Dalam Islam hormat dan patuh kepada kedua orang tua dan guru adalah suatu kewajiban mengapa

Dalam Islam hormat dan patuh kepada kedua orang tua dan guru adalah suatu kewajiban mengapa

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Dalam Islam hormat dan patuh kepada kedua orang tua dan guru adalah suatu kewajiban mengapa

Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru merupakan perbuatan yang sangat baik. Keberadaan orang tua bagi seorang anak ibarat sebuah pohon dan buahnya. Tidak akan ada buah tanpa pohon, dan kuranglah bermanfaat sebuah pohon tanpa buah yang baik. Oleh karena itu, hubungan antara orang tua dan anak mestilah menjadi hubungan yang harmonis dan saling melengkapi.

Selain itu menghormati dan patuh terhadap guru juga merupakan hal yang sangat penting agar ilmu yang diberikan dapat diterima oleh sang murid dan bermanfaat serta barokah.

Baca Juga : Materi Meniti Hidup dengan Kemuliaan

Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

Makna Orang Tua bagi Anak

Orang tua memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Setiap anak memiliki kewajiban untuk berbuat hormat dan patuh terhadap kedua orang tuanya. Kasih sayang yang tulus yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar dengan uang oleh seorang anak.

Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan orang tua harus dibalas dengan kebaikan, kasih sayang, dan pengorbanan
yang serupa, meski tidak sebanding. Islam mengenal dua macam orang tua yang harus dihormati, yakni orang tua biologis yang telah melahirkan kita dan orang tua rohani yang telah mengantarkan kita mengenal Allah Swt.

Kewajiban Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat, hormat dan patuh terhadap apa yang mereka perintahkan, termasuk melakukan hal-hal yang mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak kepada orang tuanya.

Perilaku tersebut di dalam istilah agama Islam dinamakan birrul walidain. Birrul walidain adalah hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, sepanjang keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan kemaksiatan atau kemusyrikan. Bahkan, seorang anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau musyrik.

Dalil Berbakti Kepada Orang Tua

Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surah Luqmān/31:15 yang artinya, “Jika keduanya (ibu bapakmu) memaksamu supaya engkau musyrik, menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ketahui, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik.” Islam mengatur hubungan antara anak terhadap kedua orang tuanya dan tata cara pergaulannya. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan.

Seorang anak tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang tua, apalagi hingga membuat mereka sakit hati. Allah Swt. berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. al-Isra/17:23)

Ayat ke-23 surah al-Isrā di atas, menjelaskan bahwa setiap anak mesti memberikan perhatian kepada orang tuanya. Sopan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan nilai-nilai yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya. Bahkan, ucapan “ah”, “ih”, “hus” yang bernada penolakan atau pembangkangan terhadap perintahnya adalah dilarang, apalagi sampai memukul atau perbuatan kasar lainnya yang menyakiti mereka.

Dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا

Artinya: “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-ankabut : 8”

Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua

1. Penghapus dosa besar

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Saya telah melakukan suatu dosa besar. Apakah mungkin dosa itu diampuni?” Rasulullah saw. bertanya, “Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup?” Lelaki itu dengan sedih menjawab, “Keduanya telah meninggal dunia.” Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah kaupunya khallah (saudara ibu)?” “Ya punya.” Jawab lelaki itu. Maka Rasulullah kembali bersabda, “Baktikanlah dirimu kepadanya.” (H.R. Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Hakim)

2. Dipanjangkan usia dan dilimpahkan rezeki

Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dilimpahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada ibu bapaknya, dan memelihara silaturahim.” (H.R. Ahmad)

3. Akan mendapatkan bakti yang sama dari anak keturunan

Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian mengganggu wanita milik orang lain, niscaya wanita milikmu tak anak diganggu orang, dan berbaktilah kepada ibu bapak kalian, agar anak-anakmu kelak berbakti kepadamu. Barang siapa yang diminta maaf oleh saudaranya,

hendaklah dimaafkannya, baik ia salah atau benar. Jika tidak ada yang mengamalkannya, maka ia tidak akan mendatangi al-¥aud (sebuah danau) di surga.” (H.R. al-Hakim)

4. Dimasukkan ke dalam surga

Rasulullah saw. bersabda, “Pintu tengah terbuka untuk orang-orang yang birrul walidain. Barangsiapa yang berbakti kepada ibu bapaknya, akan terbukalah pintu itu, dan siapa yang durhaka kepada keduanya, tertutuplah pintu itu baginya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Śa¥i¥ dalam “At-

Targib” dan oleh ad-Dailami dalam Musnadil Firdaus)

Hormat dan Patuh kepada Guru

Makna Seorang Guru

Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap murid-muridnya. Ia mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya. Guru juga mengajarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai akhlak yang tinggi kepada murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah, tetapi juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.

Setiap guru pasti akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang anak dari orang tuannya di rumah. Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi kita tidak akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam raya ini. Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana yang benar maupun yang salah, mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang. Jasa seorang guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat diukur dengan materi. Berkat
jasa gurulah, kita menjadi terpelajar.

Dalam ajaran Islam, guru atau ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan dengan orang lainnya. Ia merupakan pewaris para nabi dalam menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Allah Swt. berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Artinya: “…Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.