Bagaimana peran sistem koordinasi saat seseorang melakukan aktivitas tersebut?

Sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, memiliki fungsi untuk menerima informasi atau rangsangan dari semua bagian tubuh, kemudian mengontrol dan mengendalikan informasi tersebut untuk menghasilkan respons tubuh.

Informasi atau rangsangan ini termasuk yang berkaitan dengan gerakan, seperti bicara atau berjalan, atau gerakan tak sadar, seperti berkedip dan bernapas. Ini juga termasuk bentuk informasi lainnya, seperti pikiran, persepsi, dan emosi manusia.

Sistem saraf tepi

Secara garis besar, fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respon sistem saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh Anda. Saraf ini meluas dari saraf pusat ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.

Masing-masing susunan saraf tepi, yaitu somatik dan otonom, memiliki fungsi yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari bagian-bagian sistem saraf tepi:

Sistem saraf somatik bekerja dengan mengontrol semua hal yang Anda sadari dan secara sadar memengaruhi respon tubuh, seperti menggerakkan lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini menyampaikan informasi sensorik dari kulit, organ indera, atau otot ke sistem saraf pusat. Selain itu, saraf somatik juga membawa respons keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa gerakan.

Sebagai contoha, saat menyentuh termos panas, saraf sensorik membawa informasi ke otak bahwa ini adalah sensasi panas. Setelah itu, saraf motorik membawa informasi dari otak ke tangan untuk segera menghindar dengan menggerakkan, melepas, atau menarik tangan dari termos panas tersebut. Keseluruhan proses ini terjadi kurang lebih dalam waktu satu detik.

Sebaliknya, sistem saraf otonom mengontrol aktivitas yang Anda lakukan secara tak sadar atau tanpa perlu memikirkannya. Sistem ini terus menerus aktif untuk mengatur berbagai aktivitas, seperti bernapas, detak jantung, dan proses metabolisme tubuh.

Ada dua bagian dari saraf ini:

1. Sistem simpatik

Sistem ini mengatur respons perlawanan dari dalam tubuh ketika ada ancaman pada diri Anda. Sistem ini juga mempersiapkan tubuh untuk mengeluarkan energi dan menghadapi potensi ancaman di lingkungan.

Misalnya, ketika Anda sedang cemas atau takut, saraf simpatik akan memicu respons dengan mempercepat detak jantung, meningkatkan laju pernapasan, meningkatkan aliran darah ke otot, mengaktifkan kelenjar produksi keringat, dan melebarkan pupil mata. Ini dapat membuat tubuh merespons dengan cepat dalam situasi gawat darurat.

2. Sistem parasimpatik

Sistem ini gunanya menjaga fungsi tubuh normal setelah ada sesuatu yang mengancam diri Anda. Setelah ancaman berlalu, sistem ini akan memperlambat detak jantung, memperlambat pernapasan, mengurangi aliran darah ke otot, dan menyempitkan pupil mata. Ini memungkinkan kita untuk mengembalikan tubuh ke kondisi normal.

Penyakit sistem saraf

Berbagai penyakit atau gangguan saraf

Ada beberapa gangguan atau penyakit yang mungkin terjadi hingga mengganggu fungsi vital dari sistem saraf pada manusia. Berikut adalah macam-macam penyakit saraf tersebut:

Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang menyerang sel-sel otak dan neurotransmitter (bahan kimia yang membawa pesan di antara sel-sel otak). Penyakit ini memengaruhi fungsi otak, memengaruhi ingatan Anda, dan cara Anda berperilaku.

Penyakit Parkinson adalah gangguan yang terjadi ketika sel-sel saraf tidak menghasilkan cukup dopamin, yaitu bahan kimia yang sangat penting untuk kelancaran kontrol otot dan gerakan.

Multiple sclerosis adalah penyakit kronis yang memengaruhi saraf pusat. Kondisi ini ditandai dengan adanya kerusakan pada selubung pelindung (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di otak dan sumsum tulang belakang.

Tubuh manusia memiliki sistem khusus yang mengatur kinerja sistem organ lainnya. Jika diibaratkan sebagai komputer, sistem koordinasi bekerja seperti CPU (central processing unit) beserta memori (RAM) dan seluruh kabel-kabel kecil yang menyatukan berbagai komponen komputer seperti monitor, speaker, keyboard, dan lainnya.

Tanpa adanya CPU, komputer tidak akan bekerja sebagaimana mestinya. Komponen-komponen komputer akan mati karena tidak terhubung dengan CPU. Inilah adalah contoh analogi yang menggambarkan bagaimana sistem koordinasi pada tubuh manusia bekerja.

Tanpa adanya sistem koordinasi, seluruh organ tubuh tidak akan bekerja sama sekali, alias mati. Iya, manusia akan mati tanpa adanya sistem koordinasi. Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan secara singkat sistem koordinasi manusia.

Pengertian Sistem Koordinasi

Sistem koordinasi merupakan sistem organ yang berperan mengatur organ-organ tubuh lainnya agar dapat bekerja sebagaimana mestinya, dan terintegrasi satu sama lainnya. Meski memiliki fungsi yang berbeda-beda, seluruh organ dalam tubuh terhubung dengan saraf dan darah, dua komponen utama sistem koordinasi.

Pengelompokan Sistem Koordinasi Pada Manusia

Sistem koordinasi pada manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Sistem koordinasi meliputi sistem saraf dan sistem endokrin. Perbedaan mencolok antara sistem saraf dan sistem endokrin adalah bagaimana sinyal ditransmisikan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam proses regulasi.

Pada sistem saraf, sinyal yang ditransmisikan adalah sinyal elektrik melewati sel saraf. Sedangkan pada sistem hormon, sinyal yang ditransmisikan adalah senyawa kimia berupa hormon melewati pembuluh darah. Karena perbedaan ini, sisitem saraf tentu memiliki kecepatan transmisi yang lebih cepat dibandingkan sistem endokrin.

Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem organ yang terdiri oleh sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel pendukungnya (neuroglia). Sistem saraf menggunakan perbedaan potensial listrik untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lainnya. Sinyal elektrik ini lah yang digunakan dalam sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasikan seluruh organ di dalam tubuh.

· Pembagian Sistem Saraf Pada Manusia

Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat meliputi otak dan saraf tulang belakang. Sistem saraf pusat inilah yang menjadi pusat segala koordinasi dan regulasi organ-organ dalam tubuh manusia. Dalam analogi sebelumnya, sistem saraf pusat dapat diandaikan sebagai CPU dan RAM sebuah komputer.

Otak manusia memiliki milyaran sel saraf dan mampu melakukan tugas-tugas yang kompleks. Mulai dari hal yang kita sadari seperti mengisi puzzle TTS sampai hal yang tidak kita sadari seperti meningkatkan laju detak jantung ketika kita dikejar anjing. 

Otak terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak besar, otak tengah, dan otak kecil. Otak besar (cerebrum). Sedangkan sumsum tulang belakang berperan dalam gerak refleks dan menghubungkan rangsangan dari dan menuju ke otak.

Bagaimana peran sistem koordinasi saat seseorang melakukan aktivitas tersebut?

Gambar Sistem Saraf pada Tumbuh Manusia. Kuning adalah sistem saraf pusat dan biru adalah sistem saraf tepi. (Wikimedia Commons)

Sistem Saraf Tepi

Jika sistem saraf pusat meliputi otak dan saraf tulang belakang yang mengendalikan seluruh organ-organ di tubuh, maka sistem saraf tepi meliputi saraf-saraf kecil yang menghubungkan otak dan tulang belakang dengan organ tersebut. Dalam komputer, analoginya adalah kabel-kabel dan papan PCB yang menghubungan CPU dengan layar monitor, mouse, keyboard, speaker, dan lain sebagainya.

Sistem saraf tepi terdiri dari dua jenis saraf: sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom (tak sadar). Sistem saraf somatik meliputi sistem saraf sensori dan motorik. Sistem saraf sensori mensarafi organ sensori (indra).

Sistem saraf ini berperan dalam menerima rangsang dari luar tubuh dan menyampaikannya ke otak. Di sisi lain, sistem saraf motorik meneruskan perintah dari otak ke alat gerak seperti kaki, tangan, otot rangka; atau efektor seperti kelenjar.

Sistem saraf otonom meliputi sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik. Dua sistem saraf ini bekerja secara otomatis (tak sadar). Sistem saraf simpatetik berperan dalam respons fight-or-flight (seperti ketika berlari dikejar anjing atau ketika mengalami rasa takut dan ancaman), sedangkan sistem saraf parasimpatetik bekerja ketika istirahat atau saat sedang mencerna makanan.

Semua respons ini terjadi secara otomatis. Kita tidak pernah menyuruh jantung kita untuk menaikkan detaknya ketika dikejar anjing. Kita juga tidak pernah menyuruh usus kita untuk mencerna. Inilah fungsi sistem saraf otonom.

· Komponen Sel Saraf

Satu sel saraf terdiri dari tiga komponen utama: dendrit, akson, sinapsis.

Dendrit

Dendrit memiliki fungsi sebagai penerima rangsangan dari luar tubuh. Sel dendrit berwujud seperti tonjolan dari sitoplasma sel saraf. Sel dendrit ini nantinya akan menerima rangsang dan meneruskannya menjadi impuls yang menjalar di aksin

Akson

Akson merupakan perpanjangan dari badan sel sarf. Sel akson berfungsi dalam meneruskan rangsangan sel saraf lainnya, efektor, maupun organ tubuh. Akson berperan seperti kabel dan sirkuit PCB di dalam komputer

Sinapsis

Sinapsis bertugas meneruskan rangsangan yang dihantarkan oleh impuls kepada sel saraf lainnya, efektor, maupun organ tubuh. Sinapsis ini berada di ujung sel neuron. Informasi yang dihubungkan antara sinapsis ini diteruskan oleh senyawa kimia yang disebut neurotransmitter.

Alat Indra

Alat indra (organ sensori) termasuk ke dalam sistem saraf tepi yang berfungsi dalam menerima rangsang dari dunia luar.

· Indera Penglihatan

Mata digunakan sebagai alat indera penglihatan. Mata menerima rangsangan berupa cahaya, kemudian cahaya tersebut menembus kornea dan diteruskan melalui pupil. Cahaya yang masuk tersebut diatur oleh lensa mata agar jatuh tepat pada retina. Selanjutnya, akan disampaikan ke otak dan diterjemahkan apa yang dilihat oleh mata.

· Indera Pendengaran

Telinga digunakan manusia sebagai indera pendengaran. Suara membuat gendang telinga bergetar. Getaran ini lalu diteruskan menuju bagian rumah siput. Cairan limfa dalam rumah siput yang bergetar akan merangsang sel saraf, getaran tersebut diubah menjadi impuls dan diteruskan ke otak untuk mengenali suara tersebut.

· Indera Penciuman

Hidung berfungsi sebagai indera penciuman yang dapat menanggapi rangsangan berupa bau. Dalam rongga hidung terdapat sel silia. Sel silia inilah yang akan meneruskan rangsangan ke otak sehingga dapat mengenali bau tersebut.

· Indera Peraba

Indera peraba pada manusia berupa kulit. Pada bagian kulit terdapat sel-sel saraf yang mampu menerima rangsangan berupa sentuhan. Rangsangan tersebut akan diubah menjadi impuls untuk diteruskan ke otak agar kamu dapat mengenali rasa seperti sakit, nyeri dan lain sebagainya.

· Indera Pengecap

Lidah sebagai alat indera pengecap pada manusia. Lidah mempunyai papilla yang berbentuk bintil-bintil. Papilla inilah yang bertugas sebagai reseptor rangsangan berupa zat kimia, yang kemudian akan diteruskan ke otak lalu diterjemahkan dalam bentuk rasa.

Sistem Endokrin

Sistem endokrin dalam tubuh manusia bertugas mengatur kinerja hormon-hormon yang diproduksi tubuh. Hormon adalah senyawa kimia yang memiliki peran dalam mengatur organ dan bagian tubuh lainnya.

Perbedaan dengan sistem saraf adalah bahwa hormon disebarkan melalui pembuluh darah, bukan sel saraf. Hormon disekresi oleh kelenjar endokrin. Kelenjar yang termasuk dalam kelenjar endokrin diantaranya kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar thymus, dan lain sebagainya.

Sebenarnya selain sistem endokrin, terdapat juga kelenjar eksokrin yang berperan dalam regulasi beberapa organ, namun tidak menyeluruh seperti sistem endokrin. Oleh karena itu, eksokrin tidak dikategorikan pada sistem koordinasi, tetapi ada di sistemnya masing-masing seperti sistem pencernaan dan lainnya.

Kelenjar ensokrin mensekresikan senyawanya dan mendistribusikannya tanpa melalui saluran khusus, alias tidak dialirkan melalui pembuluh darah. Kelenjar yang termasuk dalam kelenjar eksokrin diantaranya pankreas, kelenjar ludah, hati, dan usus halus (sistem pencernaan).

Gangguan Sistem Koordinasi Pada Manusia

· Tremor

Tremor merupakan gangguan koordinasi pada manusia dengan gejala gerakan gemetar yang tidak terkendali. Biasanya hal ini terjadi pada anggota gerak tubuh seperti tangan. Tremor pada umumnya tidak menimbulkan komplikasi khusus, namun kondisi ini mengganggu aktivitas sehari-hari.

· Parkinson

Penyakit parkinson ini merupakan kelainan akibat degeneratif sel saraf pada bagian otak. Sel saraf mengalami kerusakan pada bagian tertentu sehingga tidak mampu memproduksi dopamine. Gejala parkinson umumnya muncul tremor, kaku otot, dan hilangnya reaksi spontan secara bertahap.

· Meningitis

Meningitis merupakan penyakit saraf akibat peradangan karena infeksi virus dan pola hidup yang tidak sehat. Virus ini menginfeksi selaput saraf pada otak. Pada umumnya penyakit ini diobati dengan vaksin maupun antibiotik.

Sistem koordinasi pada manusia tentu mengemban peran sangat penting dalam tubuh. Sehingga tidak kalah penting juga bagi kamu menjaga kesehatan terkait sistem koordinasi tersebut. Supaya tubuh tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Contoh Soal Sistem Koordinasi

Doni adalah seorang pelajar SMA kelas 12. Doni sedang menjalani ujian akhir semester dan ujian sekolah. Setelah itu, Doni belajar untuk persiapan UTBK dengan penuh dedikasi. Doni telah mempersiapkan jauh-jauh hari UTBK, karena Doni yakin dengan berkuliah di PTN ternama, ia memiliki masa depan yang cerah.

Hari-H UTBK telah berlangsung. Doni dengan santai dan percaya diri memasuki ruang kelas. Akan tetapi, Doni baru menyadari bahwa kartu ujian yang ia bawa tertinggal di kamar. UTBK akan dimulai 5 menit lagi. Doni cemas dan bingung. Dunia seakan berakhir tepat di depan matanya.

Nafasnya terengah-engah, dan suhu badannya meningkat. Sistem saraf dan hormon apa yang sedang aktif di dalam tubuh Doni?

A. Sistem saraf pusat, hormon testosteron

B. Sistem saraf parasimpatetik, hormon ADH

C. Sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin

D. Sistem saraf tepi, hormon tirosin

E. Sistem saraf simpatetik, hormon aldosteron

Pembahasan

Apa yang Doni alami di ruang kelas adalah respons fight-or-flight. Respons ini adalah respons alami manusia ketika mengalami bahaya (seperti dikejar anjing, jatuh dari jurang, atau tenggelam di laut). Respons fight-or-flight juga dialami manusia ketika bertarung dengan buruan, bergelut dengan keadaan hidup, dan ketika cemas atau stres berat. Ciri-ciri respons fight-or-flight adalah:

  • Detak jantung meningkat
  • Pupil membesar
  • Berkeringat
  • Suhu badan meningkat
  • Laju pernapasan meningkat
  • Badang bergetar (shaking)

Sistem saraf yang bertanggung jawab dalam respons fight-or-flight adalah saraf simpatetik. Saraf ini termasuk dalam sistem saraf otonom yang berfungsi mengaktivasi respons fight-or-flight.

Selain sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin juga berpengaruh dalam meningkatkan respons fight-or-flight. Mungkin kalian sudah cukup kenal dengan hormon ini karena epinefrin memiliki nama lain yang terkenal, yaitu adrenalin.

Analisis Jawaban

A) Sistem saraf pusat tidak secara langsut terlibat dalam respons fight-or-flight. Sistem saraf yang bertanggung jawab dalam respons fight-or-flightadalah saraf simpatetik.

Selain sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin juga berpengaruh dalam meningkatkan respons fight-or-flight. Hormon testosteron berperan dalam regulasi sistem reproduksi pria, bukan respons fight-or-flight.

B) Sistem saraf parasimpatetiktidak terlibat dalam respons fight-or-flight. Sistem saraf yang bertanggung jawab dalam respons fight-or-flight adalah saraf simpatetik.

Selain sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin juga berpengaruh dalam meningkatkan respons fight-or-flight. Hormon ADH berperan dalam regulasi reabsorbsi air dalam nefron.

C) Benar. Sistem saraf yang bertanggung jawab dalam respons fight-or-flightadalah saraf simpatetik. Selain sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin juga berpengaruh dalam meningkatkan respons fight-or-flight.

D) Sistem saraf tepitidak secara langsut terlibat dalam respons fight-or-flight. Sistem saraf yang bertanggung jawab dalam respons fight-or-flight adalah saraf simpatetik.

Selain sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin juga berpengaruh dalam meningkatkan respons fight-or-flight. Hormon tiroksin berperan dalam regulasi metabolisme serta peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, bukan respons fight-or-flight.

E) Sistem saraf pusat tidak secara langsut terlibat dalam respons fight-or-flight. Sistem saraf yang bertanggung jawab dalam respons fight-or-flightadalah saraf simpatetik.

Selain sistem saraf simpatetik, hormon epinefrin juga berpengaruh dalam meningkatkan respons fight-or-flight. Hormon aldosteron berperan dalam regulasi reabsorbsi air dalam ginjal, bukan respons fight-or-flight.

Maka jawaban yang tepat adalah C

[Total: 3 Average: 4.7]