Berikut adalah faktor faktor yang mempengaruhi kondensasi kecuali

Kondensasi adalah proses dimana perubahan wujud dari gas ke cair. Kondensasi disebut juga pengembunan dan merupakan kebalikan dari proses evaporasi atau penguapan. Contohnya ketika air panas dalam gelas yang ditutup dengan tutup gelas lambat laun tutup gelas yang digunakan akan mengembun.

Merangkum buku Bioenergi dan Biorefinery, kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu tekanannya ditingkatkan) menjadi cairan atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat.

Proses kondensasi terjadi apabila uap air di udara melalui permukaan yang lebih dingin dari titik embun uap air. Suhu udara berperan penting dalam proses kondensasi. Contoh peristiwa kondensasi adalah terbentuknya embun di pagi hari. Embun adalah uap air yang berubah menjadi titik-titik air.

Pengembunan atau kondensasi ini terjadi di malam hari saat udara lebih dingin. Pada malam hari, suhu udara mencapai atau turun di bawah titik embun sehingga tidak dapat menampung uap dan berubah menjadi embun.

Baca Juga

Titik embun adalah suhu di mana kondensasi terjadi. Suhu udara dapat mencapai atau turun di bawah titik embun secara alami, seperti yang sering terjadi pada malam hari. Itu sebabnya halaman rumput, mobil, dan rumah sering kali basah oleh tetesan air di pagi hari.

Kondensasi juga dapat menyebabkan tetesan air di bagian luar kaleng atau gelas yang dingin. Ketika udara hangat menyentuh permukaan yang dingin, udara mencapai titik embunnya dan terjadi kondensasi. Ini mengakibatkan tetesan air pada gelas atau kaleng yang dingin.

Advertising

Advertising

Mengutip Live Science, ketika kondensasi terjadi di dalam rumah, ada tiga faktor utama yang berkontribusi pada pembentukan tetesan air. Penyebab kondensasi meliputi:

  • Kelembaban udara dalam ruangan. Kondensasi terbentuk ketika udara di dalam tidak dapat menahan tingkat kelembapan.
  • Suhu rendah. Udara lembab bersentuhan dengan permukaan dalam ruangan yang dingin
  • Ventilasi yang buruk. Jika tidak ada tempat untuk mengalirkan udara panas dan dingin, kelembapan berkumpul dalam ruangan dan menyebabkan peningkatan kondensasi

Baca Juga

Kondensasi dapat dijumpai dalam peristiwa sehari-hari. Beberapa contoh kondensasi yang umum terjadi adalah:

  • Embun pagi. Ketika uap air di udara mengembun di rerumputan mendingin pada malam hari.
  • Tetesan air di kaleng soda yang dingin. Permukaan kaleng yang dingin menyebabkan uap air di udara luar yang hangat mengembun di bagian luar kaleng.
  • Kaca depan yang mengembun. Udara di mobil mengandung uap air, terutama yang berasal dari napas dan tubuh penumpang. Dengan kelembapan dan kaca depan yang dingin, terjadi kondensasi dalam bentuk tetesan yang mengaburkan kaca mobil.
  • Sebuah cermin mengenbun. Hal yang sama terjadi di kamar mandi ketika kelembaban dan panas tubuh mengembun di cermin yang sejuk.
  • Napas berkabut. Saat berada di luar rumah dalam suhu sangat dingin, nafas dapat terlihat ketika dihembuskan. Nafas yang panas melalui permukaan yang lebih dingin dari titik embun uap air. Ini adalah contoh kondensasi yang terjadi tanpa permukaan untuk mengumpulkan tetesan.
  • Awan. Terbentuknya awan di langit adalah contoh kondensasi tanpa permukaan.
  • Siklus air. Kondensai berperan dalam pembentukan awan dan hujan dalam siklus air.

Baca Juga

Berdasarkan buku Agroklimatologi, awan dalam atmosfer terbentuk karena titik taraf kondensasi telah tercapai, yakni setelah sampai ke titik jenuh uap air. Awan terbentuk di lapisan troposfer, yaitu lapisan udara terdekat dari permukaan bumi.

Pada lapisan troposfer, suhu menurun karena ketinggian bertambah. Kemudian awan terbentuk akibat suhu udara di troposfer menurun sehingga terjadi kondensasi. Tetesan air mengembun pada partikel untuk membentuk awan.

Beberapa jenis awan yang terbentuk dengan cara ini antara lain awan cumulus, cumulonimbus, mammatus, dan stratocumulus.

Bentuk-bentuk Kondensasi

Beberapa bentuk kondensasi yang dapat ditemui dalam peristiwa sehari-hari adalah embun, kabut, dan embun beku.

Embun

Embun adalah air yang terbentuk sebagai hasil kondensasi. Embun terbentuk ketika uap air di atmosfer mengembun ke permukaan yang dingin. Suhu di mana pembentukan tetesan terjadi disebut titik embun.

Kabut

Kabut muncul ketika uap air (air dalam bentuk gasnya) mengalami kondensasi. Selama kondensasi, molekul uap air bergabung untuk membuat tetesan air cair kecil di udara. Kabut dapat hilang ketika suhu naik.

Saat matahari terbit, udara dan tanah memanas. Hal ini menyebabkan suhu udara menjadi lebih hangat daripada suhu titik embun, sehingga menyebabkan tetesan kabut menguap dan menghilang.

Baca Juga

Embun beku adalah lapisan es tipis di permukaan yang padat. Embun beku terjadi ketika titik embun berada di bawah titik beku, sehingga terjadi kondensasi uap air menjadi bentuk partikel kristal es yang sangat kecil.

Air adalah salah satu sumber daya alam yang sifatnya sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, sehingga mudah didapatkan oleh manusia. Karena sifat air yang sangat penting, maka kita perlu bersyukur karena air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sebab jika air adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka untuk memulihkannya lagi memerlukan waktu yang sangat lama hingga jutaan tahun lamanya dan dapat dipastikan kehidupan di bumi akan sangat berbeda. Makhluk hidup memerlukan air setiap waktu. Selain untuk menjaga cairan tubuh dengan cara diminum, air juga menyokong proses fotosintesis pada tumbuhan. Bahkan selain itu, manusia memerlukan air untuk berbagai kebutuhan lain seperti mandi, mencuci dan lain sebagainya.

Siklus Air

Pernahkah kita berfikir mengapa air tidak habis meskipun semua makhluk hidup di dunia ini menggunakannya, bahkan dalam jumlah yang besar? Meskipun sedang musim kemarau, air masih saja ada meskipun tidak sebanyak ketika musim hujan. Hal ini tidak lepas dari yang namanya siklus air atau siklus hidrologi. Siklus air merupakan perputaran atau perjalanan air yang membentuk sebuah siklus sehingga air tidak habis terbuang dan hilang begitu saja. Siklus air tidak lepas dari proses terjadinya hujan. Siklus air dimulai dari proses penguapan oleh air laur dan sumber- sumber air yang ada di Bumi kemudian terjadinya hujan di wilayah daratan. Sebagian dari air hujan tersebut akan masuk ke dalam tanah menjadi air tanah, sebagian lagi akan mengalir ke laut atas maupun bawah permukaan tanah dan sebagian lagi akan menguap menjadi uap air yang lama kelamaan akan menjadi awan lagi. Setidaknya siklus air melewati beberapa tahapan antara lain sebagai berikut:

Evaporasi merupakan istilah untuk penguapan. Penguapan yang dimaksud adalah penguapan oleh air laut, air permukaan, dari tumbuhan, binatang dan juga manusia. Namun penguapan yang paling besar adalah yang bersumber dari air laut serta air permukaan yang ada di daratan, seperti sungai, rawa, macam-macam danau, dan lain sebagainya. Evaporasi ini akan menghasilkan uap air yang kemudian akan naik ke atas karena terbawa oleh angin hingga ke ketinggian tertentu.

Setelah terjadi evaporasi, kemudian uap air yang telah berkumpul di atas akan berpindah tempat karena tertiup angin. Pada ketingian tertentu dan seiring uang air yang terkumpul semakin banyak, uap terbesut jenuh dan menjadi titik- titik air. Nah proses berubahnya uap air menjadi titik- titik air inilah yang disebut dengan kondensasi.

Setelah perubahan uap air menjadi titik- titik air kemudian titik- titik air ini semakin deras sehingga membentuklah sebuah hujan. Hujan inilah yang disebut dengan presipitasi.

Infiltasi adalah tahapan dimana air hujan telah sampai ke permukaan tanah, yaitu ada yang meresap ke tanah namun ada yang di permukaan.

Itulah sedikit penjelasan mengenai tahapa dalam siklus air. Siklus air sama seperti halnya dengan proses terjadinya hujan. Kadar hujan di setiap daerah berbeda- beda,  hal ini kita kenal dengan istilah curah hujan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi curah hujan yang akan kita bahas di bawha ini.

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Curah Hujan

Banyak sedikitnya hujan rata- rata yang ada di suatu tempat memang berbeda- beda. Ada beberapa faktor yang mepengaruhi curah hujan yang ada di suatu tempat. Faktor- faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap turunnya hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi curah hujan diantaranya sebagai berikut:

Sumber air atau laut merupakan sumber penguapan yang tentu saja akan mempengaruhi curah hujan di suatu tempat. Semakin dekat suatu tempat dengan laut maka curah hujan yang dimilikinya akan semakin tinggi. Sebaliknya, tempat yang jauh dari sumber air maka curah hujannya rendah. Hal ini karena kondensasi awan akan mencir sebelum mencapai tempat tersebut.

  1. Perbedaan Suhu tanah dan perairan

Perbedaan antara suhu daratan dan perairan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi curah hujan. Apabila suhu tanah atau daratan lebih tinggi daripada perairan maka hujan akan sering terjadi di perairan, sebaliknya apabila suhu lebih tinggi di perairan daripada di daratan maka hujan akan lebih sering terjadi di daratan.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi curah hujan yang ada di suatu tempat adalah faktor arah angin. Angin merupakan media yang membawa awan menuju ke suatu tempat sebelum menurunkan hujan. Dengan demikian daerah- daerah yang kurang memiliki angin banyak maka, kemungkinan untuk turun hujan juga lebih kecil daripada daerah yang dilalui oleh banyak angin. Sebagai contoh daerah- daerah yang semacam ini adalah di padang pasir atau padang rumput yang biasa terdapat di Nusa Tenggara Timur.

Faktor ketinggian tempat adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Hal ini karena ketinggian tersebut menentukan banyak sedikitnya hujan yang turun. Apabila semakin tinggi suatu tempat, maka tempat tersebut memiliki curah hujan yang rendah. Sebaliknya semakin rendah suatu tempat maka curah hujannya semakin banyak. Hal ini karena tinggi tempat berpegaruh juga terhadap suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat maka suhu udara yang yang dimiliki akan semakin rendah.

Faktor garis lintang adalah salah satu yang mempengaruhi curah hujan. Daerah yang memiliki curah hujan terbanyak adalah yang berada di lintang rendah atau mendekati garis khatulistiwa. Semakin jauh suatu tempat dengan khatulistiwa maka curah hujannya semakin sedikit.

Siapa bilang besar kecilnya wilayah tidak berpengaruh terhadap curah hujan? Ternyata luas daerah yang luas membuat curah hujan di daerah tersebut sedikit atau rendah. Sebaliknya apabila luas daratan tempit maka hujan akan lebih sering terjadi.

Deretan pegunungan bagaikan benteng yang menghalangi awan untuk mencapai daerah dari balik gunung, akibatnya daerah balik gunung memiliki curah hujan yang rendah. Apabila awan sampai menjumpai deratan gunung maka awan akan terus naik dan belum berhenti sebelum mampu melewati gunung. Dengan demikian daerah yang berada di sekitar pegunungan akan meiliki curah hujan rendah.

Nah demilikianlah faktor- faktor yang mempengaruhi curah hujan di suatu tempat. Semoga bermanfaat untuk semua.