Archaebacteria yang mampu hidup di lingkungan dengan salinitas tinggi dimasukkan dalam kelompok

Ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria – Kingdom monera terdiri dari dua subkingdom, yaitu archaebacteria dan Eubacteria. Perbedaan utama antara archaebacteria dan Eubacteria terletak pada komposisi RNA, ribosom, dan peptidoglikan pada dinding selnya.

Ciri utama dari archaebacteria dan Eubacteria adalah mereka merupakan organisme uniseluler, atau bersel tunggal. Archaebacteria hanya ditemukan dalam sumber air panas atau jenis lain dari lingkungan yang ekstrim, sementara Eubacteria yang ditemukan di seluruh badan air.

Archaebacteria ditemukan awalnya di Yellowstone National Park. Jenis bakteri ini juga ditemukan di bawah Samudera Pasifik, jauh di tempat di mana batuan cair dan gas panas membentuk bagian dalam bumi. Mereka hidup dalam kondisi di mana tidak ada oksigen, atau di lingkungan yang sangat asam.

Eubacteria mungkin organisme bersel tunggal, tetapi mereka kompleks. Mayoritas bakteri termasuk dalam kategori ini. Mereka telah ditempatkan dalam kategori mereka sendiri karena susunan kimiawi mereka yang unik. Beberapa Eubacteria yang bermanfaat, membuat makanan seperti yogurt. Namun, ada beberapa yang menyebabkan orang menjadi sakit, seperti Streptococcus.

Ciri-ciri Archaebacteria

Archaebacteria merupakan bakteri primitif yang bersifat prokariotik. Archaebacteria dikenal juga sebagai bakteri purba. Bakteri ini hidup di habitat dengan kondisi ekstrem, misal sumber air panas dan daerah berkadar garam tinggi.

Archaebacteria yang mampu hidup di lingkungan dengan salinitas tinggi dimasukkan dalam kelompok

Archaebacteria memiliki ciri khusus sebagai berikut:

  • Ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA-polimerase.
  • Dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan.
  • Membran selnya mengandung lipid berikatan eter.
  • Terdiri atas satu sel yang hidup berkoloni atau berupa filamen berukuran kecil.

Klasifikasi Archaebacteria

Berdasarkan habitat hidupnya Archaebacteria diklasifikasikan mejadi tiga kelompok yaitu

Bakteri Metanogenik

Merupakan jenis Archaebacteria yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa memasak makanan sendiri. Satu lagi yang unik dari anggota Archaebacteria ini adalah proses metabolismenya. Makhluk hidup ini menggunakan unsur kimia H2 dan senyawa CO2 untuk membentuk metana atau CH4. Bakteri ini juga akan mati jika disekitarnya terdapat banyak oksigen.

Habitat yang cocok untuknya ialah tempat yang sedikit oksigen seperti di rawa-rawa, payau metana, perut sapi dan di tempat sampah. Contoh bakteri metanogenik adalah Lachnospira multiporus (memecah pektin), Succinomonas amylolytica dan Ruminococcus albus (memecah selulosa).

Bakteri Halofilik`

Habitat bakteri halofilik pada lingkungan yang berkadar garam tinggi antara 12 – 15% (kadar garam air laut sekitar 3,5%). Dalam bahasa yunani, halo berarti asin dan philos yang berarti suka. Habitat bakteri ini adalah tempat dengan salinitas atau kadar garam yang tinggi seperti di salah satu danau terkenal di Amerika, Great Salt Lake. Contoh bakteri halofilik adalah Halobacterium, Halorubrum, Halococcus, dan Haloarcula.

Bakteri Termofilik

Bakteri termofilik hidup ditempat-tempat dengan suhu yang ekstrim seperti pada lingkungan bersuhu tinggi dan bersifat asam. Lingkungan paling ideal bagi archaebacteria ini pada suhu 60o C sampai 80o C. Sulfolobus adalah salah satu contoh dari bakteri termofilik. ia hidup pada kolam geiser yang mengandung sulfur pada kawah-kawah gunung. Dengan mengoksidasi sulfur, ia akan mendapatkan energi untuk aktivitasnya. Aktivitas dari bakteri termofilik bisa menyebabkan warna hijau pada kolam geiser.

Ciri-ciri Eubacteria

Ciri-ciri khusus dari Eubacteria adalah sebagai berikut:

  • Memiliki panjang 2 – 3 µm, lebar 1 – 2 µm, dan diameter 1 mikron.
  • Bersifat uniseluler, dan hidup secara sendiri-sendiri (soliter) atau berkelompok (koloni).
  • Struktur tubuh tersusun atas kapsul, dinding sel, membran plasma, sitoplasma, DNA, mesosom, ribosom, dan plasmid.
  • Dinding selnya mengandung peptidoglikan sehingga bentuk sel relatif tetap.
  • Ribosomnya mengandung satu jenis RNA-polimerase.
  • Membran plasmanya mengandung lipid berikatan ester.
  • Mampu membentuk endospora yaitu spora berdinding tebal yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk.
  • Bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan biner dan seksual, secara aseksual dan seksual meliputi konjugasi, transformasi, dan transduksi.

Klasifikasi Eubacteria

Eubacteria dikenal sebagai bakteri sejati atau bakteri sesungguhnya. Menurut Campbell, Eubacteria dibagi menjadi lima kelompok, yaitu Proteobacteria, Bakteri gram Positif, Spirochetes, Chlamydias, dan Cyanobacteria.

Proteobacteria

Proteobacteria dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu bakteri ungu kemoautotrof, Proteobacteria kemoautotrof, dan Proteobacteria kemoheterotrof.

Bakteri gram positif

Kelompok bakteri ini beberapa anggotanya dapat berfotosintesis dan sebagian lagi ada yang bersifat kemoheterotrof. Dapat berbentuk endospora ketika keadaan lingkungan kurang menguntungkan. Contoh bakteri ini misalnya Clostridium dan Bacillus.

Spirochetes

Bakteri ini memiliki bentuk sel heliks, memiliki panjang sampai 0,25 mm. Kelompok bakteri ini bersifat kemoheterotrof. Ada yang hidup bebas dan ada yang patogen seperti Treponema pallidum yang menyebabkan sifilis.

Chlamydias

Bakteri ini merupakan patogen beberapa penyakit. Energi untuk beraktivitas diperoleh dari inangnya. Contohnya adalah Chlamydias trachomatis.

Cyanobacteria

Cyanobacteria dahulu dikenal dengan nama ganggang hijau-biru (blue- green algae) serta dimasukkan dalam kelompok alga eukariotik. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa alga ini termasuk prokariotik. Oleh karena itulah, ganggang hijau-biru sekarang disebut Cyanobacteria dan di- kelompokkan ke dalam Eubacteria. Cyanobacteria ada yang bersel satu dan ada yang bersel banyak.

Cyanobacteria memiliki klorofil yang tersebar di dalam plasma sel dan berpigmen fikobilin, yaitu fikosianin (pigmen biru) dan fikoeritrin (pigmen merah). Akan tetapi, fikosianin lebih dominan sehingga Cyanobacteria dahulu disebut ganggang hijau-biru.

Cyanobacteria hidup di berbagai habitat. Ada yang hidup di air tawar dan air laut. Bahkan suhunya pun berbeda-beda, dari yang bersuhu dingin, tropis, bahkan ada yang tahan hidup di air panas. Cyanobacteria berkembang biak dengan membelah, fragmentasi, atau dengan spora. Contoh dari Cyanobacteria adalah Nostoc, Chlorococcus, Oscillatoria, dan Anabaena.

Bakteri merupakan organisme yang paling sederhana dengan ukuran mikroskopis, sehingga luput dari perhatian manusia. Dengan ukuran yang kecil ini, jumlahnya pun paling banyak di bumi dibanding organisme yang lain. Tapi, tahukah kalian bahwa ada jenis bakteri yang disebut dengan bakteri purba atau Archaebacteria? Kira-kira kenapa yah di sebut seperti itu dan apa saja jenisnya?

Archaebacteria merupakan organisme yang tertua dan sederhana di bumi ini. Archaebacteria berbeda dengan Eubacteria karena dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan dan bersifat prokariotik.

Sebenarnya banyak orang yang lebih senang menganggap bakteri ini sebagai eukarotik dibandingkan sebagai bakteri. Hal ini disebabkan karena transkripsi dan translasi hidupnya lebih mirip dengan eukarotik. Kendati demikian, ada beberapa peran dari Archaebacteria pada makhluk hidup lainnya.

Beberapa peran Archaebacteria bagi makhluk hidup, diantaranya :

  1. Menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
  2. Beberapa jenisnya dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran tumpahan minyak.
  3. Enzim archaebacteria dapat dimanfaatkan untuk mengubah pati jagung menjadi dekstrin
  4. Archaebakteria yang merugikan dapat merusak makanan yang diawetkan dengan garam dan mempercepat pembusukan pada ikan laut.

Jenis Archaebacteria

Sebagian besar Archaebacteria hidup di habitat yang ekstrem, seperti di mata air panas, air laut yang sangat asin, kawah, lumpur, maupun gambut. Berdasarkan habitatnya yang ekstrem ini maka archaebacteria dibagi menjadi 3 kelompok yaitu bakteri metagonen, bakteri halofilik, dan bakteri termoasidofilik.

Bakteri metagonen adalah archaebacteria yang menghasilkan metana (CH4) dengan cara mereduksi CO2 dengan H2. Bakteri ini hidup di rawa-rawa yang miskin oksigen (O2) karena termasuk ke dalam bakteri anaerob obligat, yang artinya tidak dapat menolerir adanya O2 atau akan teracuni jika ada O2. Salah satu contohnya adalah Metanococcus Jannaschii.

(Baca juga: Proses Pertukaran Materi Genetik pada Bakteri)

Selain itu, ada juga yang hidup di dalam saluran pencernaan hewan pencerna selulosa seperti sapi, kambing, dan rayap. Contohnya adalah Lachnospira Multipara yang dapat menghidrolisis pektin, Ruminococcus albus yang dapat menghidrolusis glukosa, dan Succimonas amylotilika yang dapat menghidrolis amilum.

Disamping itu, bakteri metagonen ini akan hidup dengan baik pada suhu tinggi sebesar 980C dan akan mati pada suhu yang rendah sebesar 840C.

Halofilik atau halofil ekstrem berasal dari bahasa Yunani “halo” yang artinya garam dan philos yang artinya pencinta atau penyuka. Jadi bakteri halofilik merupakan archaebakteria yang hidup di lingkungan berkadar garam tinggi seperti great salt lake dan laut mati.

Berbeda halnya dengan metagonen, bakteri halofilik ini adalah aerobik obligat atau tidak dapat hidup tanpa O2. Ada spesies halofilik yang dapat berfotosintesis karena memiliki pigmen klorofil yang disebut bakteriodopsin yang menghasilkan warna ungu, contohnya adalah Halobacterium.

Sesuai dengan namanya, bakteri termofil adalah jenis archaebacteria yang bisa bertahan hidup dalam lingkungan panas dan asam seperti kawah vulkanis dan mata air bersulfur. Bakteri ini hidup dengan menggunakan hidrogen dan sulfur anorganik sebagai sumber energinya, dimana suhu optimum yang dibutuhkan oleh bakteri ini adalah 600C – 800C.

Sebagai contoh dari bakteri ini adalah genus Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur Yellowstone National Park dan mendapatkan energi dengan cara mengoksidasi sulfur. Disamping itu juga termofil lain yang dapat memetabolisme sulfur dengan hidup pada suhu 1050C di daerag dekat lubang hidrotermal di laut dalam seperti Thermus aquaticus, Bacillus caldolytikus, dan Bacillus caldotenax.