5 sikap dalam menghadapi perbedaan suku yang ada

UNS‘Solidarity in Diversity’ was appointed as the theme of the Sebelas Maret Islamic Festival (SIFT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta in 2020. The webinar entitled ‘Islam, Tasamuh, and Plurality’ was also held as one of the SIFT webinar series by Jamaah Nurul Huda Islamic Student Activity Unit (JN-UKMI) UNS, Saturday (26/9/2020).

Present as a speaker, Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed. who is a lecturer at the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) of UIN Syarif Hidayatullah, discussing tolerance in addressing diversity. Prof. Mu’ti explained that in responding to diversity, ‘tasamuh’ or tolerance is needed. Namely attitudes and behaviors that recognize and respect differences in both religious aspects and various other aspects of life.

“The word tasamuh, he added, is not found in the Koran. However, the attitudes and behavior of tasamuh are Islamic teachings and values ​​which are affirmed in several suras. Among other things, QS. Al-Kafirun (109): 1-6 and QS. Al-An’am (6): 107-108, “explained Prof. Mu’ti who is also a member of the Indonesia United Council of Religion and Pluralism.

Furthermore, Prof. Mu’ti also described the five attitudes and behaviors of tasamuh. First, understand and realize the differences between humans with one another. This includes understanding the points of difference and similarities and their causes.

After understanding these differences, the next attitude is to respect differences as a belief and personal choice. To act not to criticize, blame, demean, disbelieve, or impose one’s will on other people or parties.

“If we see differences more often as a product, not a process, it will create fanaticism. We are different, yes, but don’t vilify or criticize other groups. It is also not allowed for those of different religions. It is better to race with good, not evil and sentiments that end up criticizing others,” he added.

The third attitude is to accept the existence of different friends, while maintaining and maintaining personal or group beliefs and identities. Accepting this existence, can also be shown by providing opportunities, accommodating, and facilitating others to be able to carry out their beliefs and maintain their identity.

Because being different does not mean disagreeing, a priori, and not caring about other people or parties. Being different does not mean independent ”. This Tasamuh also encourages to help and foster love between humans. During, said Prof. Mu’ti, the origin of which is creed is not mixed.

This is in line with what Prof. emphasized. Mu’ti then, namely the importance of the process of knowing and associating with friends from various backgrounds. Where in the association, still apply a tolerant attitude to create peace. However, of course by not loosening self-confidence and covering up our identity.

“Tell us who we are. There is no need to hide each other’s beliefs. It is precisely this plurality that encourages us to show our beliefs. There are limits where we can be together, there are limits where we are different,” explained Prof. Mu’ti.

In his material, Prof. Mu’ti also explained that plurality is characterized by physical, intellectual, and religious differences that occur due to natural, scientific, and amaliah causes. Natural factors, he added, are factors that follow God’s law in various processes and events in the universe.

For example, people with different ethnicities, languages, nations, and other natural differences are evidence of God’s power. These variations show the existence of humans from one another. 
Meanwhile, scientific factors are related to intellectual processes, including the ijtihad method. In this case, humans differ in terms of religion, madhzab, strategy, and religious manhaj.

“Then, the amaliah factor relates to the context, orientation, and strategy of the struggle as well as personal matters,” added Prof. Mu’ti.

On this occasion, Prof. Kuncoro Diharjo as Vice Chancellor for Student Affairs and Alumni UNS to open the webinar. In his speech, Prof. Kuncoro thanked all those who have been willing to help and join SIFT UNS this year and invited the audience to always instill a sense of togetherness in differences. UNS Public Relations

Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak perbedaan yang akan ditemui. Mulai dari beda suku, beda kepercayaan, dan masih banyak lainnya. Tentu saja dengan latar belakang yang berbeda akan ada banyak pendapat dan cara pandang yang juga berbeda. Ini bisa diatasi dengan sikap toleransi. Adapun pengertian dan contoh sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan yaitu sebagai berikut ini:

Pengertian Sikap Toleransi

Pada dasarnya, sikap toleransi adalah sikap yang menghargai antar sesama baik antar individu maupun kelompok. Sikap ini merupakan sikap yang bersifat positif sebab tujuan dari sikap ini adalah untuk menjaga kedamaian dan kerukunan. Dengan menerapkan sikap ini diharapkan masyarakat dapat saling menghargai dan menghormati terlepas dengan identitas atau latar belakangnya.

Sikap toleransi ini kerap digunakan, terutama di Indonesia yang diketahui mempunyai masyarakat dengan suku, agama, dan budaya yang berbeda. Semestinya sikap ini memang diajarkan sedini mungkin supaya kelak generasi muda bisa meneruskan kehidupan bernegara yang tentram dan damai.

Dilihat dari asal mulanya, toleransi diambil dari bahasa Latin yang berarti menahan diri. Dengan demikian menerapkan sikap toleransi berarti adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan pendapat, latar belakang, maupun cara pandang. Meskipun hal yang disampaikan orang lain bertentangan, bukan berarti harus dipaksakan setuju. Toleransi berarti cukup menerima adanya perbedaan tersebut.

Contoh Sikap Toleransi dalam Menghadapi Perbedaan

Ada banyak contoh nyata dari sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan. Meski sudah mengetahui teori berupa pengertian sikap toleransi di atas, semestinya pembaca juga mengetahui contoh nyatanya. Dengan mengetahui contoh nyata sikap toleransi, pembaca bisa mengaplikasikannya langsung di kehidupan sehari-hari. Adapun contoh sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan yaitu:

1. Tidak Membeda-bedakan Teman

Berteman dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang suku atau agamanya merupakan salah satu contoh sikap toleransi. Semua orang berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan asas kemanusiaan yang adil dan beradab. Sikap toleransi berarti memandang setiap individu dan kelompok sama tanpa berusaha menghakimi berdasarkan latar belakangnya.

2. Menghargai Perbedaan

Seperti yang disebutkan sebelumnya, sikap toleransi berarti menghargai perbedaan yang ada. Bukan berarti seseorang harus menyetujui atau menentang suatu pendapat atau cara pandang yang berbeda. Menyikapinya dengan bertoleransi berarti cukup dengan menerima bahwa pendapat dan cara pandang pribadi berbeda dengan orang lain.

3. Tidak Menghina Budaya atau Agama Lain

Selanjutnya, contoh sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan yaitu tidak menghina budaya atau agama lain. Tidak jarang budaya satu daerah dengan daerah lainnya berbeda bahkan bertentangan. Meskipun bertentangan, pembaca tidak boleh menghina budaya atau ajaran agama lain lantaran tidak selaras dengan ajaran yang diikuti dan dipercaya oleh pembaca.

4. Tidak Memaksakan Pendapat Pribadi

Cara pandang dan pendapat yang berbeda merupakan hal yang wajar. Namun ini menjadi salah jika salah satu pihak memaksakan pendapat atau cara pandangnya untuk diakui sebagai suatu hal yang benar bagi semua orang. Jalan keluar untuk permasalahan demikian ialah mengedepankan musyawarah demi tercapainya mufakat atau keputusan bersama.

5. Saling Peduli dan Membantu Antar Sesama

Selain yang di atas, contoh sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan yaitu saling peduli dan membantu antar sesama. Sikap peduli terhadap orang atau kelompok dengan latar belakang yang berbeda termasuk dalam aplikasi sikap toleransi. Ini menunjukkan bahwa pembaca menghormati dan menghargai budaya atau agama lain.

6. Menghormati Perayaan Agama Lain

Sikap toleransi ini sangat sering digunakan di Indonesia. Ini dikarenakan masyarakat Indonesia hidup berdampingan dalam kepercayaan dan agama yang berbeda-beda. Mentoleransi agama lain berarti menghormati kepentingan ibadahnya serta waktu perayaan hari keagamaannya. Misalnya saja tidak membuat kegaduhan saat peringatan Nyepi.

Selain itu, contoh sikap lainnya ialah tidak membuat acara keramaian di dekat rumah ibadah masjid saat waktu shalat tarawih di bulan Ramadhan. Hal-hal demikian bukan hanya dapat menjaga kerukunan saja, namun juga memupuk rasa empati dan solidaritas antar sesama. Dengan demikian hidup berdampingan terasa tentram dan damai.

7. Ikut Memberikan Rasa Aman pada Umat Agama Lain

Banyak sekali kejadian yang tidak diinginkan terjadi tatkala waktu ibadah. Sebagai bentuk toleransi, sudah semestinya untuk saling memberikan rasa aman untuk umat lain dalam beribadah. Misalnya saja dalam suatu desa terdapat beragam umat agama. Sudah semestinya warga desa tersebut bergotong royong untuk saling membantu mengadakan acara keagamaan agar berjalan dengan lancar dan aman.

Sikap toleransi ini akan menumbuhkan rasa saling percaya dan solidaritas di antara masyarakat. Dengan demikian dinamika antar budaya maupun agama yang berbeda bisa rukun dan silaturahmi tetap terjaga. Kelompok maupun individu yang dibantu pun juga akan mendapatkan rasa senang dan dihargai.

8. Menghormati Budaya Suku Lain

Sama seperti ajaran agama lain, prosesi dan ajaran kebudayaan suatu daerah dengan daerah lainnya bisa saja berbeda. Meskipun ini berlawanan dengan budaya yang dianut, sudah semestinya pembaca untuk tetap menghormatinya. Bukan berarti pembaca harus ikut menyetujui atau berpartisipasi di dalamnya. Namun, menghormati tanpa mencelanya saja sudah cukup.

Dapat disimpulkan bahwa contoh sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan yaitu memiliki rasa saling menghargai dan menghormati pada orang maupun kelompok lain. Dengan mengedepankan sikap toleransi niscaya kehidupan berdampingan akan lebih selaras, damai, dan tentram.