Apakah mobil listrik pakai oli

Apakah mobil listrik pakai oli
Pekerja memeriksa produk minyak pelumas dalam kemasan botol di Production Unit Jakarta Pertamina Lubricants, Jakarta, Selasa (8/12). (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Jakarta, CNN Indonesia -- Inkubator kendaraan listrik lagi disiapkan pemerintah, bila sudah waktunya lahir maka fenomena otomotif bakal dimulai. Di balik semua hal positif yang bisa dibicarakan, kendaraan listrik punya sisi gelap yang salah satunya mengancam industri besar pelumas di Tanah Air.

Tanpa mesin pembakaran dalam, kendaraan listrik tidak butuh banyak pelumas. Secara alamiah, bila semakin banyak kendaraan listrik maka permintaan pelumas akan berkurang dan hal itu sudah dipandang serius oleh produsen pelumas besar di Tanah Air, Pertamina Lubricants.

Direktur Penjualan dan Pemasaran Pertamina Lubricants Andria Nusa mengakui industri pelumas hanya punya 5 - 10 tahun di Indonesia sebelum ada penurunan drastis permintaan pelumas otomotif.

Menurut data Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo), kapasitas produksi pelumas di dalam negeri sebesar 2 juta kiloliter per tahun. Pada 2018, kebutuhan pelumas di Indonesia yang 80 persennya untuk otomotif mencapai 950 ribu kiloliter atau senilai Rp30 triliun.

Andria mengatakan pihaknya tidak berharap program kendaraan listrik dari pemerintah ditunda-tunda. Dia mengatakan hal itu boleh terjadi karena kepentingan nasional.

"Jadi kalau memang itu sudah tiba, ya apa boleh buat. Cuma bagi kami, strateginya harus mempersiapkan tidak lagi jualan oli tetapi jualan yang lain. Maksudnya tidak hanya jualan oli ... sampai kalau tidak salah sampai 2025 itu 20 persen kendaraan berteknologi listrik," ucap Andria di Jakarta, Rabu (27/3).

Kementerian Perindustrian saat ini tinggal sedikit lagi menelurkan regulasi Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) yang meliputi Low Cost Green Car (LCGC) jilid dua, kendaraan listrik (murni listrik dan hybrid), serta flexy engine.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan pada 2025 sekitar 20 persen kendaraan yang diproduksi lokal adalah kendaraan berbasis listrik. Pada 2030 ditargetkan Indonesia menjadi basis produksi kendaraan berbasis listrik buat pasar domestik dan ekspor.

Beralih ke Bisnis Baterai

Andria menjelaskan sebagian strategi menghadapi itu dengan diversifikasi bisnis. Salah satu yang diungkap lagi diupayakan adalah masuk ke bidang baterai.

"Sekarang kita ya harus diversifikasi, kalau kami mikir akan bisnis baterai, charging. Dan kita punya SPBU itu banyak, kita bisa, stasiun charging paling tidak bisa kita buat, enggak begitu susah cari lahan," ungkap Andria.

Pertamina diketahui sedang menjajaki kerja sama bisnis untuk menjadi pemasok baterai skuter listrik Gesits, Gesits Technology Indo (GTI). Konsep yang ditawarkan adalah model tukar baterai di jaringan SPBU.

"Kebetulan dari Pertamina sudah ada kerja sama baterai untuk menyediakan baterai Gesits, swap baterai jadi kita yang bisnis seperti tabung LPG. Tapi kan bertahap, kita jualan olinya tetap. Ya harus mulai diversifikasi," ucap Andria.

[Gambas:Video CNN] (fea/fea)

Bisnis.com, JAKARTA – Industri pelumas dalam negeri diprediksi kian melemah seiring dengan langkah cepat pemerintah Indonesia menyambut era kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.

Dewan Penasihat Masyarakat Pelumas Indonesia (Maspi) Muwardi mengatakan bahwa perkembangan mobil listrik di Indonesia akan membuat industri pelumas di Indonesia kian lemas karena turunnya volume permintaan.

“Yang sudah pasti secara volume akan menurun jauh karena pada mobil listrik sangat minim penggunaan pelumasnya, hanya di bagian motor listrik,” ujar Muwardi saat dihubungi Bisnis, Senin (11/1/2021).

Menurutnya, penurunan volume permintaan tersebut akan berdampak cukup besar terhadap lini bisnis pelumas. Di sisi lain, Maspi belum melakukan pembahasan terkait dengan diversifikasi bisnis pelumas untuk kendaraan listrik.

Dia pun menilai industri pelumas di dalam negeri secara keseluruhan belum siap menghadapi peralihan dari kendaraan berbahan bakar minyak ke era kendaraan listrik.

“Sektor swasta masih belum siap. Kalau dari Pertamina sepertinya sudah mulai mempelajari sisi charging station [kendaraan listrik] untuk sisi perluasannya,” tutur Muwardi.

Laporan McKinsey berjudul Impact of Electric Vehicles on Lubricants Demands mengungkapkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) tidak menggunakan oli mesin karena tak memiliki mesin pembakaran internal dan hanya menggunakan sedikit gemuk.

Sementara untuk model hibrida dan plug-in hybrid vehicle (PHEV) masih menggunakan oli mesin lantaran masih memiliki powertrain. Namun, model ini membutuhkan pelumas dengan tingkat performa lebih tinggi dari oli pada umumnya.

Akibatnya, permintan oli mesin untuk kendaraan konvensional diperkirakan menjadi sektor yang terpukul paling parah seiring dengan pertumbuhan kendaraan listrik global.

Studi McKinsey memperkirakan permintaan pelumas di Asia akan tumbuh 1,5 persen per tahun menjadi 11 juta metrik ton. Namun, penurunan permintaan di Eropa dan Amerika Utara akan turun satu persen per tahun. Dampak ini dinilai akan semakin terasa setelah 2030.

Andria Nusa, Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Pertamina Lubricants, dalam diskusi virtual pada pertengahan 2020 menyatakan penurunan permintaan pelumas tidak akan terjadi dalam waktu dekat, sebab kendaraan listrik belum populer di masyarakat.

Oleh karena itu, dia menilai strategi diversifikasi usaha menjadi langkah penting untuk menghadapi kondisi pasar otomotif di masa mendatang.

“Kalau kami usaha pelumas terus mungkin tidak masalah sampai dengan 10 tahun, tidak ada penurunan signifikan, tetapi di atas 10 tahun akan sangat berpengaruh,” tuturnya.

Sementara itu, laporan McKinsey mengemukakan bahwa industri pelumas perlu memperluas pangsa pasarnya di Asia untuk menghindari penyusutan pasar, sekaligus mempertahankan pertumbuhan.

Alternatif lain adalah berfokus pada produk margin yang lebih tinggi seperti pelumas sintetis atau pelumas bermutu tinggi untuk pasar mobil hibrida dan PHEV yang sedang berkembang.

AMBISI PEMERINTAH

Di sisi lain, pemerintah Indonesia berambisi membirukan langit dengan kendaraan listrik. Beragam insentif pun digelontorkan untuk menyambut era elektrifikasi di dalam negeri.

Keseriusan pemerintah untuk mendorong pengembangaan industri kendaraan listrik tertuang dalam Perpres No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Sementara untuk mempercepat kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis baterai dalam negeri, industri kendaraan bermotor dan komponen kendaraan bermotor, yang telah memiliki izin usaha industri dapat mengikuti program percepatan KBL berbasis baterai.

Beragam insentif digelontorkan, tetapi dengan sejumlah syarat. Pabrikan harus memenuhi tingkat komponen dalam negerinya minimal 35 persen per 2019 hingga 2021. Adapun, pada 2030 dan seterusnya, kandungan lokal mesti mencapai 80 persen.

Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), yang dikecualikan sebagai bentuk insentif fiskal bagi kendaraan berteknologi listrik.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 3/2020 yang mengecualikan kendaraan listrik dari ketentuan Bea Balik Nama dan aturan pembatasan kendaraan pribadi.

Dari sisi pabrikan, sudah Hyundai yang berkomitmen mengembangkan mobil listrik di Indonesia dengan mendirikan pabrik di atas lahan seluas 77,6 hektare di Kota Deltamas, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

PT Hyundai Motors Indonesia bahkan sudah meluncurkan dua mobil listriknya, yakni Hyundai Ioniq EV dan Hyundai Kona EV. Kehadiran dua produk ini menjadi wujud komitmen perusahaan dalam mempercepat elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia.

PT Toyota Astra Motor juga berencana memperluas pasar mobil elektrifikasi nasional dengan menyiapkan lini kendaraan listrik berbasis baterai, melalui brand Lexus.

Sementara itu, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), selaku produsen produk Toyota di Indonesia berkomitmen memproduksi kendaraan hibrida secara lokal mulai 2022. Langkah ini bertujuan memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Apakah mobil listrik pake oli mesin?

momobil.id – Perawatan mobil listrik tentu berbeda dibanding mobil berbahan bakar minyak. Salah satu hal yang paling jelas perbedaaannya adalah mobil listrik tak memerlukan penggantian oli mesin layaknya mobil konvensional.

Apakah mobil listrik menggunakan piston?

Mobil listrik digerakkan oleh motor listrik yang putar oleh tenaga listrik yang berasal dari baterai, sehingga tidak ada sistem pembakaran internal lagi ataupun kompresi piston pada engine.

Mobil listrik menggunakan apa?

Pengertian atau definisi mobil listrik adalah kendaraan yang sepenuhnya atau sebagiannya digerakkan oleh motor menggunakan listrik di baterai. Baterainya dapat diisi ulang.

Apakah mobil listrik pakai filter?

Pada mobil listrik, filter AC memiliki fungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam kabin mobil. Pehingga, filter AC harus selalu rutin dibersihkan, agar udara yang masuk ke dalam kabin mobil selalu bersih yang pastinya akan membuat penumpang nyaman.