Antibodi covid 19 terbentuk berapa lama

Antibodi Covid-19 setelah vaksin secara lengkap dapat terbentuk guna membantu meningkatkan atau memperbaiki sistem pertahan tubuh atau sistem imun.

Daya tahan tubuh ini sangat bermanfaat untuk dapat berperang melawan virus, bakteri dan lainnya.

Antibodi dan Vaksin

Menurut World Health Organization (WHO), setelah melakukan vaksin Covid 19 antibodi tidak bisa langsung muncul. Tubuh memerlukan waktu untuk membentuknya.

Indonesia juga tengah melakukan program vaksinasi Covid 19. Vaksin ini dilakukan dua kali atau dua dosis. Jarak vaksin pertama dan kedua cukup lama, yaitu 14 hari.

Setelah vaksin mungkin banyak yang masih bertanya berapa lama antibodi terbentuk agar tubuh dapat melawan corona? Apa masih bisa terkena Covid 19 setelah vaksin?

Seusai vaksin lengkap, tubuh tidak langsung otomatis kebal terhadap virus corona, karena vaksin memerlukan waktu untuk bekerja dalam tubuh.

Mengutip dari beberapa sumber, antibodi yang terbentuk setelah vaksin pertama mencapai 67 persen. Setelah menerima dosis kedua yang disuntikkan 14 hari kemudian maka antibodi bisa mencapai 99 persen. Kondisi ini pada Anda yang menerima vaksin Sinovac yang digunakan di Indonesia.

Tetapi Anda perlu tahu, setiap vaksin memiliki rentang waktu penyuntikan yang berbeda-beda. Seperti Sinovac, sekitar 14 hari. Sedangkan vaksin Astrazeneca memiliki rentang waktu 21 hari, dan ada juga yang 28 hari.

Antibodi Covid-19 Setelah Vaksin

Prediksi antibodi covid setelah vaksin – terutama pascavaksin Sinovac – mampu bertahan hingga 12 bulan. Pihak lain menjelaskan tingkat antibodi pascavaksin Sinovac kemungkinan akan mengalami penurunan dalam tempo berbulan-bulan setelah vaksinasi lengkap.

Namun masih ada kemungkinan sistem kekebalan dengan sel khususnya – limfosit B – atau sel B memori akan menyimpan informasi tentang virus ini dalam waktu yang cukup lama

Terbentuk Dalam Waktu 14 Hari

WHO juga memberikan konfirmasinya, respons imun yang baik akan muncul sekitar 2 minggu sejak dosis pertama.

Bila Anda tidak melakukan vaksinasi lengkap (dua dosis) maka kemungkinan berisiko proses pembentukan antibodi untuk melindungi tubuh menjadi tidak optimal atau berkurang.

Bila suntikan kedua atau dosis kedua tidak Anda lakukan, maka risikonya tidak tercapainya level proteksi yang cukup untuk berperang melawan Covid 19.

Meskipun telah mendapat suntikan vaksin lengkap, kemungkinan peluang terpapar Covid 19 peluangnya masih ada. Namun, vaksin yang sudah Anda terima akan membuat sistem pertahanan pada tubuh sehingga gejalanya yang timbul tidak begitu berat ketimbang dengan orang yang belum melakukan vaksinasi.

Hasil uji klinis menunjukkan, vaksin ini memberi dampak proteksi terhadap gejala Covid 19 yang berat atau gejala yang mematikan.

Anda yang sudah sembuh dari infeksi virus, tubuh akan memiliki respons kekebalan tubuh dan daya proteksi terhadap penyakit tersebut. Sistem imun tubuh akan menghasilkan antibodi yang memiliki kemampuan mengenali si penyerang – dalam hal ini virus corona – jika menyerang tubuh kedua kalinya. Antibodi akan memiliki strategi tertentu untuk memeranginya.

Perlukah Tes Antibodi Setelah Vaksin?

Ada beberapa tes atau metode untuk mendiagnosis infeksi Covid 19. Salah satunya adalah PCR. PCR ini akan melacak keberadaan virus dengan menangkap langsung material genetiknya.

Cara lainnya adalah tes antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif untuk mengukur kadar antibodi dalam tubuh terhadap infeksi virus corona.

Tidak hanya Anda yang telah menerima vaksin lengkap, dokter akan melakukan tes antibodi pada Anda yang pernah terinfeksi, dan pada donor plasma konvalesen.

Sampel pada tes antibodi ini adalah dengan mengambil darah dari pembuluh vena atau kapiler.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, tes antibodi dapat Anda lakukan dalam kisaran  28 hari hingga 35 hari setelah mendapatkan dosis kedua vaksin.

Tetapi tes antibodi hanya untuk membantu menilai kadar antibodi dalam tubuh, bukan mengevaluasi kerja vaksin baik atau tidak.

Jadi bagi Anda yang sudah menerima vaksinasi Covid 19, sebenarnya tidak perlu melakukan tes antibodi untuk memastikan apakah kekebalan terhadap virus corona sudah terbentuk atau belum. Sebab tes antibodi yang ada saat ini hanya mampu mengukur antibodi secara keseluruhan, dan belum mampu menilai antibodi khusus dari vaksinasi.

Sekadar mengingatkan walau Anda sudah mendapatkan vaksin secara lengkap, jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun secara rutin.

Halodoc, Jakarta - Ketika virus dan bakteri penyebab penyakit menyerang, sistem kekebalan tubuh akan bekerja membentuk antibodi. Begitu pula ketika terinfeksi virus corona atau COVID-19, antibodi akan terbentuk. Perlu diketahui bahwa antibodi adalah sel-sel yang secara spesifik dibentuk untuk melawan virus tertentu.

Jadi, ketika seseorang yang terinfeksi COVID-19 kemudian sembuh, tubuhnya memiliki antibodi yang membentuk kekebalan, untuk mencegah infeksi ulang dari virus corona. Namun, berapa lama antibodi orang yang sembuh dari COVID-19 bisa bertahan dalam tubuh? Simak pembahasannya hingga tuntas, ya.

Baca juga: Ini Tempat yang Berisiko Tinggi Menularkan COVID-19

Setelah Sembuh dari COVID-19, Antibodi Bertahan 6-8 Bulan

Terkait berapa lama antibodi dalam tubuh orang yang sembuh dari COVID-19 bisa bertahan, para peneliti dari Oxford University berusaha menjawabnya. Menurut studi yang mereka lakukan, pengidap COVID-19 yang sudah sembuh akan kebal terhadap infeksi kedua setidaknya selama 6 bulan.

Hasil studi tersebut didapatkan dari pengamatan terhadap fenomena infeksi berulang yang terjadi. David Eyre, profesor di Oxford University, yang berperan sebagai ketua peneliti, mengatakan bahwa ia yakin dalam jangka pendek, kebanyakan orang yang sudah sembuh dari COVID-19 tidak akan terinfeksi lagi. 

Eyre juga menegaskan bahwa infeksi COVID-19 kedua kali relatif jarang terjadi. Meski belum dilakukan peer review (peninjauan oleh rekan sejawat), studi ini disebut sebagai langkah penting dalam memahami antibodi COVID-19 pada orang yang sudah sembuh. 

Selain itu, tim peneliti juga mengklaim bahwa studi ini merupakan penelitian skala besar pertama tentang seberapa besar perlindungan yang diberikan antibodi alami tubuh terhadap COVID-19, pada orang yang pernah terinfeksi. 

Studi dilakukan 30 pekan, selama April dan November 2020 dengan mengamati sebanyak 12.180 pekerja kesehatan di Rumah Sakit Universitas Oxford. Sebelum dilakukan pengamatan, semua peserta menjalani tes untuk mendeteksi adanya antibodi COVID-19, yang menandakan dia pernah terinfeksi virus corona. 

Baca juga: Mitos atau Fakta, Golongan Darah A Berisiko Tertular COVID-19

Dari hasil tes semua peserta, didapatkan 1.246 yang memiliki antibodi COVID-19 dan 11.052 yang tidak memiliki antibodi COVID-19. Lalu, setelah diamati selama sekitar 8 bulan, di antara peserta dari kelompok yang telah memiliki antibodi, tidak ada satupun yang bergejala ketika terinfeksi COVID-19 selama periode pengamatan. 

Lalu, pada kelompok peserta yang tidak memiliki antibodi, ada 89 orang yang dinyatakan positif COVID-19 dengan gejala. Namun, studi tersebut meyakini bahwa orang yang kembali terinfeksi virus corona tidak mengulangi gejala yang sama seperti ketika terinfeksi pertama kali. 

Sementara itu, dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada 6 Januari 2021 lalu, ditemukan bahwa kekebalan dapat bertahan selama 8 bulan. Menurut Shane Crotty, PhD., profesor di La Jolla Institute of Immunology yang ikut memimpin penelitian, timnya mengukur keempat komponen memori kekebalan, yakni:

  • Antibodi.
  • Memori sel B.
  • Sel T-Helper.
  • Sel T Sitotoksik.

Para peneliti menemukan bahwa keempat faktor tersebut bertahan setidaknya selama 8 bulan setelah terinfeksi virus corona. Temuan ini penting karena menunjukkan bahwa tubuh dapat "mengingat" virus corona, sehingga ketika virus kembali memasuki tubuh, memori sel B dapat dengan cepat bersiap dan memproduksi antibodi untuk melawan infeksi ulang.

Baca juga: Kacamata Bisa Cegah Virus Corona, Mitos Atau Fakta?

Itulah sedikit pembahasan mengenai berapa lama antibodi bertahan setelah sembuh dari COVID-19. Meski butuh penelitian lebih lanjut, dan segala hal tentang COVID-19 masih terus diamati hingga kini, penting untuk senantiasa menjaga kesehatan. Sudah sembuh dari COVID-19 bukan berarti seseorang bisa kebal dan tidak akan terinfeksi lagi.

Oleh karena itu, pastikan kekebalan tubuh tetap prima, dengan menerapkan gaya hidup sehat dan mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Jangan lupa juga untuk memeriksakan kondisi kesehatan secara rutin. Agar lebih mudah, kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit

Antibodi covid 19 terbentuk berapa lama

Referensi:
Oxford University. Diakses Pada 2021. Prior Covid-19 Infection Offers Protection from Re-Infection for at Least Six Months. 
Science. Diakses Pada 2021. Immunological Memory To Sars-Cov-2 Assessed For Up to 8 Months After Infection.
Healthline. Diakses pada 2021. How Long Does Immunity Last After COVID-19? What We Know.