Bagaimana cara kita bermohon kepada Allah SWT menurut surah al a raf ayat 180?

Bagaimana cara kita bermohon kepada Allah SWT menurut surah al a raf ayat 180?
Tafsir Al-Quran Surat Al-A'raf Ayat 180 tentang Asmaul Husna dalam Tafsir Departemen Agama dan Tafsir Al-Azhar.


ASMAUL HUSNA (Al-Asma al-Husna) adalah nama-nama yang baik milik Allah SWT. Umat Islam dianjurkan berdoa kepada Allah sambil menyebut Asmaul Husna (lihat: Daftar Lengkap Asmaul Husa dan Artinya). 

Setiap Muslim yang berdzikir dengan Asmaul Husna, dengan penuh keimanan dan khusyu', hatinya akan merasa damai, tentram, adem, bahkan... menangis!

Kali ini kita akan menyimak uraian Prof. Dr.Hamka dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Azhar, tentang QS Al-A'raf:180 yang menegaskan Asmaul Husna itu milik Allah SWT.



وَللَّهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَاۖ وَذَ رُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَـٰئِهٖۚ سَيُجْزَوْنَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ


"Hanya milik Allah al-Asma-ul Husna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama baik itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A‘raf:  180). Ayat tersebut dipertegas dengan sejumlah hadits shahih tentang Asmaul Husna, di antaranya:

"Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, iaitu kurang satu menyamai seratus. Barangsiapa yang menyebutnya, pasti masuk surga”. (HR Muttafaq ‘alaih, Imam al-Nawawi, Sahih Muslim).

"Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu. Siapa saja yang menghafalnya niscaya ia masuk syurga" (HR.Bukhori).

Menurut Tafsir Al-Quran Departemen Agama RI, sesudah Allah Swt. menguraikan sifat-sifat manusia yang sesat pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Dia mempunyai "Asmaul Husna" dan menyerukan agar hamba-hamba-Nya berdoa dan memuji-Nya dengan menyebut asmul husna itu, mudah-mudahan mereka terhindar jauh dari sifat-sifat yang buruk dan lepas dari neraka Jahanam. Asma'ul Husna artinya nama-nama Allah yang paling baik, paling luas dan paling dalam pengertiannya sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

إن لله تسعة وتسعين إسما مائة غلا واحد من أحصاها دخل الجنة 

"Sesungguhnya Allah swt. mempunyai sembilan puluh sembilan nama seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya masuklah dia ke surga."  (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Jumlah sembilan puluh sembilan itu tidaklah berarti batas jumlah, sesungguhnya nama Allah itu tidaklah terbatas. Dalam Alquran nama Allah lebih dari jumlah angka tersebut. Nama-nama itu merupakan sifat dari zat Allah Yang Maha Esa, bukan zat Tuhan yang dikira orang musyrikin.

Ada riwayat dari Muqatil mengatakan bahwa seorang laki-laki berdoa sesudah salat dan mengucapkan, "Wahai Ar-Rahman (Yang Maha Penyayang)." Maka berkatalah sebagian orang musyrikin, "Sesungguhnya Muhammad dan pengikutnya mengatakan bahwa mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tetapi mengapa laki-laki itu berdoa kepada dua Tuhan (Allah dan Ar-Rahman)." Maka kemudian turunlah ayat ini.

Allah swt. memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menyebutkan nama-nama yang paling baik ini dalam berdoa atau berzikir. Karena dengan berdoa dan berzikir itu, mereka bertambah hidup dan subur dalam jiwa mereka. Para ahli hadis berbeda pendapat tentang nama-nama Allah swt. ini. Pendapat yang terkuat memandang hadis ini daif. Sebab itu Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Dalam pada itu Allah swt. memerintahkan pula kepada orang-orang yang beriman agar mereka meninggalkan perilaku orang-orang yang menyimpangkan pengertian nama-nama Allah swt. dan pengertian yang benar, misalnya dengan memberikan takwil atau memutar-balikkan pengertian sehingga mengaburkan kesempurnaan yang mutlak dari sifat-sifat Allah swt. Mereka yang berbuat demikian kelak akan ditimpa azab Allah swt. Penyimpangan atau penyelewengan dari nama-nama Allah Yang Maha Sempurna itu bermacam-macam bentuknya, antara lain:
  1. Memberikan nama kepada Allah swt. dengan nama yang tidak ada terdapat dalam Alquran atau pun dalam hadis Rasulullah saw. yang sahih. Semua ulama bersepakat bahwa nama dan sifat Allah itu harus didasarkan atas penjelasan Alquran dan hadis Rasulullah saw. Tidak dibenarkan memberi nama kepada Allah swt. dengan nama yang dilarang oleh syara'.
  2. Menolak nama-nama dan sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah swt. untuk zat-Nya, atau menolak untuk menisbahkan suatu perbuatan (faal) kepada Allah swt. karena memandang yang demikian itu tidak patut bagi kesucian-Nya atau mengurangi kesucian-Nya. Mereka yang menolak ini memandang diri mereka seolah-olah lebih mengetahui dari Allah dan Rasul-Nya, mana yang layak dan mana yang tidak bagi Allah swt.
  3. Menamakan sesuatu selain Allah swt. dengan nama yang hanya layak bagi Allah swt.
  4. Memutar-balikkan nama dan sifat-sifat Allah swt. dengan memberikan tafsiran-tafsiran sehingga keluar dari pengertian dan maksud yang sebenarnya, seperti paham yang menggambarkan sifat-sifat Allah swt. seperti sifat seorang manusia, seperti mendengar, melihat, berkata-kata, punya muka, tangan, kaki, tertawa, marah, senang dan sebagainya. Atau paham yang memberikan tafsiran terhadap sifat-sifat Allah swt. sedemikian rupa sehingga sifat Allah swt. itu seperti tidak ada.
  5. Mempersekutukan Allah dengan sembahan selain Allah dalam segi nama yang khusus untuk Allah swt. Seperti memakai lafal Allah untuk sebuah berhala atau kata Rabbul Alamin.
Menurut Prof. Dr.Hamka dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Azhar, setelah Allah memberi peringatan tentang hidup yang sengsara ke atas golongan yang tidak mempergunakan hati, mata dan telinga di dalam ayat 179 surah al-A‘raf, maka Allah menyampaikan seruan ke atas orang-orang beriman supaya mendekati-Nya di dalam ayat 180 surah al-A‘raf ini. Nama ialah perkataan yang menunjukkan atas sesuatu zat, atau menunjukkan zat dan sifat. Allah mempunyai nama-nama, dan kesemua nama tersebut adalah nama yang baik, maka serulah Dia dengan kesemua namaNya yang terbaik itu. Ayat 180 Surah al-A‘raf amat berkaitan erat dengan ayat sebelumnya. Jikalau kita telah menggunakan hati untuk berfikir dan memerhatikan untuk melihat warna dan bentuk, akhirnya kita akan sampai kepada Zat Yang Maha Kuasa dan alam ini keseluruhannya adalah saksi di atas kewujudan-Nya. "Sebab itu apabila bertambah banyak perkara yang kita perhatikan, maka bertambah banyaklah kita akan bertemu dengan Asma-ul Husna. Maka panggillah Dia dan serulah Dia dengan namaNya atau salah satu di antara nama-namaNya. Ini kerana nama-nama itu, kita akan bertemu dengan syarat apabila kita selalu memerhatikan sesuatu."

"Apabila kita melihat sekumpulan tentera yang berbaris rapat dengan disiplin yang keras dan kuat, kita akan bertemu dengan namaNya al- ‘Aziz. Jika kita melihat seorang pemimpin yang bijaksana dalam menyelesaikan sesuatu perkara, maka kita akan bertemu pula dengan namaNya al-Hakim. Bahkan apabila kita merasakan jaminan hidup yang diberikan kepada kita dan kita selalu dipelihara, dilindungi dan diberi rezeki, maka kita pun akan bertemu dengan namaNya al-Razzaq." Wallahu a'lam bish-shawab. (www.risalahislam.com).*

Bagaimana cara kita bermohon kepada Allah SWT menurut surah al a raf ayat 180?
Bagaimana cara kita bermohon kepada Allah SWT menurut surah al a raf ayat 180?

Anjuran doa dan dzikir dengan asmaul husna

Asmaul husna adalah nama-nama indah yang dimiliki Allah. Secara etimologis, asmaul husna berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu al-asma’ dan al-husna. Kata al-asma’ adalah jamak dari lafadz ismun, yang berarti nama. Sedangkan al-husna merupakan mashdar dari lafadz al-ahsan yang berarti baik, bagus, atau indah. Allah pun mengancurkan untuk berdoa dan berdzikir dengan asmaul husna.

Dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 180, Allah telah menjelaskan nama-nama lain dari-Nya yang disebut asmaul husna. Di dalam asmaul husna pula terkandung sifat-sifat Allah yang sangat mulia nan agung. Pengenalan Allah mengenai nama-nama indah-Nya kepada manusia dimaksudkan agar manusia senantiasa mengingat-Nya dalam kondisi dan situasi apapun. Bentuk dari ingat Allah bisa diekspresikan dengan penggunaan dzikir asmaul husna ini, baik bil qolbi maupun bil lisan.

Baca juga: Baca Ayat Ini Sebagai Doa Agar Orang Mendapatkan Hidayah Islam

Tafsir Surat Al-A’raf ayat 180, anjuran berdoa dengan asmaul husna

Surat Al-A’raf ayat 180 mengandung penjelasan mengenai asmaul husna. Adapun ayatnya berbunyi sebagaimana berikut:

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَاءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِى أَسْمَٰئِهِۦ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Ayat di atas dalam Tafsir Al-Wajiz karangan Wahbah Zuhayli adalah penjelasan mengenai agungnya kemuliaan Allah dan luasnya sifat-sifat-Nya bahwa Ia memiliki asmaul husna, semua nama yang baik. Menurut Wahbah Zuhayli, semua nama-Nya tersebut menunjukkan sifat kesempurnaan yang dengan itu Ia menjadi husna (bagus). Dan apabila nama tersebut tidak menunjukkan sifat, namun hanya sekedar nama, maka bukanlah disebut husna.

Baca juga: Doa Al-Quran: Surat Ali Imran Ayat 8 untuk Ketetapan Hati dalam Iman

Dalam Tafsir al-Mizan fi tafsir Al-Qur’an, Husain Thabathaba’i membahas khusus tentang asmaul husna dalam satu bab yang diberi judul Kalam fi al-Asma al-Husna fi Fushul. Thabathaba’i menerangkan bahwa asmaul husna terlepas dari semua sifat kekurangan atau sifat-sifat negatif.

Thabathaba’i sedikit berbeda dengan Zuhayli perihal penyandaran asma wa sifat. Thabathaba’i tidak membedakan antara keduanya kecuali perihal sifat. Sifat menurutnya menunjukkan makna yang melekat pada dzat secara umum baik itu ‘ainiyyah atau gairiyyah. Sedangka asma’ menunjukkkan dzat yang telah disifati. Dalam penafsiran Thabathaba’i, nama Allah ditilik dari ranah tafsir itu tidak tauqifiyyah dikarenakan ketiadaan dalil yang menunjukkan ketauqifiyyah-an itu. Sedangkan dalam ranah fiqih nama-nama Allah itu tauqifiyah.

Terlepas mengenai penjelasan asma wa sifat Allah, asmaul husna adalah nama Allah yang menunjukkan kesempurnaan-Nya. Ia tidak memiliki kekurangan sama sekali. Asmaul husna juga menunjukkan keesaan Allah seperti yang diungkapkan Zuhayli dan Thabathaba’i, karena hanya Dia-lah satu-satunya Dzat yang memiliki sifat-sifat mulia tersebut. Dan ketika nama tersebut disandarkan kepada selain-Nya dengan maksud menyekutukan-Nya, maka sifat-sifat mulia yang terkandung di dalamnya otomatis akan hilang. Hal itu karena yang pantas menyandang asmaul husna adalah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Anjuran berdoa dan berdzikir dengan asmaul husna

Asmaul husna ini bisa dijadikan amalan berdoa dan berdzikir sehari-hari bagi umat Islam. Wahbah Zuhayli dalam Tafsir Al-Wajiz juga memberikan keterangan bahwa hakikatnya manusia akan selalu menyebut-Nya dalam siatuasi apapun. Misal ketika manusia dalam keadaan sulit rezeki, maka ia akan cenderung membutuhkan satu Dzat penolong yang Maha memberi rezeki. Atau ketika mausia dalam keadaan terpepet banyak masalah, maka ia membutuhkan suatu Dzat penolong Yang Maha meluaskan keadaan hati.

Begitupun seterusnya. Manusia pasti, dan akan selalu membutuhkan Dzat Yang Maha agung di setiap kondisi yang dihadapinya. Karena sifat-sifat Allah yang agung tersebut termanifestasikan ke dalam sifat makhluk-Nya. Hanya saja sifat ilahiyah yang terdapat dalam diri sang makhluk sangatlah terbatas, dan hanya Allah lah yang memiliki sifat sempurna yang tak terbatas. Ini menunjukkan betapa lemahnya manusia di hadapan Rabb-Nya.

Baca juga: Kisah 70 Sahabat Nabi dan Dzikir Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil

Maka dari itu, dalam Surat Al-A’raf ayat 180 Allah berfirman “maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma al husna itu”. Menurut penuturan Wahbah Zuhayli, anjuran Allah ini mencakup doa ibadah dan doa meminta. Dia dipanggil dalam setiap keinginan yang sesuai dengan keinginan tersebut permohonan misalnya mengucapkan “ya Allah ampunilah aku, sayangilah aku”.

Selain berdoa, berdzikir dengan asmaul husna juga dianjurkan karena Rasulullah pernah bersabda “Hari Kiamat tidak akan datang sampai lafal “Allah…Allah…” tidak disebutkan di bumi (HR Muslim). Dalam hadis yang dikeluarkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, Rasulullah juga menganjurkan untuk membaca lafadz-lafadz asmaul husna ketika dalam kondisi gundah, “Allahu Allahu rabbii, laa usyriku bihi syaian (Allah... Allah adalah tuhanku, aku tidak akan menyekutukanNya dengan sesuatu apapun)” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). Wallahu a’lam[]