Alat alat yang digunakan pada zaman perundagian dan kegunaannya

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

KOMPAS.com - Kata perundagian diambil dari kata dasar undagi, yang artinya seseorang yang memiliki keterampilan jenis usaha tertentu, seperti pembuatan gerabah, perhiasan, kayu, batu, dan logam.

Masa perundagian adalah periode akhir prasejarah atau yang lazim disebut Zaman Logam.

Manusia pendukung masa perundagian adalah bangsa Deutro Melayu, yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 500 SM.

Karakteristik utama manusia pada masa atau zaman perundagian adalah lahirnya tukang yang terampil.

Pada masa ini, berbagai usaha dilakukan manusia menuju ke penyempurnaan kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan, dan pembuatan gerabah.

Selain itu, hal-hal baru mulai ditemukan masyarakatnya, yang terpenting di antaranya adalah peleburan bijih logam dan pembuatan benda-benda dari logam.

Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai, kehidupan manusianya pun semakin kompleks.

Berikut ini ciri-ciri kehidupan manusia pada masa perundagian.

Kehidupan ekonomi pada masa perundagian

Masyarakat masa perundagian tidak hanya bercocok tanam dengan berladang, tetapi juga mengolah sawah.

Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa mereka mampu mengatur kehidupan ekonominya dan berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan di musim yang akan datang.

Hasil panen pertanian biasanya disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan.

Mereka juga melakukan perdagangan dengan jangkauan lebih luas, bahkan antar pulau, sehingga perahu bercadik memainkan peran penting pada periode ini.

Perdagangan dilakukan dengan cara bertukar barang, terutama benda yang memiliki nilai magis seperti nekara, serta perhiasan.

Baca juga: Zaman Logam: Pembagian dan Peninggalan

Kehidupan sosial pada masa perundagian

Kehidupan sosial manusia purba pada masa perundagian sudah semakin teratur.

Mereka umumnya tinggal di daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai.

Kemajuan yang dicapai dalam berbagai aspek kehidupan mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk dan timbullah desa-desa besar yang merupakan gabungan dari kampung-kampung kecil.

Pemimpin masyarakat biasanya dipilih melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan roh nenek moyang.

Selain itu, masyarakatnya mulai terbagi ke dalam kelompok sesuai keahlian mereka, misalnya kelompok petani, undagi, pedangan, dan sebagainya.

Hasil kebudayaan dan peninggalan zaman perundagian

Masyarakat perundagian menggunakan peralatan yang terbuat dari logam.

Teknologi pembuatan benda-benda dari logam pun mengalami perkembangan pesat.

Beberapa peralatan dari logam yang mereka hasilkan antara lain kapak corong, nekara, moko, kapak perunggu, dan bejana perunggu, yang banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi.

Di samping itu, masyarakatnya telah mengenal teknik pembuatan gamelan, lukisan, ukiran, dan perhiasan.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Rahmadi, Duwi dan Suheri. (2017). Mari Mengenal Masa Prasejarah. Sukoharjo: Sindunata.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Manusia purba yang hidup pada zaman prasejarah memang belum mengenal tulisan. Kendati demikian, mereka sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi.

Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari bahan batu.

Teknologi yang dikenal manusia purba bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pada tahap paling awal, mereka membuat peralatan menggunakan benda-benda dari alam, terutama batu dan tulang.

Lambat laun, teknologi bebatuan yang mereka kenal terus berkembang hingga sampai pada teknologi mengolah logam.

Alat-alat yang digunakan manusia purba pun dapat ditelusuri dengan mudah menurut periode perkembangan zaman prasejarah.

Jejak-jejak kehidupan manusia prasejarah dapat ditelusuri melalui benda-benda peninggalan hasil kebudayaannnya

Berikut ini jenis-jenis peralatan manusia purba dan fungsinya berdasarkan pembagian zaman prasejarah.

Baca juga: Pembabakan Masa Prasejarah Berdasarkan Geologi

Peralatan dari Zaman Batu

Pada Zaman Batu, hampir semua peralatan manusia dibuat dari batu. Periode ini dibedakan menjadi empat masa, yaitu Zaman Batu Tua (Paleolitikum), Zaman Batu Madya (Mesolitikum), Zaman Batu Muda (Neolitikum), dan Zaman Batu Besar (Megalitikum).

Peralatan Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Pada periode ini, alat-alat yang dihasilkan manusia purba masih sederhana dan kasar. Berikut ini beberapa peralatan dari Zaman Paleolitikum.

Peralatan dari batu yang berbentuk menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai, ujungnya meruncing, dan penggunaannya dengan cara digenggam.

Kapak genggam biasanya digunakan manusia purba untuk berburu.

Alat-alat yang menyerupai kapak genggam, namun tajaman pada ujungnya berbentuk cembung atau lurus.

  • Alat-alat serpih (flakes)

Slat serpih pada masa paleolithikum dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menusuk, memotong, dan melubangi kulit binatang.

  • Ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya yang digunakan untuk menangkap ikan
  • Alat-alat dari tulang hewan yang dibentuk menjadi semacam belati, fungsinya untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah

Baca juga: Zaman Paleolitikum: Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung

Peralatan Zaman Batu Madya (Mesolitikum)

Manusia purba masih menggunakan peralatan dari batu yang sudah diasah namun belum halus terjadi pada Zaman Mesolitikum.

Berikut beberapa contoh peralatan manusia purba dari Zaman Mesolitikum.

  • Kapak genggam Sumatera (pebble)

Pebble atau dikenal sebagai Kapak Sumatera berbeda dengan kapak genggam dari Zaman Paleolitikum.

Alat ini terbuat dari batu kali yang pecah dan sisi luarnya dibiarkan kasar, sementara bagian dalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan pemakainya.

  • Kapak pendek (hachecourt)

Bentuk peralatan ini lebih pendek dibanding kapak Sumatera, sehingga dinamai kapak pendek.

Fungsi hachecourt adalah untuk memotong buah atau daging hewan buruan dan mencukil biji-bijian dari dalam tanah.

Batu pipisan adalah sejenis alat penggiling yang memiliki landasan. Fungsinya untuk menumbuk makanan dan menghaluskan cat-cat merah.

Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri

Peralatan Zaman Batu Muda (Neolotikum)

Pada masa pra aksara ada banyak peralatan yang sudah digunakan oleh manusia pada saat itu, seperti kapak persegi, gerabah, dan kapak lonjong. Alat-alat tersebut digunakan pada masa bercocok tanam atau Zaman Neolitikum.

Kapak persegi berbentuk persegi panjang dan ada pula yang berbentuk trapesium.

Kapak persegi yang besar sering disebut dengan beliung atau cangkul, bahkan sudah ada yang diberi tangkai sehingga persis seperti bentuk cangkul zaman sekarang.

Sementara yang berukuran kecil dinamakan trah atau tatah, yang digunakan untuk mengerjakan kayu.

Bentuk keseluruhan alat ini lonjong sepeti bulat telur, di mana pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai dan bagian ujung yang bulat diasah hingga tajam.

Kapak lonjong mempunyai berbagai macam ukuran, yang besar sering disebut walzenbeil, sedangkan yang kecil dinamakan kleinbeil.

Fungsi alat ini diperkirakan untuk kegiatan menebang pohon.

Alat-alat gerabah dari Zaman Neolitikum umumnya digunakan untuk menampung air dan menyimpan bahan makanan.

Baca juga: Zaman Neolitikum: Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan

Peralatan Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Peralatan manusia purba pada periode ini terbuat dari batu yang berukuran besar.

Umumnya, peralatan yang diciptakan tidak hanya untuk kebutuhan hidup manusia secara fisik, tetapi juga untuk upacara keagamaan.

Hasil peralatan Zaman Megalitikum antara lain sebagai berikut.

Kubur batu adalah wadah penguburan mayat yang terbuat dari batu.

Sarkofagus adalah kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.

Waruga adalah kubur batu yang bentuknya seperti rumah dan biasanya ditemukan di daerah Minahasa.

Biasa disebut sebagai batu tegak, menhir adalah batu alam yang telah dibentuk manusia untuk keperluan pemujaan atau untuk tanda penguburan.

Dolmen atau meja batu adalah peninggalan Zaman Megalitikum yang terdiri dari sebuah batu besar yang ditopang oleh batu-batu berukuran lebih kecil sebagai kakinya.

Bangunan ini digunakan untuk meletakkan sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang.

Peralatan Zaman Megalithikum yang berbentuk anak tangga, berfungsi sebagai pemujaan arwah nenek moyang dan dianggap suci, dinamakan punden berundak.

Arca batu adalah pahatan berbentuk manusia atau binatang yang dipercaya sebagai wujud dari nenek moyang.

Baca juga: Zaman Megalitikum: Peninggalan, Sejarah, Ciri, dan Kepercayaan

Pada Zaman Logam atau Perundagian, manusia purba telah mengembangkan kemampuan untuk membuat alat-alat dari logam.

Berikut ini beberapa contoh alat-alat zaman prasejarah dari Zaman Logam.

Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup.

Peralatan yang bentuknya seperti dandan terbalik ini umumnya digunakan dalam upacara keagamaan, seperti contohnya dalam ritual pemanggilan hujan.

Kapak corong juga dikenal sebagai kapak perunggu atau kapak sepatu. Bentuknya bermacam-macam, ada yang besar dan diberi hiasan, pendek dan lebar, bulat, dan ada pula yang berukuran kecil.

Sedangkan kapak corong yang panjang di salah satu sisinya disebut sebagai candrasa.

Kapak corong dan candrasa umumnya digunakan dalam upacara keagamaan serta perkakas rumah tangga.

Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, ada pula yang berbentuk binatang.

Peralatan yang umumnya berukuran kecil dan terdapat cincin di bagian atasnya ini digunakan sebagai tempat penyembahan roh upacara keagamaan.

Bejana perunggu berbentuk seperti periuk, tetapi lebih langsing dan gepeng. Fungsinya adalah sebagai tempat upacara keagamaan dan tempat minum.

Referensi:

  • Sugiarti, Etty. (2010). Ensiklopedia Zaman Prasejarah. Semarang: ALPRIN.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.