Bagaimana adab kita terhadap orang yang mau meninggal

Jakarta, IDN Times – Kematian adalah bagian dari rahasia Allah SWT yang datang secara tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka. Hanya Allah SWT yang mengetahui kapan kita akan kembali kepada-Nya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah As-Sajdah ayat 11 sebagai berikut:

قُلْ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ ٱلَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Artinya: Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan". (QS. As-Sajdah: 11)

Dalam Islam, terdapat beberapa hal yang wajib dilakukan oleh setiap muslim saat menghadapi orang yang sedang mendekati ajalnya (sakaratul maut), dan orang yang baru meninggal dunia.

Dikutip dari buku Pelajaran Fiqih 1 karya KH. Imam Zarkasyi cetakan 23, yang diterbitkan oleh Trimurti Press Gontor-Ponorogo, berikut hal-hal yang harus dilakukan saat menghadapi orang yang tengah sakaratul maut dan orang yang baru meninggal.

Baca Juga: 6 Tanda Menjelang Sakaratul Maut dalam Islam

Baca Juga: Kumpulan Doa untuk Menghadapi Kematian dan Sakaratul Maut

Bagaimana adab kita terhadap orang yang mau meninggal
Bagaimana adab kita terhadap orang yang mau meninggal
IDN Times/Istimewa

Ketika seorang muslim sakit parah dan sudah tidak berdaya seperti telah mendekati ajalnya atau sakaratul maut, maka hendaknya anggota keluarga dan para pelayat menuntunnya membaca kalimat tauhid dengan lemah-lembut sebagai berikut:

لا اله الا الله

La ilaha Illallah

Artinya: Tiada Tuhan Selain Allah.

Pembacaan kalimat tauhid ini dimaksudkan agar seorang muslim hanya mengucapkan kalimat pujian kepada Allah SWT di akhir hidupnya, niscaya kalimat tersebut akan membawanya pada ampunan Allah SWT.

Bagaimana adab kita terhadap orang yang mau meninggal
Bagaimana adab kita terhadap orang yang mau meninggal
ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bila ada seorang muslim yang baru meninggal, wajib bagi muslim yang masih hidup untuk mengurus jenazahnya (fardu kifayah). Ada beberapa tata cara yang harus dilakukan saat mengurus orang yang baru meninggal yang diajaran dalam Islam. Berikut tahap-tahapnya:

  1. Memejamkan kedua matanya
  2. Menutup mulutnya dengan mengikat dagu dengan kepalanya (dianjurkan menggunakan kain putih yang bersih)
  3. Membuka pakaiaannya
  4. Menyelimuti jenazah dengan kain yang ringan dan menutupi tubuhnya
  5. Menyelesaikan utang-utang yang dimiliki jenazah
  6. Mempercepat kuburnya (pemakamannya)

Kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan terhadap jenazah ada 4, yakni:

Memandikan Jenazah

Memandikan jenazah hanya boleh dilakukan oleh keluarga dan mahramnya. Orang yang memandikan tidak boleh menceritakan kepada orang lain aib jenazah yang dilihat saat memandikan. Adapun cara memandikan jenazah terdapat beberapa tahapan yang diawali dengan wudu.

Membungkus (mengafani) Jenazah

Setelah dimandikan, jenazah dibungkus (dikafani) dengan kain yang dapat menutupi seluruh tubuhnya. Disunahkan bagi jenazah laki-laki 3 helai kain dan bagi perempuan 5 helai lain. Disunahkan pula kain berwarna putih dan baru, serta memberikan wangi-wangian kepada jenazah.

Mensalatkan Jenazah

Ketika telah meninggal, setiap muslim harus disalatkan untuk mengantarkan jenazah kepada Sang Pencipta. Adapun dalam pelaksanaannya, jenazah diletakkan di hadapan imam dengan posisi kepala di sebelah kanan imam. Salat ini berbeda dengan salat wajib, salat jenazah hanya ada 1 rakaat, tidak memakai ruku dan sujud.

Mengubur atau Memakamkan Jenazah 

Dalam Islam, cara membumikan jenazah adalah dengan menguburnya dalam tanah, bukan dibakar. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah Thaha ayat 55 sebagai berikut:

مِنْهَا خَلَقْنَٰكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

Artinya: Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha: 55)

Lubang kubur harus dibuat dalam, untuk menghindari bau jenazah dan kemungkinan dibongkar oleh binatang. Sunah digalikan di tepi lubang sebagai liang lahat.

Dalam kubur, jenazah dihadapkan pada kiblat dengan membuka ikatan kain pada wajah sampai pipi sebelah kanan menyentuh tanah. Kemudian ditutup dengan papan dan ditimbuh perlahan dengan tanah.

Baca Juga: 4 Sunah Rasulullah Sebelum Tidur Agar Terhindar dari Bahaya

Baca Artikel Selengkapnya

Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa Allah. Mentalqin seseorang yang akan meninggal dunia disunnahkan bagi orang yang ada di sisi orang yang akan meninggal dunia, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:

لقنوا موتا كم لا إله إلا الله

“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’” 1

Dalam riwayat yang lain:

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk surga”2

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah mentalqin diantaranya:

Apakah Faedah Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia ?

Imam Al Qurthubiy berkata: “Para ulama’ kami mengatakan bahwasanya mentalqin orang yang akan meninggal dunia adalah merupakan sunnah dari para pendahulu ummat ini, yang kemudian diamalkan oleh kaum muslimin hingga saat ini. Tujuannya adalah agar akhir ucapan yang keluar dari orang yang akan meninggal dunia adalah “Laa ilaaha illa Allah”. Sehingga dia menjadi orang yang berbahagia karena termasuk dalam golongan orang yang dikatakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam :

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk surga”3

Selain itu untuk mengingatkan orang yang akan meninggal dunia terhadap sesuatu yang dapat menolak gangguan setan karena setan akan mendatangi orang yang akan meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya”4.

Baca Juga: Fatwa Ulama: Mentalqin Mayit Setelah Dikuburkan

Batasan Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia

Mentalqin orang yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang kecuali apabila setelah di-talqin dia mengucapkan kalimat yang lain maka hendaknya diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat syahadat.

Imam Al Qurthubiy berkata: “Apabila seorang yang akan meninggal dunia telah membaca ‘Laa Iaaha Illa Allah’ satu kali maka tidak perlu diulang lagi”.

Ibnu Al Mubarak berkata: ”Talqinlah orang yang akan meninggal dunia dengan kalimat ‘Laa Ilaaha Illa Allah’ dan jika telah mengucapakannya maka jangan diulangi lagi”5.

Mengapa Tidak Disyari’atkan Mengulang-ulang Talqin?

Imam al Qurthubiy berkata: “Telah mengatakan Abu Muhammad Abdul al Haq, hal tersebut adalah dikarenakan jika orang yang akan meninggal dunia di-talqin secara berulang-ulang ditakutkan ia merasa terusik dan bosan sehingga setan akan membuatnya berat mengucapkan ‘Laa Ilaaha Illa Allah‘ dan kemudian akan menjadi sebab jeleknya akhir hayatnya”.

Al Hasan bin Isa mengatakan: “Ibnu al Mubarak telah berkata kepadaku: Talqinlah dengan kalimat syahadat dan janganlah kamu mengulangnya kecuali jika ia mengucapkan kalimat yang lain. Tujuan talqin adalah agar seseorang meninggal dunia sedangkan di hatinya tidaklah ada kecuali Allah, karena pusara hal ini adalah hati. Amalan hati yang akan dilihat dan amalan hati yang merupakan sebab keselamatan. Adapun amalan lisan yang bukan merupakan terjemah apa yang ada di dalam hati maka tidaklah berfaedah”.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Syubrumah ia mengatakan, “Aku bersama Amir bin asy Sya’biy mendatangi seorang laki-laki yang sakit dan kami menjumpainya akan meninggal dunia dan seorang laki-laki mentalqinkan kalimat syahadat kepadanya. Laki-laki yang mentalqin tadi mengatakan, ucapkanlah ‘laa ilaaha illa Allah‘ dan terus-menerus mengulanginya. Melihat hal itu maka asy Sya’biy mengatakan: “Bersikap lembutlah kepada saudaramu”. Orang yang sakit tadi lantas berbicara: ‘Baik engkau mentalqinkanku atau tidak, aku tidaklah akan meninggalkannya’. Lalu ia membaca firman Allah ta’ala:

وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا

“Dan Allah mewajibkan mereka kalimat taqwa dan mereka berhak terhadap kalimat tersebut dan patut memilikinya”6.

Asy Sya’biy mengatakan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan sahabat kami ini’“7 .

Baca Juga: Hukum Meratapi Mayit

Kekeliruan Dalam Mentalqin

Bukanlah yang dinamakan mentalqin dengan menyebut-nyebut kalimat syahadat di depan orang orang akan meninggal dunia dan memperdengarkannya, akan tetapi dengan memerintahkan seseorang yang akan meninggal dunia agar mengucapkannya. Dalilnya adalah Hadits Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabat dari kalangan Anshar lalu mengatakan:

يا خال! قل: لا إله إلا الله، فقال: أخال أم عم؟ فقال: بل خال، فقال: فخير لي أن أقول: لا إله إلا الله؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: نعم

“Wahai paman, ucapkanlah: “Laa ilaaha illa Allah.” Beliau bertanya: “Apakah paman dari pihak ibu atau bapak? Jawabnya: “Dari pihak ibu”. Maka ia berkata: “Apakah lebih baik bagi diriku untuk mengucapkan: “Laa ilaaha illa Allah?” . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ya”8.

Mentalqin dengan mengingatkan hadits tentang talqin

Imam al Qurthubiy mengatakan: “Dan kadang kala talqin dilakukan dengan menyebutkan hadits tentang talqin di sisi seorang yang alim sebagaimana disebutkan oleh Abu Nu’aim bahwasanya Abu Zur’ah sedang dalam keadaan akan meninggal dunia dan di sisinya ada Abu Hatim, Muhammad bin Salamah, Mundzir bin Syaadzaan dan sekelompok ulama’ yang lainnya.

Lalu mereka menyebutkan hadits talqin namun merasa malu terhadap Abu Zur’ah. Lantas mereka mengatakan, wahai sahabat- sahabat kami marilah kita mengingat-ingat kembali hadits tentang talqin.

Abu Maslamah berkata: ‘Telah menceritakan kepada kami Adh Dhahak bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim, ia berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib…. dan Abu Masalamah tidak melanjutkan sementara yang lain diam.

Berkata Abu Zur’ah sedangkan beliau dalam keadaan akan meninggal dunia: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim dari Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib dari Katsir bin Murrah al Hadhramiy dari Mu’ad bin Jabal berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah ‘Laa ilaaha illa Allah’ maka akan masuk surga”.

Dan dalam riwayat lain:

حرمه الله على النار

“Allah mengharamkannya dari api neraka”

Dan akhirnya beliau rahimahullah meninggal dunia” 9.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab.

Baca Juga: Fikih Jenazah (2) : Mendoakan Kebaikan Pada Orang Yang Akan Meninggal

***

Catatan kaki

Penulis: Ustadz Abu Qushaiy Zaenuddin

Artikel Muslim.or.id

🔍 Salaman Setelah Sholat, Doa Ulang Tahun Dalam Alquran, Doa Dan Zikir Setelah Sholat, Tanggung Jawab Suami Dalam Islam, Hadis Tentang Maulid