Apa pengaruh krisis ekonomi pada harga emas

Chicago, Beritasatu.com - Harga emas naik pada Jumat (8/4/2022) bahkan ketika investor mempertimbangkan ekspektasi kenaikan suku bunga AS The Fed untuk meredam inflasi. Kenaikan emas juga terjadi karena kekhawatiran kejatuhan ekonomi dari krisis Ukraina.

Harga emas di pasar spot naik 0,6% menjadi US$ 1.943,70 per ons dan naik hampir 1,1% untuk minggu ini. Sementara emas berjangka AS menguat 0,6% menjadi US$ 1.948,5.

"Di satu sisi kami memiliki risiko geopolitik karena perang di Ukraina dan kenaikan inflasi yang menawarkan dukungan untuk logam mulia, di sisi lain sikap Federal Reserve semakin hawkish," kata analis ActivTrades Ricardo Evangelista.

"Sampai salah satu faktor ini mendapatkan keunggulan jelas, harga emas kemungkinan akan tetap dalam kisaran saat ini."

Sebelumnya indeks dolar mencapai level tertinggi sejak Mei 2020, didukung pertemuan kebijakan Fed Maret yang menunjukkan "banyak" pembuat kebijakan siap menaikkan suku setengah poin dalam pertemuan mendatang untuk menekan inflasi.

Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun menyentuh level tertinggi 3 tahun. Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS dan imbal hasil Treasury, yang meningkatkan biaya peluang untuk menahan bullion yang tidak memberikan imbal hasil.

“Kekuatan inflasi yang berlawanan dan kenaikan suku bunga kemungkinan akan menjadi pengaruh terkuat emas di kuartal kedua,” kata Dewan Emas Dunia dalam sebuah laporan.

“Pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 dan gangguan pasokan, dan telah diperburuk perang Rusia-Ukraina, kemungkinan akan membuat inflasi lebih tinggi lebih lama.”

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

Sumber: CNBC

JAKARTA, Investor.id – Perang, tekanan inflasi, dan kenaikan suku bunga agresif yang dilakukan sejumlah bank sentral akan membawa ekonomi global ke jurang resesi tahun 2023. Tanda-tanda krisis sudah terasa, terlihat pada jatuhnya harga aset keuangan, mulai dari saham hingga obligasi.

Di tengah krisis yang di depan mata, langkah apa yang perlu diambil investor? Apakah emas akan jadi primadona saat krisis global?

Ekonom MNC Sekuritas Tirta Citradi menuturkan, investor akan cenderung defensif dalam mengatur alokasi aset di portofolionya. Banyak yang menilai bahwa era “cash is king” dimulai lagi saat harga aset-aset keuangan global berguguran. Adapun aset berupa saham dan obligasi global masih berpeluang melanjutkan tren koreksi, karena risiko ketidakpastian tetap tinggi.

“Dalam kondisi ini, investor yang bijak akan mengalokasikan 5-10% portfolio dalam bentuk emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Coba bayangkan nilai Rp 1.000 tahun 2010 itu setara dengan Rp 1.629 sekarang. Artinya, uang di masa lalu jauh lebih berharga dari masa sekarang, karena inflasi rata-rata mencapai 4,12% per tahun. Secara sederhana, nilai uang relatif terhadap barang dan jasa susut hampir 63%,” tutur Tirta, Jumat (30/9/2022).

Lebih lanjut Tirta menjelaskan, jika hanya menyimpan cash, investor akan rugi. Sebagai bagian dari manajemen risiko, di sinilah peran emas muncul. Pada 2010, harga rata-rata emas masih sekitar Rp 350 ribu per gram, sedangkan sekarang Rp 863 ribu per gram. Artinya, imbal hasil emas mencapai 7,62% per tahun, melampaui inflasi 4,12%.

“Terkait pelemahan harga emas, hal ini terjadi karena dolar AS menguat. Namun, perlu diingat, rupiah juga melemah. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS juga dapat memicu kenaikan inflasi, sehingga harga emas domestik yang dipatok dalam rupiah akan cenderung lebih tahan banting. Hal ini selama 2013-2015. Tahun 2013, harga emas dunia secara rata-rata melemah 15,41%, tetapi harga emas domestik hanya melemah 6,2%,” kata Tirta.

Tahun berikutnya, kata dia, harga emas dunia secara rata-rata melemah 10,28%. Tetapi, harga emas di dalam negeri malah naik 2,42%. Hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah juga melemah terhadap dolar AS kala itu.

Tirta menjelaskan, emas sebenarnya mata uang, layaknya dolar AS dan rupiah. Bedanya, suplai emas lebih terbatas, sehingga bisa jadi aset minim risiko sekaligus lindung nilai. Sementara itu, uang volume serta harganya bisa diatur oleh bank sentral.

Sejalan dengan Tirta, Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), emiten yang bergerak di bidang manufaktur perhiasan emas terintegrasi di Indonesia, Sandra Sunanto menjelaskan, di tengah ancaman krisis, emas adalah safe haven yang sebenarnya menjadi pilihan, serta telah memiliki proven track record bagi masyarakat Indonesia.

Menurut dia, tingginya minat masyarakat berinvestasi emas secara berkala, apalagi di tengah penurunan harga emas saat ini, menjadi pendorong kontribusi pertumbuhan volume penjualan produk EmasKITA dan Kencana yang diproyeksikan mencapai 60% akhir 2022.  

Editor : Harso Kurniawan ()

Sumber : Investor Daily

Apa pengaruh krisis ekonomi pada harga emas

Mengapa harga emas cenderung lebih tinggi ketika terjadi krisis?

Dalam kondisi ekonomi dan politik yang kacau balau, emas seringkali dianggap sebagai penyelamat. Makanya saat terjadi krisis atau perang, biasanya harga emas akan melonjak naik.

Faktor apa saja yang mempengaruhi harga emas?

Menurut beberapa para pengamat investasi emas, harga emas dipengaruhi oleh suku bunga, inflasi, harga minyak dunia, kurs dollar, dan permintaan emas.

Apa yang menyebabkan naik turunnya harga emas?

Inflasi adalah salah satu faktor utama yang membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga berdampak pada harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas.

Jika terjadi inflasi apakah harga emas naik?

Di samping itu, harga emas 24 karat yang biasa dijadikan investasi juga bisa bergerak karena berbagai faktor ekonomi. Faktor penggerak harga emas seperti inflasi, suku bunga dan nilai tukar (kurs). Sebagai contoh, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara masif akan mendorong harga emas menjadi lebih tinggi.