Dalam pengelolaan kredit, jumlah uang yang tergabung dalam aktiva lancar perusahaan adalah sebagai

Modal Kerja

Pengertian umum (best practice) adalah modal yang berbentuk Aktiva Lancar yakni terdiri dari Kas, Bank, Surat Berharga, Piutang dan Persediaan pada sebuah perusahaan. Jumlah total dari aktiva lancar ini sering disebut sebagai Gross Working Capital)\. Sedangkan Nett Working Capital adalah  dikurangi Total Hutang Lancar (yang terdiri utamanya dari Hutang Dagang, Hutang Bank).

Dengan demikian modal yang berputar (circulating capital) yang apabila terganggu keseimbangannya akan berdampak serius dan segera bagi perusahaan. Untuk itu harus dikelola dengan efektif, efisien dan harus dihindari penyalahgunaan modal kerja yang tidak sesuai (side-streaming).

Jenis-Jenisnya

Secara umum ada 2 jenis  yaitu:

  1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) adalah sejumlah modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan untuk mampu beroperasi secara terus-menerus (kontinu).
  2. Moda Kerja Variabel (Variable Working Capital) adalah modal kerja yang waktu dan jumlah kebutuhannya tidak tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kondisi pasar; yang termasuk dalam kategori ini adalah :
  3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu kebutuhan MK pada saat keadaan darurat, misalnya persediaan terbakar habis, kenaikan harga bahan baku yang tidak normal.
  4. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yakni modal kerja yang waktu kebutuhannya pada masa-masa tertentu, a. menjelang Musim Tanam, Lebaran, Tahun Baru dan Lebaran Haji atau Tahun AJaran Baru Libuan.

Kapan sebuah perusahaan membutuhkan (tambahan) Modal Kerja? Identifikasi atas hal ini sangat penting untuk dipahami oleh Account Officer (AO) agar tidak terjebak dalam kesalahan perhitungan kebutuhan modal kerja yang dapat menyebabkan terjadinya over-financing atau under-financing.

Secara best practice, untuk mengidentifikasi kebutuhan modal kerja maka seorang AO harus memahami Cash-to-cash cycle yang wajar dari sebuah jenis usaha. Beberapa faktor yang mempengaruhi Modal Kerja, antara lain yaitu:

  1. Nilai Penjualan Modal kerja akan dibutuhkan saat perusahaan berencana meningkatkan nilai penjualannya. Hal utama yang harus diyakinkan adalah apakah perusahaan masih memiliki kelebihan kapasitas produksi (gudang) dan apakah potensi pasarnya masih cukup besar. Seorang AO harus mampu memperoleh informasi yang cukup memadai baik dari nasabah maupun dari pasar untuk dijadikan dasar analisa.
  2. Memanjangnya umur persediaan (Days Inventory-DI)

Memanjangnya DI dapat disebabkan karena perusahaan sengaja menambah persediaan sebagai antisipasi pasar atau dikarenakan terjadi kelambatan penjualan. Sebab yang kedua tentunya mempunyai risiko yang lebih tinggi. Semakin panjang umur persediaan akan semakin menambah kebutuhan modal kerja.

  1. Memanjangnya umur piutang (Days Receivable – DR)

Memanjangnya DR dapat disebabkan karena kebijakan perusahaan untuk memberikan keringanan pembayaran kepada pelanggan sebagai strategi peningkatan penjualan. Atau dapat juga disebabkan karena memang ada kemunduran pembayaran dari para pelanggannya; Artinya kualitas tagihan perusahaan memang menurun yang tentunya memiliki risiko tidak tertagih.

  1. Memendeknya umur Utang dagang (Days Payable – DP)

Semakin besar dan panjang umur hutang dagang, maka semakin sedikit kebutuhan akan pembiayaan modal kerja. Umur DP mencerminkan tingkat kepercayaan supplier kepada customernya. Semakin panjang DP diartikan tingkat kepercayaan supplier yang tinggi kepada customernya; demikian sebaliknya.

Contoh Kasus:

Sebuah perusahaan memperoleh kontrak kerja senilai Rp. 10 Miliar. Berapa kebutuhan plafond modal kerja yang diperlukan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, maka terlebih dahulu perlu dipahami beberapa hal sebagai berikut:

  1. Kontrak kerja adalah perjanjian antara Pemberi Kerja (Bouwheer) dengan Penerima Kerja (Kontraktor) untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan dengan kompensasi yang disepakati.
  2. Kaidah umum menyatakan bahwa nilai sebuah kontrak adalah identik dengan harga jual yang diajukan oleh Kontraktor dan disetujui oleh bouwheer. Dengan demikian nilai kontrak telah mencakup dua hal utama, yakni Porsi Keuntungan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sehingga harus diketahui berapa Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Pokok Produksi.
  3. Kebutuhan plafond modal kerja atas sebuah kontrak kerja sangat tergantung pada Terms & Conditions dalam kontrak khususnya dalam klausula tata cara pembayaran dari pihak Pemberi Kerja.
  4. Secara umum ada beberapa mekanisme pembayaran dari Bouwheer kepada Kontraktor yakni:
    Pembayaran Bertahap sesuai Termin dengan atau tanpa Uang Muka
  5. Pembayaran sekaligus pada saat pekerjaan telah selesai atau Turn-Key Project.

Untuk Kondisi Turn-Key Project, kebutuhan Modal Kerja (MK) secara cepat dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

MK = Nilai Kontrak – (PPN + Uang Muka + Keuntungan)

Porsi pembiayaan Bank umumnya sebesar 70%-80% dari kebutuhan Modal Kerja. Sedangkan bila kontrak pembayaran dari Bouwheer adalah Termin-basis, maka harus dibuatkan Cashflow Projection bulanan selama periode proyek. Dari Proyeksi Cashflow tersebut akan terlihat maksimum Negative Cashflow atau Cashflow Gap. Maksimum plafond Modal Kerja yang dapat diberikan adalah sebesar Cashflow gap tersebut dengan porsi pembiayaan Bank 70%-80%.

Jadi apabila Kontrak senilai Rp. 10 Miliar tersebut adalah Turn-Key Project, dengan asumsi Uang Muka 20%, PPN 10% dan Profit Margin 20%, maka kebutuhan plafond Modal Kerja yang diperlukan adalah sebesar:

MK = 10M – (2M + 1M + 2M) = 5M x 70% (Porsi Bank)

= 3,5 Miliar

Sedangkan apabila Kontrak senilai Rp. 10 Miliar tersebut pembayarannya per 10% progress dengan masa tagih selama 2 bulan & tanpa ada Uang Muka, maka kebutuhan Modal Kerja sebesar:

MK = 10M x 80% (HPP) x 10% (progress) x 2 (bulan-masa tagih)

= 1,6 Miliar

Dengan asumsi kontraktor mampu membuat progress pekerjaan minimal 10% per bulan. Disamping penentuan jumlah plafond Modal Kerja, ada beberapa hal penting lain yang harus diperhatikan dalam merealisasikan pembiayaan kontrak yakni antara lain:

  1. Bank harus melakukan verifikasi dan konfirmasi langsing kepada Bouwheer atas kontrak yang akan dibiayai.
  2. Kontraktor telag cukup pengalaman dalam mengerjakan jenis pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.
  3. Penggunaan dana pencairan harus diyakinkan untuk pengerjaan proyek, yakni untuk pembelian bahan baku dan atau pembayaran upah pekerja proyek.
  4. Pencairan harus bertahap dengan mempertimbangkan progress atas pencairan sebelumnya.
  5. Harus diyakinkan bahwa pembayaran dari bouwheer harus ditujukan ke rekening nasabah di bank pemberi fasilitas pembiayaan. Dan setiap penerimaan pembayaran dari bouwheer harus dipergunakan untuk menurunkan pembiayaan secara proporsional.
  6. Account Officer harus mampu melakukan rekonsiliasi antara kemajuan proyek di lapangan dengan laporan dan progress pembayaran serta dengan jumlah pembiayaan yang telah dicairkan.

Daftar Pustaka :

Artikel Chairul Aslam – Praktisi Perbankan

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Pernyataan berikut yang termasuk kegiatan yang menyebabkan modal sendiri perusahaan bertambah, yaitu

1. Berkurangnya aktiva tetap

2. Bertambahnya hutang jangka panjang

3. Bertambahnya modal sendiri

4. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan

Pembahasan

Pengertian Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan. Setiap manajer harus merencanakan beberapa besar aktiva lancar yang harus dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar tersebut harus dibiayai. Oleh karena itu manajer selalu mengelola modal kerja perusahaan agar operasional perusahaan lebih optimal dan efisien.

Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010 : 112) “Modal kerja adalah modal yang seharusnya tetap ada dalam perusahaan sehingga operasional perusahaan menjadi lebih lancar serta tujuan akhir perusahaan untuk menghasilkan laba akan tercapai. Adapun modal kerja itu dapat diperoleh dari modal sendiri ataupun dari pinjaman bank”.

Sumber-Sumber Modal Kerja

Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan laporan laba-rugi yang merupakan sumber modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan bertambah. Unsur-unsur tersebut meliputi :

1. Berkurangnya aktiva tetap

Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena depresiasi. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga akan menambah modal kerja. Demikian pula depresiasi aktiva tetap. Depresiasi ini merupakan aliran kas masuk yang akan menambah modal kerja perusahaan.

2. Bertambahnya hutang jangka panjang

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan bertambah. Jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.

3. Bertambahnya modal sendiri

Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat berupa saham biasa, saham preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.

4. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan

Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan merupakan sumber modal kerja karena keuntungan tersebut akan menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada kenaikan laba ditahan maka didalamnya terdapat tambahan kas yang merupakan sumber modal kerja.

Penggunaan Modal Kerja

Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan laporan laba-rugi yang merupakan penggunaan modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang. Unsur-unsur tersebut meliputi :

1. Bertambahnya aktiva tetap

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian. Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang kas, sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan unsur yang memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.

2. Berkurangnya hutang jangka panjang

Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal,ini merupakan penggunaan modal kerja.

3. Berkurangnya modal sendiri

Seperti obligasi perusahaan membeli kembali saham biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu saham yang berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal kerja.

4. Adanya pembayaran deviden kas

Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dapat berupa saham, properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu deviden kas ini merupakan penggunaan modal kerja.

5. Adanya kerugian

Kerugian yang diderita perusahaan akibat dari biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diterima Kerugian ini harus ditutupi dengan kas oleh perusahaan. Oleh karena itu kas yang digunakan untuk menutup kerugian tersebut merupakan penggunaan modal kerja.

Pelajari lebih lanjut

Demikian pembahasan mengenai perubahan modal sendiri. Untuk mempelajari lebih lanjut dapat dibaca secara lengkap pada link brainly di bawah ini :

1. Materi tentang penyebab perubahan modal brainly.co.id/tugas/1047241

2. Materi tentang transaksi yang mengakibatkan perubahan harta dengan modal pada persamaan akuntansi brainly.co.id/tugas/5971903

3. Materi tentang perubahan pada harta, utang, dan modal brainly.co.id/tugas/10389311

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Detil Jawaban  

Kelas : X (SMA)  

Mapel : Ekonomi

Bab : Konsep Manajemen

Kode : 10.12.6

Kata kunci : perubahan modal sendiri