Apa kendala terbesar dalam pengembangan lembaga keuangan syariah di indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sekaligus Ketua Umum Pengurus Pusat MES, Wimboh Santoso mengatakan, bukan perkara mudah untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah secara cepat di Indonesia. Menyusul adanya lima hambatan besar yang mampu mencegat upaya tersebut.

Pertama, market share Ekonomi dan Keuangan Syariah relatif masih rendah. Dia mencatat, saat ini proporsi total aset keuangan syariah hanya mencapai 9,9 persen dari total keuangan konvensional.

Kedua, literasi keuangan syariah saat ini masih rendah. Sebab, indeks literasidan inklusi syariah masing-masing hanya sebesar 8,93 persen - 9,1 persen. Sementara tingkat literasi dan inklusi keuangan lembaga keuangan konvensional sudah mencapai 38,03 persen sampai 76,19 persen.

"Ini semua karena umat masyarakat syariah banyak yang berada di daerah. Mereka belum tersentuh edukasi dan literasi," katanya dalam Webinar Masyarakat Ekonomi Syariah 7th Indonesia Islamic Economic Forum (IIEF), Sabtu (23/1).

Ketiga, diferensiasi model bisnis atau produk syariah masih terbatas. Seperti saham syariah, sukuk korporasi, reksadana syariah, surat berharga negara, asuransi syariah, dan pembiayaan syariah. Sementara lembaga keuangan konvensional dinilai mempunyai produk yang lebih lengkap.

Keempat, adopsi teknologi belum memadai. Menurutnya, saat ini sejumlah lembaga keuangan syariah masih belum memanfaatkan kecanggihan teknologi digital untuk memperkuat operasional bisnis. Alhasil, perlu integrasi teknologi keuangan syariah yang lebih mutakhir sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga keuangan konvensional.

"Kami mendorong agar produk dan teknologi konvensional dan syariah harus sama. Kita akan cari, apakah ada suatu birokrasi yang menghambat, setiap produk impact yang datang pertama pasti konvensional. Saya harap ini kedepan bisa site by site, beriringan," terangnya.

Kelima, Pemenuhan sumber daya manusia (SDM) belum optimal. Padahal, SDM dinilai seharusnya mampu untuk menguasai perkembangan teknologi untuk melahirkan berbagai inovasi.

Oleh karena itu, OJK meminta seluruh pemangku kepentingan ekonomi dan keuangan syariah untuk mau bekerja lebih keras dalam mencapai target yang ditentukan. Diantaranya dengan melahirkan sebanyak mungkin inovasi.

"Kita harus kerja secara extra, agar bisa menjawab tantangan itu, dengan ini inovasi kita akan tetap relevan dan harus kita jalankan lebih gencar lagi untuk mencapainya," tukasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Suara.com - Direktur Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dhani Gunawan Idhat mengatakan pertumbuhan perbankan syariah dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan yang drastis jika dibandingkan 10 tahun yang lalu.

Ia mengatakan, pada 10 tahun yang lalu, pertumbuhan perbankan syariah mencapai 30 persen, namun dalam 2 tahun terakhir pertumbuhannya hanya sekitar 8 sampai 9 persen.

Menurutnya, ada 7 kendala yang membuat perbankan syariah di Indonesia mengalami penurunan yang drastis ini.

"Memang penurunannya ini snagat drastis ya. Dari 30 persen 10 tahun lalu menjadi 8-9 persen dua tahun terakhir. Kita sudah menyusun roadmap kendala dan permasalahan yang dihadapi perbankan syariah. Sekitar ada 7 kendala yang sudah kita identifikasi," kata Dhani saat menjadi pembicara di Pelatihan Wartawan Otoritas Jasa Keuangan di Hotel Rancamaya, Bogor, Jawa Barat Sabtu (21/11/2015).

Pertama, kurangnya koordinasi dengan pemerintah membuat perbankan syariah kesulitan untuk mengetahui legal perbankan seperti apa.

"Jadi memang dari segi koordinasi dengan pemerintah ini masih minim. Terus OJK melihat kerjasama dengan BUMN terutama masih minim. Sehingga perbankan syariah modalnya menjadi terbatas dan bentuk legal syariah ini seperti apa masih digodok oleh komite," katanya.

Kedua, perbankan syariah kesulitan untuk bisa masuk lebih dalam ke pasar keuanganlantaran modal masih minim. Ketiga, perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya masih menggunakan dana mahal (deposito syariah).

Keempat, produk yang tidak variatif dan pelayanan ke publik yang belum memadai.

"Produk kita masih minim. Kalau dilihat, belum masuk ke infrastruktur, ke pertanian. Jadi kebanyakan masih main di retail aja syariah ini. Padahal kan cakupannya luas," tegasnya.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum berintergritas menjadi penghambat pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.

Kelima, pemahaman masyarakat yang masih minim. "Sosialisasinya memang masih kurang. Ini kan kalau belajar nggak pernah ada abisnya. Jadi ini harus diperbaiki," katanya.

Keenam, penyaluran dan pengawasan yang masih minim. Ketujuh, memperkuat arah kebijakan.

"Jadi bagimana cara kita untuk memperkuat sinergi. Misalnya, OJK bersinergi dengan para bank induk (bank konvensional yang memiliki anak usaha berupa bank syariah), nah kita arahkan ke anak usahanya. Jadi bisa mendapatkan modal baru," ujar Dhani.

Oleh:

ANTARA/Nyoman Budhiana Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan hasil-hasil Forum Pembiayaan Infrastruktur dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Selasa (9/10/2018).

Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo memaparkan empat tantangan yang masih dihadapi terkait dengan pengembangan ekonomi, termasuk lembaga keuangan syariah.

Dody mengutarakan, lembaga keuangan syariah masih berkutat pada masalah permodalan, pengembangan inovasi produk syariah, hingga kualitas SDM yang belum memadai, termasuk keterbatasan infrastruktur dalam pengembangan ekonomi syariah.

Pertama, lembaga keuangan syariah masih menghadapi masalah permodalan sehingga hal ini dinilai masih menghambat perluasan jangkauan pemberian pembiayaan dan pendanaan bagi pelaku usaha dengan biaya yang lebih rendah.

"Kedua, percepatan pengembangan inovasi produk syariah. Produk syariah kita perlu lebih variatif dan market friendly," katanya dalam video conference, Senin (5/10/2020).

Ketiga, Dody mengatakan penting untuk terus mendorong pengembangan SDM di sektor ekonomi syariah. Pasalnya, diperlukan SDM yang bisa mengelola dana umat yang sangat besar.

Keempat, menurutnya, keterbatasan infrastruktur di ekonomi dan keuangan syariah juga perlu diatasi sehingga layanan keuangan syariah, termasuk pamanfaatan teknologi bisa semakin diperluas.

Meski demikian, lanjut Doddy, lembaga keuangan syariah termasuk salah satu sektor yang memiliki daya tahan lebih kuat dalam menghadapi krisis.

Ketika sektor keuangan bertumbangan pada krisis yang terjadi sebelumnya, institusi keuangan syariah justu mengalami pertumbuhan yang positif.

"Kita punya pengalaman krisis di masa yang lalu, meski beberapa institusi keuangan bertumbangan di tingkat global maupun domestik, lembaga keuangan syariah tetap bertahan, malah menunjukkan pertumbuhan positif," jelasnya.

Dody menjelaskan, daya tahan yang lebih kuat ini dikarenakan nilai-nilai yang dimiliki oleh ekonomi syariah, di antaranya nilai keadilan, keseimbangan, dan transparansi.

Dody mengatakan, diharapkan ekonomi dan lembaga keuangan syariah dapat hadir dan menawarkan solusi bagi ketahanan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

job qualification adalah​

diketahui data perekonomian suatu negara sebagai berikut : gross national product 480 miliar penyusutan 30.000.000, pajak tidak langsung 25.000.000, t … ransfer paymant 10.000.000, pajak langsung 20.000.000. berdasarkan data tersebut hitunglah besarnya disposible income.​

4 pendapat pribadi tentang korupsi seperti si.A......si.B.....si.C.....si.D.....tentang korupsi​

pendapat pribadi tentang korupsi, kamu sama 4 temanmu memberikan pendapat pribadi tentang korupsi,Tolong di bantu si.A......si.B.....si.C..,..si.D.... … tentang korupsi tolong yang pinter di jawab besok di kumpul plzzzz​

Tolong bantu saya mengerjakan soal ini​

1. PT.Fashion merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha konveksi yang menghasilkan produk pakaian Wanita. Penjualan dilakukan Business to Busines … s (B2B) secara kredit, dimana para pelanggan diharapkan membayar dalam waktu 60 hari dari penjualan. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi barang jadi dan terjual adalah 150 hari. dan rata rata periode tagih adalah 90 hari. Rata rata periode bayar adalah 45 hari. 1 tahun asumsi 360 hari. Tentukan: a. Operating Cycle perusahaan b. Cash conversion cycle perusahaan c. Jika biaya pinjaman 12 % /tahun dan perusahaan membutuhkan dana investasi dalam operating cycle setahun adalah 900 juta, berapa biaya dana yang dibutuhkan untuk mendukung Cash conversion cycle perusahaan d. Jika manajer operasional mengupayakan meningkatkan keuntungan perusahaan dengan mempercepat produksi selama 5 hari, maka dengan informasi biaya bunga pinjaman sebesar 12%/tahun. Pembiayaan dalam operating cycle setahun adalah Rp.900 juta, jika untuk melalukan perbaikan proses produksi ini dibutuhkan biasa sebesar Rp.2.000.000, maka berikan argumentasi Saudara, apakah upaya manajer operasional ini dapat dilaksanakan

bengkel "WIJAYA" dalam bulan Maret 2008 mempunyai transaksi sbb :​

buatlah laporan ttg kerifan lokal hukum adat yg berkaitan dengan kelestarian alam​

tuliskan minimal 5 pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian tentang ekonomi​

Jelaskan hubungan kurfa batas kemungkinan produksi dengan kelangkaan ??​