Apa makna pohon beringin berdaun lebat dan melebar?

Pohon beringin sering dianggap angker. (Flickr/ Samantha Levang)

Meski menjadi maskot di alun-alun kota di Jawa, pohon beringin kerap dianggap angker. Namun, keangkeran pohon berukuran besar dengan cabang yang melebar ini justru memberikan keuntungan, lo. Apa itu?

Inibaru.id – Trowulan, ibukota Majapahit, sebagaimana tertuang dalam Negarakertagama, memiliki sebuah lapangan luas berbentuk persegi yang disebut tanah sakral. Konon, inilah ihwal mula alun-alun, yang dalam perkembangannya menjadi pusat sosial budaya dengan keraton, masjid, dan sel. Sebagai maskotnya, alun-alun punya pohon beringin.

Salah satu beringin paling terkenal di Jawa adalah Kiai Dewa Ndharu dan Kiai Jana Ndharu. Dulu, pohon ara kembar di Alun-alun Yogyakarta ini jadi tempat untuk memprotes kebijakan raja. Dengan pakaian serba putih, orang yang protes akan pepe, bersila seharian hingga raja melihat dan menyuruhnya menghadap.

Entah apa yang membuat beringin begitu istimewa hingga menjadi "maskot" di alun-alun. Masyarakat Jawa kuno memang kerap menyakralkan pohon besar, nggak terkecuali beringin. Seiring dengan kesakralan tersebut, berbagai mitos tentang pohon yang sering dibikin bonsai ini juga acap muncul.  

Bentuknya yang kekar menjulang dengan cabang yang melebar, daun lebat nan rimbun, serta akar gantung yang menjulur hingga hampir menyentuh tanah memang membuat beringin terlihat menakutkan. Maka, satu kesan pun muncul: angker!

Mitos Keangkeran Beringin

IPohon beringin kerap dianggap angker. (Kompasiana/Wayan Tarne)

Beringin merupakan salah satu pohon berdaun lebat dengan cabang melebar yang cocok menjadi peneduh di taman atau sekitar rumah. Namun, kebanyakan orang nggak berani menanamnya lantaran termakan mitos bahwa pohon bernama latin Ficus benjamina ini menjadi sarang mahluk halus.

Yang lebih menakutkan, akar gantung pada pohon beringin ini dipercaya jadi sarana bermain sekaligus tempat bersembunyi sejumlah hantu, misalnya kuntilanak atau genderuwo, yang sangat identik dengan masyarakat Jawa.

Alasan lain mengapa banyak orang takut dengan pohon beringin adalah permukaan batangnya yang kasar dan beralur-alur. Beberapa pohon bahkan terlihat seperti manusia dengan kaki dan tangannya yang banyak. Ini membuatnya tampak seram dan seakan-akan sesuai dengan karakternya yang angker.

Saking sakralnya pohon beringin, banyak orang yang nggak berani menebangnya. Apalagi jika lokasinya ada di hutan atau permakaman. Bahkan, ada yang sampai nggak mau buang air kecil di sekitar pohon ini karena nggak ingin mengganggu penunggunya. Ha-ha. Ini bagus sih!

Pohon Penuh Manfaat

ISaking angkernya, banyak orang nggak berani menebang pohon beringin sehingga ukurannya bisa sangat besar. (Flickr/ Mark Doliner)

Entah sekadar mitos atau memang benar adanya, keengganan orang untuk menebang pohon beringin sejatinya bagus karena pohon yang masih bersaudara dengan pohon ara ini memang kaya manfaat, salah satunya sebagai penyedia oksigen dalam jumlah besar.

Dalam filosofi orang Jawa, beringin memang "dimuliakan". Ini karena pohon tersebut menjadi perlambang dari pengayoman, keadilan, hingga keabadian. Selain itu, ada yang menyebut beringin sebagai simbol manunggaling kawula Gusti.

Manunggaling kawula Gusti adalah bersatunya manusia dengan Yang Maha-esa. Intinya, beringin memang dianggap lebih dari sekadar pohon, tapi juga perwujudan dari hubungan manusia dengan penciptanya.

Selain alasan mistis, alasan kesakralan inilah yang membuat pohon beringin jarang ditebang. Pengeramatan pohon tersebut menjadikan banyak beringin bisa berusia puluhan, bahkan ratusan tahun. Mereka pun jadi tumbuh besar lantaran selalu dirawat masyarakat.

Perlu kamu tahu, beringin termasuk pohon yang memproduksi oksigen dalam jumlah besar. Pohon ini juga dikenal mampu meningkatkan resapan air di dalam tanah. Maka, menanam beringin di dekat sumur atau sumber air sangatlah bagus untuk membuat ketersediaan airnya tetap terjaga.

Jadi, gimana nih, masih menganggap beringin angker atau justru berniat memanfaatkan tanaman asli Asia dan Australia ini sebagai penopang kehidupan sehari-hari kita, nih, Millens? (Min/IB09/E03)

Suara.com - Pancasila memiliki lambang dan makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, setiap sila Pancasila juga memiliki nilai-nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga pada sila ke-3 yang kaitannya sangat erat dengan menyatukan keberagaman yang ada di Indonesia. Apa lambang sila ke-3 Pancasila dan maknanya?

Lambang Sila ke-3 di dalam Pancasilaadalah pohon beringin dan sila ke-3 berbunyi berbunyi “Persatuan Indonesia”. Hal ini mengindikasikan bahwa persatuan adalah suatu gabungan yang terdiri atas beberapa di dalamnya bagian-bagian dari kepingan yang panjang. 

Lalu, ingin tahu tentang lambang sila ke-3 Pancasila dan maknanya? Simak ulasan di bawah ini:

Sebagian besar bangsa Indonesia tentu sudah tahu bahwa sila ke-3 memiliki lambang pohon beringin yang besar dengan warna dasar putih. Lantas, makna apa yang terkandung di dalam lambang sila ke-3? 

Baca Juga: Penting! Makna Lambang Sila ke-2 Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Pohon Beringin yang Besar

Pohon beringin yang besar memiliki makna bahwa bangsa dan negara Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman budaya yang sangat indah dan istimewa untuk dipertontonkan. Selain itu, pohon beringin yang besar juga sangat berguna sebagai tempat untuk berteduh.

2. Akar Tunggang Pohon Beringin

Akar yang ada pada lambang pohon beringin yang besar bermakna bahwa bangsa Indonesia harus saling berusaha untuk menjaga persatuan dan juga kesatuan. Tujuannya adalah supaya negara Indonesia dapat tumbuh menjadi lebih besar dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.

3. Akar Menjalar Pohon Beringin

Baca Juga: Pancasila: Sejarah, Bunyi dan Arti Lambang di Burung Garuda

Selain memiliki akar tunggang, pohon beringin juga memiliki akar yang menjalar. Akar menjalar pada lambang sila ke-3 Pancasila bermakna sebagai keberagaman Indonesia yang bisa memperkuat dan mempersatukan bangsa Indonesia. Dengan kata lain, untuk menjaga persatuan dan juga kesatuan bangsa Indonesia, maka kita harus saling menjaga serta memelihara keberagaman Indonesia.

Apa makna pohon beringin berdaun lebat dan melebar?

Apa makna pohon beringin berdaun lebat dan melebar?
Lihat Foto

Buku PKN dan Pancasila (2020) karya Ni Putu Candra Prasetya

Pohon Beringi, Simbol Sila ke-3 Pancasila

KOMPAS.com - Dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dilambangkan dengan burung Garuda dengan perisai yang di dalamnya terdapat 5 buah simbol.

Masing-masing simbol tersebut melambangkan satu buah sila. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 1951 tentang Lambang Negara, perisai dikenal oleh kebudayaan Indonesia sebagai senjata dalam perjuangan mencapai tujuan dengan melindungi diri.

Sehingga perisai pada lambing negara adalah lima prinsip Pancasila yang melambangkan perjuangan serta perlindungan bangsa Indonesia.

kemlu.go.id Perisai Pancasila

Sila ke-3 berbunyi “Persatuan Indonesia” yang dilambangkan dengan pohon beringin pada perisai Garuda sebelah kanan atas dengan latar belakang warna putih.

Dilansir dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, pohon beringin adalah pohon besar yang digunakan banyak orang untuk berteduh di bawahnya.

Baca juga: Lambang Sila ke-2: Rantai Emas

Pohon beringin merupakan perwujudan negara Indonesia sebagai tempat berteduh bagi seluruh rakyat. Sulur dan akarnya yang menjalar kesegala arah mewakili keberagaman warga Indonesia yang terbentuk dari banyak suku, bahasa, budaya, agama, ras, dan budaya.

Pohon beringin juga merupakan pohon yang berumur panjang dengan akar yang sangat kuat dan akan terus tumbuh besar.

Memberikan makna tambahan bahwa persatuan dan kesatuan Indonesia harus terus ditegakkan dan semakin kuat demi terwujudnya cita-cita bangsa.

Warna putih di latar belakang pohon beringin menyimbolkan kesucian, kemurnian, dan kejujuran.

Hal tersebut berarti persatuan Indonesia ditegakkan semata-mata karena cita-cita suci untuk kepentingan bangsa bukan karena adanya kepentingan perorangan semata.

Baca juga: Lambang Sila Ke-4: Kepala Banteng

Dilansir dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, sila ke-3 yang dilambangkan pohon beringin memiliki makna:

  • Menumbuhkan rasa cinta tanah air
  • Menumbuhkan rasa bangga akan bangsa dan tanah air
  • Sanggup dan rela berkorban bagi kepentingan negara
  • Menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
  • Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
  • Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya