, bersama-sama dengan kamu membuatnya karena kamu mengakui kekuasaan dan kebesaran berhala-berhala dan pembesar-pembesarmu itu.

Dalam ayat lain, Allah menegaskan tantangannya :

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu”, Katakanlah : “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Huud [11]: 13).

Pada permulaan surat Al-Baqarah ayat 2,  Allah telah menyatakan bahwa kitab suci Al-Qur’an itu tidak ada lagi keraguan padanya. Al-Quran adalah wahyu yang benar-benar datang dari Allah. Al-Quran adalah mu’jizat yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Karena itu, Al-Qur’an sebagai wahyu dan mu’jizat tidak akan dapat ditiru oleh siapapun, meskipun manusia  itu mengerahkan semua ahli sastera.

Tetapi dalam kenyataan, masih ada manusia yang memiliki keraguan terhadap kebenaran Al-Qur’an, bahkan mereka menyatakan bahwa Al-Quran itu hanyalah karangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Padahal beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dikenal sebagai seorang yang sanggup menyusun rangkaian kata yang begitu tinggi mutunya atas kehendaknya sendiri, dan tidak pula terkenal sebagai seorang penyair yang sanggup menyusun rangkaian kata sastra.

Beliau adalah Nabi yang Ummi yang tidak bisa menulis. Sebagaimana Firman Allah :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ…..

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka….”. (Q.S. Al-A’raaf [7]: 157).

Allah juga menegaskan di dalam ayat:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Q.S. Al-Isra’ [17] : 88).

Pada ayat disebutkan:

نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا

Artinya: “Kami wahyukan kepada hamba Kami”.

Hamba kami yang Allah maksudkan ialah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, satu ucapan kehormatan tertinggi dan pembelaan atas diri beliau. Dan yang Allah turunkan itu adalah Al-Qur’an, yang tidak ada lagi keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

Sudah terbayang selanjutnya bahwa masih ada saja manusia yang ragu-ragu, yang menyebabkan mereka menjadi munafik. Sehingga ada yang mulanya menyatakan percaya tetapi hatinya tetap ragu. Demikian pula orang yang kafir, tetap di dalam kekafirannya, keingkarannya terhadap Al-Quran. Maka, ditantanglah keraguan mereka itu dengan Surat Al-Baqarah ayat 23 ini.

Prof. Buya Hamka di dalam Tafsir Al-Azhar menyebut ayat ini sebagai suatu tantangan (tahaddi).

Kala itu, pada jaman Mekkah ataupun di Madinah, tidak sedikit ahli-­ahli syair dan ada pula tukang mantra (kahin) yang dapat mengeluarkan kata-kata tersusun. Namun tidak ada satupun yang dapat menandingi Al-Qur’an. Bahkan sampai pada jaman berikutnya pun, banyak pujangga-pujangga besar. Namun, merekapun tidak sanggup mengadakan tandingan dari Al­Qur’an.

Dr. Thaha Husain, pujangga Arab yang terkenal dan diakui kesarjanaannya dan diberi gelar Doctor Honoris Causa oleh beberapa Universitas Eropa, sebagai Universitas di Spanyol, Italia, Yunani, yaitu sesudah dicapainya Ph.D. di Sarbonne, mengatakan bahwa bahasa Arab itu mempunyai dua macam sastra, yaitu prosa (manzhum) dan puisi (mantsur). Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an itu bukan prosa dan bukan pula puisi, tetapi ya Al-Qur’an, yang melebihi keduanya.

Dengan demikianlah maka bagi orang-orang beriman, semakin mendalami Al-Quran, semakin mempelajari sastra-sastranya dan tingkatan-tingkatan kemajuannya, akan semakin mengakui keistimewaan Al-Quran itu memang tak tertandingi. Serta semakin bertambah yakinlah bahwa memang tidak dapat dikemukakan satu suratpun untuk menandingi Al-Qur’an.

Al-Quran Tak Tertandingi

Selanjutnya Allah menyebutkan:

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Artinya: “Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 24).

Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat-pun dari ayat-ayat Al-Quran. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan cara mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Quran.

Kalau sudah nyata tidak sanggup menandingi Al-Quran, dan memang selamanya tidak akan pernah sanggup, baik rangkaian kata ataupun makna yang terkandung di dalamnya, maka lebih baik tunduk dan patuh, dan menerima dengan tulus dan ikhlas.

Jangan dilanjutkan sikap keraguan terhadap kebenaran Al-Quran itu.  Karena meneruskan keraguan terhadap perkara yang sudah nyata kebenarannya, akibatnya hanyalah penderitaan, tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka yang apinya dinyalakan dengan manusia dan batu, lalu manusia itu dihukum dimasukkan ke dalamnya bercampur dengan batu-batu itu yang oleh Allah disediakan bagi orang-orang suka menentang kebenaran.

Banyak di antara pemimpin-peminpin dan ahli sastra Arab kala itu yang mencoba, meniru dan menandingi Al-Qur’an. Bahkan ada yang mengklaim dirinya sebagai Nabi, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Thulaihah,  Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Akan tetapi mereka semuanya menemui kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat.

Sebagai contoh kata-kata Musailamah Al-Kadzdzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al-Qur’an adalah:

يَا ضِفْدَعُ بِنْتَ ضِفْدَعَيْنِ، نَقِّيْ مَا تَنِقِّيْنَ، أَعْلاَكِ فِى الْمَاءِ وَاَسْفَلَكِ فِى الطِّيْنِ.

Artinya: “Hai katak anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah”.

Seorang sastrawan Arab terkemuka, yaitu Al-Jahiz telah memberikan penilaiannya atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya Al-Hayawan, “Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al-Quir’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu.”

Ternyata memang mereka tidak sanggup menandinginya dan bahkan bungkam seribu bahasa menghadapi tantangan Allah itu.

Karena itulah maka kita kini membaca, memahami, dan mentadabburi Al-Qur’an, dan sekaligus dapat merasakan kemu’jizatannya, baik dari aspek bahasa maupun makna kandungannya.  Maka lebih baik kita tunduk dan patuh, dan menerima dengan tulus ikhlas Al-Quran.

Janganlah sampai dilanjutkan lagi sikap yang ragu-ragu itu. Karena meneruskan keraguan terhadap perkara yang sudah nyata, akibatnya hanyalah kecelakaan bagi diri sendiri. Jika kebenaran yang telah diakui oleh hati masih juga ditolak, artinya lebih memilih jalan yang lain yang justru membawa kesesatan. Kalau dipilih jalan sesat, tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka yang apinya dinyalakan dengan manusia dihukum dimasukkan ke dalamnya bercampur dengan batu-batu. Na’udzubillahi min dzalik. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

=====
Ingin mendapatkan update berita pilihan dan info khusus terkait dengan Palestina dan Dunia Islam setiap hari dari Minanews.net. Yuks bergabung di Grup Telegram "Official Broadcast MINA", caranya klik link https://t.me/kbminaofficial, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang terbesar di antara semua mukjizat para nabi.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan,

ﺍﻟﻤﻌﺠﺰﺓ ﻫﻲ ﻣﺎ ﻳُﺠﺮِﻱ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻳﺪﻱ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻭﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺧﻮﺍﺭﻕ ﺍﻟﻌﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺘﺤﺪﻭﻥ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ، ﻭﻳﺨﺒﺮﻭﻥ ﺑﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻣﺎ ﺑﻌﺜﻬﻢ ﺑﻪ ، ﻭﻳﺆﻳﺪﻫﻢ ﺑﻬﺎ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ؛ ﻛﺎﻧﺸﻘﺎﻕ ﺍﻟﻘﻤﺮ ، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻫﻮ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻌﺠﺰﺓ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻃﻼﻕ

“Mukjizat adalah suatu yang Allah turunkan melalui para rasul dan nabi berupa kejadian-kejadian luar biasa (di luar hukum adat/sebab-akibat) sebagai bentuk tantangan bagi manusia. Merupakan berita dari Allah untuk membenarkan apa yang telah Allah utus untuk menguatkan para rasul dan nabi. Seperti terbelahnya bulan dan turunnya Al-Quran. Al-Quran adalah mukjizat terbesar dari para rasul secara mutlak.” (At-Tanbihaat Al-Lathiifah hal. 107)

Al-Quran adalah mukjizat yang membuktikan bahwa manusia ini adalah hamba yang lemah dan memiliki Rabb yang harus diibadahi. Al-Quran memiliki mukjizat berupa keindahan susunan kata dan sekaligus memiliki kandungan yang luar biasa berupa hukum, aqidah dan kisah-kisah serta informasi masa depan yang sangat tepat.

Al-Quran memberikan tantangan kepada manusia yaitu tantangan bagi manusia semuanya dan para jin sekalipun agar membuat semisal Al-Quran, walau hanya satu surat saja. Sampai sekarang belum ada yang bisa menjawab tantangan ini, bahkan orang-orang pintar yang tidak percaya adanya tuhan dengan hanya mengandalkan kepintaran mereka, juga tidak bisa menjawab tantangan Al-Quran sampai saat ini.

Allah menurunkan tantangan agar mendatangkan semisal Al-Quran, Allah berfirman,

Di bawah ini yang dapat menirukan membuat ayat yang sama dengan al quran adalah
Di bawah ini yang dapat menirukan membuat ayat yang sama dengan al quran adalah

ﻗُﻞْ ﻟَﺌِﻦِ ﺍﺟْﺘَﻤَﻌَﺖِ ﺍﻟْﺈِﻧْﺲُ ﻭَﺍﻟْﺠِﻦُّ ﻋَﻠَﻰٰ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﻤِﺜْﻞِ ﻫَٰﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻟَﺎ ﻳَﺄْﺗُﻮﻥَ ﺑِﻤِﺜْﻠِﻪِ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻟِﺒَﻌْﺾٍ ﻇَﻬِﻴﺮًﺍ

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’ân ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (Al-Israa:88)

Ibnu Katsir menjelaskan,

، فأخبر أنه لو اجتمعت الإنس والجن كلهم ، واتفقوا على أن يأتوا بمثل ما أنزله على رسوله ، لما أطاقوا ذلك ولما استطاعوه ، ولو تعاونوا وتساعدوا وتظافروا ، فإن هذا أمر لا يستطاع ، وكيف يشبه كلام المخلوقين كلام الخالق ، الذي لا نظير له ، ولا مثال له ، ولا عديل له ؟ !0

“Allah mengabarkan bahwa seandainya manusia dan jin seluruhnya bersepakat untuk membuat semisal apa yanh diturunkan kepada Rasul-Nya, mereka tidak akan bisa dan tidak mampu, walaupun mereka saling menolong dan membantu. Perkara ini tidak mungkin bisa dilakukan. Bagaimana mungkin perkataan makhluk bisa menyerupai perkataan pencipta yang tidak ada semisalnya, yang mirip dan yang sebanding.” (Tafsir Ibnu  Katsir)

Dalam ayat lain tantangan yang lebih ringan yaitu mendatangkan 10 surat saja.

Allah berfirman,

ﺃَﻡْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻓْﺘَﺮَﺍﻩُ ۖ ﻗُﻞْ ﻓَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﻌَﺸْﺮِ ﺳُﻮَﺭٍ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﻣُﻔْﺘَﺮَﻳَﺎﺕٍ ﻭَﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺘُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺻَﺎﺩِﻗِﻴﻦَ﴿١٣﴾ﻓَﺈِﻟَّﻢْ ﻳَﺴْﺘَﺠِﻴﺒُﻮﺍ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﺎﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺑِﻌِﻠْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ۖ ﻓَﻬَﻞْ ﺃَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ

Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Qur’ân itu!” Katakanlah, “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allâh, jika kamu memang orang-orang yang benar”. Jika mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah, sesungguhnya al-Qur’ân itu diturunkan dengan ilmu Allâh, dan bahwasanya tidak ada Tuhan yang haq selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (Hud:13-14)

Bahkan Allah turunkan tantangan agar mendatangkan satu surat saja semisal, akan tetapi manusia tidak akan mampu menjawab tantangan tersebut

Allah berfirman,

ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﻳْﺐٍ ﻣِﻤَّﺎ ﻧَﺰَّﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰٰ ﻋَﺒْﺪِﻧَﺎ ﻓَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﺴُﻮﺭَﺓٍ ﻣِﻦْ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﻭَﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀَﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺻَﺎﺩِﻗِﻴﻦ ﴿٢٣﴾ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﺍ ﻭَﻟَﻦْ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﺍ ﻓَﺎﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻭَﻗُﻮﺩُﻫَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻭَﺍﻟْﺤِﺠَﺎﺭَﺓُ ۖ ﺃُﻋِﺪَّﺕْ ﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ

Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’ân yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’ân itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, (neraka itu) telah disediakan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 23-24)

Dalam ayat lainnya Allah berfirman,

ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻫَٰﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﺃَﻥْ ﻳُﻔْﺘَﺮَﻯٰ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَٰﻜِﻦْ ﺗَﺼْﺪِﻳﻖَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﺗَﻔْﺼِﻴﻞَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻟَﺎ ﺭَﻳْﺐَ ﻓِﻴﻪِ ﻣِﻦْ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ ﴿٣٧﴾ ﺃَﻡْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻓْﺘَﺮَﺍﻩُ ۖ ﻗُﻞْ ﻓَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﺴُﻮﺭَﺓٍ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﻭَﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺘُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺻَﺎﺩِﻗِﻴﻦَ

Tidaklah mungkin al-Qur’ân ini dibuat oleh selain Allâh ; akan tetapi (al-Qur’ân itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (Yunus : 37- 38)

Allah menegaskan bahwa seandainya manusia yang membuat semisal Al-Quran, tentu akan ada banyak pertentangan di dalamnya.

Allah berfirman,

ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻮَﺟَﺪُﻭﺍ ﻓِﻴﻪِ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ

“Kalau sekiranya al-Qur`ân itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisaa’:82)

Demikian semoga bermanfaat

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslim.or.id

🔍 Mengisi Waktu Luang Dalam Islam, Ayat Isra Miraj, Kisah Nabi Daniel Dalam Alquran, Dzikir Setelah Sholat, Tips Bersabar