Anak yang paling tinggi dalam kelas tersebut memiliki tinggi badan

Berikut beberapa hal yang berpengaruh pada tinggi badan anak, dilansir dari Healthy Children.

Faktor keluarga dan genetik

Faktor keluarga dan faktor genetik memengaruhi tinggi badan anak.

Ketika tinggi badan si kecil lebih pendek atau tinggi dibanding teman seusianya, dokter akan menanyakan rekam jejak di keluarga Anda.

Selain itu, kemungkinan dokter juga akan bertanya apakah Anda pernah mengalami masalah tumbuh kembang di waktu kecil atau tidak.

Anda juga akan ditanya mengenai usia berapa mengalami pubertas karena ini juga berpengaruh pada pertumbuhan tubuh anak.

Bila dilihat dari faktor genetik, anak-anak berkebutuhan khusus seperti Down syndrome, Noona syndrome, atau Turner syndrome cenderung memiliki postur tubuh yang lebih pendek.

Sementara itu, Marfan syndrome menyebabkan anak menjadi lebih tinggi.

Gizi dan nutrisi

Nutrisi dari makanan yang dikonsumsi bisa menentukan perkembangan tinggi badan si kecil.

Memang anak-anak yang kurus memiliki kecenderungan lebih pendek dibanding anak seusianya, bahkan sampai mengalami stunting.

Meski demikian, hal ini juga bisa terjadi pada anak-anak obesitas. Ini disebabkan oleh pemberian makanan dengan gizi yang kurang tercukupi meski porsinya besar.

Hormon

Ketidakseimbangan hormon, seperti kadar tiroid atau hormon pertumbuhan yang rendah, bisa menyebabkan pertumbuhan tinggi badan si kecil bergerak lebih lambat dibanding anak seusianya.

Efeknya, ada balita yang tubuhnya lebih pendek atau sangat tinggi.

Periksakan ke dokter bila tinggi badan si kecil terlalu pendek atau tinggi karena sangat mungkin ia mengalami masalah hormon pertumbuhan.

Kondisi kesehatan tertentu

Anak-anak yang mengidap beberapa penyakit kronis berisiko tinggi mengalami panjang badan yang lebih rendah.

Selain karena kondisi kesehatan, penggunaan obat kortikosteroid kronis bisa memperlambat pertumbuhan anak.

Cara menambah tinggi badan anak

Mengatasi tinggi badan balita yang kurang tergantung pada masalah yang dialami si kecil.

Bila anak Anda kurang tinggi bukan karena penyakit, tidak ada perawatan khusus yang perlu dilakukan.

Anda hanya perlu melakukan beberapa cara untuk menambah tinggi badan anak, seperti:

Memberikan makanan sehat

Makanan sehat tidak hanya baik untuk berat badan, tetapi juga tinggi badannya.

Untuk menambah tinggi badan anak, si kecil perlu dibiasakan mengonsumsi buah segar, sayuran, protein, lemak, dan makanan yang mengandung susu.

Sebaliknya, kurangi berbagai makanan yang hanya tinggi kalori saja tetapi kurang bergizi seperti makanan cepat saji.

Tidur yang cukup

Saat anak tidur, ia tidak hanya sekadar istirahat, tetapi juga mengalami fase penting dalam pertumbuhannya.

Ini karena hormon pertumbuhan anak bekerja maksimal ketika ia sedang tidur.

Anak usia 1-2 tahun membutuhkan waktu tidur 11-14 jam, sementara balita usia 2-5 tahun butuh tidur selama 10-13 jam.

Anda juga dapat membiasakan anak untuk tidur siang, setidaknya 1-3 jam agar perkembangan si kecil termasuk pertumbuhan tinggi badannya tetap berjalan dengan baik.

Bergerak aktif

Selalu ajak anak berolahraga setiap hari, baik itu di pagi atau sore hari.

Membiasakan anak untuk berolahraga sangat baik untuk kesehatan tulang dan pertumbuhan tinggi badan.

Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan agar tinggi badan balita bertambah yaitu berenang, melompat, dan senam.

Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memantau tinggi badan dan berat badan si kecil.

Jika tinggi badan si kecil tidak memenuhi kriteria sesuai usianya, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

Dokter dapat membantu mencari penyebab serta memberikan penanganan yang tepat.

Bisa menggunakan 2 rumus yaitu Broca dan Harris Benedict

Tinggi badan ideal merupakan salah satu hal yang paling sering dibicarakan.

Tidak jarang, bentuk badan dan tinggi badan menjadi tolok ukur kesehatan seseorang.

Memang, tinggi badan yang sesuai dengan berat badan sangat direkomendasikan oleh dokter.

Sebab, seperti yang diketahui, berat badan berlebih dapat memicu penyakit, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, hingga serangan jantung.

Memiliki berat badan di bawah rata-rata juga dapat memicu penyakit, seperti anemia, gangguan kesuburan , hingga osteoporosis.

"Tinggi dan berat badan memengaruhi kesehatan. Jika seseorang memiliki berat badan yang terlalu berlebihan atau kekurangan akan mempengaruhi kesehatan, antara lain gangguan sistem imun, gangguan tulang-sendi, penyakit metabolik (seperti diabetes, jantung, stroke, hipertensi), gangguan berbagai organ, hingga kanker," jelas dr. Raissa Edwina Djuanda, M.Gizi, Sp.GK Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pondok Indah – Puri Indah.

Banyak yang bertanya-tanya, apakah tinggi badan mereka normal, di atas rata-rata, atau di bawah rata-rata?

Untuk menjawab pertanyaan dan keraguan tersebut, simak penjelasan tentang tinggi badan ideal di bawah ini, yuk!

Baca Juga: Leukosit Tinggi pada Anak, Berbahayakah?

Berat Badan Ideal dan Tinggi Badan Ideal

Anak yang paling tinggi dalam kelas tersebut memiliki tinggi badan

Foto: tinggi badan hero

Foto: Mengukur Tinggi Badan Ideal (Orami Photo Stock)

Berat badan dan tinggi badan ideal berkaitan dengan kondisi kesehatan.

Dengan demikian, mempertahankan berat badan ideal menjadi hal yang sangat penting.

Tinggi manusia diukur sebagai jarak antara ujung kepala hingga ujung kaki. Tinggi badan merupakan panjang vertikalnya.

Dikutip dari YouGov kontribusi genetik pada tinggi badan sangatlah tinggi dan menjadi faktor utama.

Terlebih, tinggi badan ideal sekaligus berat badan ideal laki-laki dan perempuan berbeda.

Untuk mengetahui apakaah berat badan Moms atau Dads termasuk ke kategori ideal, berikut cara perhitungan berat badan ideal dengan tinggi tertentu.

1. Menghitung Berat Badan Ideal dan Tinggi Badan

Perhitungan berat dan tinggi badan ideal bisa dilakukan dengan perhitungan rumus Broca.

Pria: Berat badan ideal (kg) = [tinggi badan (cm) – 100] – [(tinggi badan (cm) – 100) x 10%]

Wanita: Berat badan ideal (kg) = [tinggi badan (cm) – 100] – [(tinggi badan (cm) – 100) x 15%]

Contoh:

Jika Moms memiliki tinggi badan 163, berat badan idealnya yaitu sebesar 63-63 x 15% = 53,55 kg.

Sementara, jika Dads memiliki tinggi badan 170 cm, berat badan idealnya 70-70x10% = 63 kg.

2. Berat Badan Ideal Tinggi 160

Nah, setelah mengetahui rumusnya, maka Moms sudah bisa menghitungnya sendiri, bukan?

Maka, tinggi badan 160 cm memiliki tinggi badan idealnya adalah 51 kg untuk perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, 54 kg.

3. Berat Badan Ideal Tinggi 170

Maka, tinggi badan 170 cm memiliki tinggi badan idealnya adalah 59,5 kg untuk perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, 63 kg.

4. Berat Badan Ideal Tinggi 150

Maka, tinggi badan 150 cm memiliki tinggi badan idealnya adalah 42,5 kg untuk perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, 45 kg.

Selain menggunakan rumus Broca, dr. Raissa Edwina juga memaparkan perhitungan dengan menggunakan rumus lainnya, yakni rumus Harris Benedict.

Berat badan ideal dapat dihitung menggunakan rumus Harris Benedict, yakni:

  • Berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan (meter) kuadrat.

Berat badan dapat dikatakan normal apabila hasilnya antara 18,5 - 22,9 kilogram/meter kuadrat.

Baca Juga: Ini 5 Aktivitas yang Dapat Membantu Mengoptimalkan Tinggi Badan Anak

Tinggi Badan Ideal Perempuan

Anak yang paling tinggi dalam kelas tersebut memiliki tinggi badan

Foto: Tinggi badan ideal perempuan

Foto: Ilustrasi Tinggi Badan (freepik.com)

Seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa rata-rata tinggi badan berdasarkan benua maupun negara dapat berbeda-beda.

Lalu, bagaimana dengan tinggi badan berdasarkan jenis kelamin?

Terdapat faktor-faktor eksternal dan internal yang memengaruhi tinggi badan berdasarkan jenis kelamin.

Faktor internal yang memengaruhi yaitu genetik dari setiap individu yang berbeda dan proses metabolisme tubuh antara laki-laki dan perempuan dapat berbeda.

Faktor eksternal yang memengaruhi adalah asupan makanan yang dikonsumsi, dan aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan laki-laki lebih berat.

Dikutip dari Angka Kecukupan Gizi Kementerian Kesehatan RI tinggi badan ideal untuk perempuan di usia 16-29 tahun adalah 159 cm.

Baca Juga: Kesemutan Seluruh Badan? Waspada 10 Penyakit Ini!

Tinggi Badan Ideal Laki-Laki

Anak yang paling tinggi dalam kelas tersebut memiliki tinggi badan

Foto: cara mengukur tinggi badan

Foto: Ilustrasi Tinggi Badan Laki-Laki (freepik.com)

Berbeda dengan tinggi badan ideal perempuan, tinggi badan ideal laki-laki umumnya lebih tinggi beberapa sentimeter dari perempuan.

Faktor-faktor yang memengaruhi adalah umumnya laki-laki memiliki aktivitas yang lebih berat daripada perempuan.

Selain itu, secara kompleksitas serta ukuran organ tubuh laki-laki lebih besar dan banyak membutuhkan energi untuk keperluan organ tersebut.

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Kementerian Kesehatan RI, tinggi ideal laki-laki di umur 16-29 tahun adalah 168 cm.

Namun, tidak sedikit pula banyak laki-laki yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari perempuan. Lagi-lagi hal tersebut karena faktor-faktor yang disebutkan di atas.

Baca Juga: Cara Membaca Tabel Tinggi Badan Anak Menurut Usia 2-5 Tahun

Mencegah Anak Stunting

Anak yang paling tinggi dalam kelas tersebut memiliki tinggi badan

Foto: Agar anak tumbuh tinggi

Foto: Ilustrasi Stunting (freepik.com)

Dikutip dari World Health Organization (WHO) stunting merupakan suatu gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Anak-anak yang didefinisikan mengalami stunting adalah anak-anak yang jika tinggi badan mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Artinya, salah satu ciri dari stunting adalah tinggi badan anak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya.

Pertumbuhan linier pada anak usia dini merupakan penanda kuat dari pertumbuhan yang sehat mengingat keterkaitannya dengan risiko morbiditas dan mortalitas, penyakit tidak menular di kemudian hari, serta kapasitas dan produktivitas belajar.

Stunting juga terkait erat dengan perkembangan anak di beberapa domain termasuk kapasitas kognitif, bahasa, dan motorik sensorik.

Lalu bagaimana cara mencegah stunting pada anak?

1. Pemberian ASI Eksklusif

Untuk mencegah stunting Moms dianjurkan untuk menyusui secara eksklusif hingga bayinya berusia 6 bulan.

2. Pemenuhan Nutrisi

Dilansir dari Karger seorang manusia membutuhkan kira-kira 40 nutrisi yang berbeda, dalam jumlah yang berbeda, untuk tumbuh, berkembang, dan tetap sehat.

Untuk memenuhi persyaratan ini diperlukan konsumsi makanan yang cukup beragam, termasuk ASI, dan berbagai makanan nabati (sayuran, buah-buahan makanan pokok), makanan hewani (susu, telur, ikan, daging) serta beberapa makanan yang diperkaya vitamin dan mineral tertentu.

Jika variasi makanan seperti itu tidak tersedia, atau bagi mereka yang (biasanya karena alasan ekonomi) tidak dapat mengakses variasi tersebut, makanan yang diformulasikan secara khusus mungkin diperlukan untuk mengisi hal yang disebut 'kesenjangan nutrisi'. Misalnya, dengan mengonsumsi suplemen.

Baca Juga: Ternyata Begadang dan Tidur Tidak Nyenyak Bikin Tinggi Badan Anak Terhambat!

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI Sehat

Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, Moms dan Dads sudah bisa memberikan makanan pendamping (MPASI).

Moms dan Dads perlu memastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.

WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan untuk mencegah kekurangan gizi tertentu.

Di sisi lain, Moms dan Dads juga perlu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut.

Jika ragu, konsultasikan dengan ahli, seperti Posyandu, Puskesmas, atau dokter anak.

4. Terus Pantau Tumbuh Kembang Anak

Moms dan Dads perlu terus memantau tumbuh kembang anak, terutama dari tinggi dan berat badan anak.

Tak ada salahnya juga untuk memantau BMI (Body Mass Index) atau indeks massa tubuh pada anak.

BMI adalah ukuran untuk menunjukkan kategori berat badan.

Untuk tahu tinggi dan berat badan, termasuk BMI anak, Moms dapat mengajak Si Kecil ke posyandu secara berkala.

Dengan begitu, akan lebih mudah bagi orang tua untuk mengetahui gejala awal gangguan kesehatan dan penanganannya.

5. Perhatikan Selalu Kebersihan Lingkungan

Anak-anak cukup rentan akan serangan penyakit, terutama ketika lingkungan sekitar mereka kotor.

Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting.

Dikutip dari Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut.

Sementara itu, salah satu pemicu diare datang dari bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai sumber, salah satunya adalah lingkungan yang kurang higienis.

Baca Juga: Diare pada Bayi, Bagaimana Cirinya dan Cara Mengatasinya?

Cara Menambah Tinggi Badan

Anak yang paling tinggi dalam kelas tersebut memiliki tinggi badan

Foto: Mencapai tinggi badan ideal

Foto: Ilustrasi Mengukur Tinggi Badan (freepik.com)

Pertanyaan yang sering diajukan oleh banyak orang jika membahas mengenai tinggi badan ideal adalah bagaimana cara menambah tinggi badan.

Antara usia 1 hingga pubertas, kebanyakan anak-anak bertambah tinggi sekitar 6 cm setiap tahun.

Begitu pubertas terjadi Si Kecil mungkin tumbuh dengan kecepatan 10 cm per tahun.

Namun, setiap orang tumbuh dengan kecepatan yang berbeda.

Untuk anak perempuan, percepatan pertumbuhan ini biasanya dimulai pada awal masa remaja.

Anak laki-laki mungkin tidak mengalami peningkatan tinggi badan yang tiba-tiba sampai akhir masa remajanya.

Biasanya mereka akan berhenti tumbuh tinggi setelah melewati masa pubertas.

Artinya, ketika menginjak usia dewasa, tidak mungkin tinggi badan akan bertambah lagi.

Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan selama masa remaja untuk memastikan bahwa untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan.

Yuk simak beberapa cara untuk mencapai tinggi badan ideal!

1. Makanan yang Seimbang

Selama masa pertumbuhan, sangat penting untuk mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Diet harus mencakup buah segar, sayuran segar, biji-bijian, protein, produk susu.

Jangan lupa untuk membatasi atau menghindari makanan yang mengandung gula tinggi, lemak trans dan lemak jenuh.

2. Suplemen Tambahan

Ada beberapa kasus di mana suplemen dapat meningkatkan tinggi badan pada anak-anak.

Dalam penelitian Normal Physiology of Growth Hormone in Adults jika memiliki kondisi yang memengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia (Human Growth Hormon/HGH), dokter mungkin merekomendasikan suplemen yang mengandung HGH sintetis.

3. Tidur dan Istirahat Dengan Cukup

Kurang tidur sesekali tidak akan memengaruhi tinggi badan dalam jangka panjang.

Tetapi jika selama masa remaja secara teratur tidur dengan waktu kurang dari jumlah yang disarankan dapat menyebabkan komplikasi.

Hal ini karena tubuh melepaskan hormon pertumbuhan saat tidur. Produksi hormon ini dan lainnya dapat turun jika tidak cukup tidur.

4. Olahraga Secara Teratur

Dalam jurnal Sports Medicine olahraga dapat memperkuat otot dan tulang, membantu mempertahankan berat badan yang ideal, dan meningkatkan produksi HGH.

Selain membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan, olahraga juga dapat membantu mengurangi risiko osteoporosis.

Kondisi ini terjadi ketika tulang menjadi lemah atau rapuh, yang mengakibatkan hilangnya kepadatan tulang. Hal ini dapat menyebabkan tinggi badan yang menyusut.

Untuk mengurangi risiko osteoporosis, cobalah untuk mulai berolahraga ringan seperti berjalan kaki beberapa kali seminggu. Tingkatkan intensitas olahraga sesuai kondisi tubuh.

Baca Juga: Ternyata Begadang dan Tidur Tidak Nyenyak Bikin Tinggi Badan Anak Terhambat!

Jika Moms dan Dads atau Si Kecil merasa tidak mencapai tinggi badan ideal, tidak perlu berkecil hati atau merasa malu.

Tinggi badan ideal bukanlah satu-satunya indikator kesehatan atau kualitas diri seseorang.

Terlepas dari itu, pastikan Moms selalu menerapkan gaya hidup dan pola makan sehat agar kondisi tubuh terus prima.

  • https://yougov.co.uk/topics/politics/articles-reports/2014/07/11/ideal-height-56-woman-511-man
  • https://www.standard.co.uk/lifestyle/dating/most-attractive-height-for-man-woman-a3846246.html
  • https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell
  • https://www.karger.com/WebMaterial/ShowFileCache/881597
  • https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting
  • http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279056/
  • https://doi.org/10.2165/00007256-200232150-00003