4 risiko Resiko apa saja yang kita hadapi dalam memiliki obligasi?

Apa saja risiko investasi yang dapat dialami investor? Yuk cek ulasannya.

Dewasa ini, masyarakat semakin sadar akan pentingnya investasi. Tak khayal banyak dari mereka memilih terjun di dalamnya. Namun, satu hal penting yang perlu dipahami yaitu risiko investasi. Sebelum memulainya, Anda perlu mengetahui apa saja risiko investasi dan bagaimana cara meminimalisirnya.

Agar tidak asal terjun dalam dunia investasi, kali ini OCBC NISP membantu Anda untuk memahami pengertian, jenis serta bagaimana melakukan manajemen risiko investasi yang benar. Yuk simak sampai tuntas!


Pengertian Risiko Investasi

Risiko investasi adalah kondisi dimana investor berpotensi mengalami kerugian dari aktivitas investasi. Dengan kata lain, keuntungan atau imbal hasil yang diharapkan dari investasi tidak sesuai.

Dalam hal ini, risiko investasi berbanding lurus dengan imbal hasil investasi. Jika keuntungan investasi tinggi, maka risikonya tinggi. Begitu pun sebaliknya, apabila keuntungan investasi rendah, umumnya risikonya pun rendah.

Selain itu, penting bagi investor untuk mengenali dan memahami profil risiko investasi. Hal itu bermanfaat dalam menentukan produk investasi apa yang paling cocok dengan kebutuhan investor dan profil risiko tersebut.

Misalnya, contoh risiko investasi adalah capital loss atau kerugian modal pada saham. Hal tersebut terjadi ketika nilai jual lebih rendah dibandingkan nilai beli. Maka dari itu, investasi saham disebut sebagai investasi high return dan tergolong high risk. Hal itu juga menjadikan, investasi saham lebih cocok kepada investor dengan profil risiko yang agresif.


Jenis-jenis Risiko Investasi

Sebelum mengetahui cara meminimalisir dan manajemen risiko investasi. Langkah pertama yang harus Anda ketahui adalah jenis-jenisnya. Berikut 7 jenis risiko investasi adalah diantaranya:

  1. Risiko Pasar
    Jenis pertama dari risiko investasi adalah risiko pasar, yaitu adanya fluktuasi atau naik turunnya nilai aset di pasar. Hal itu diakibatkan dari berubahnya sentimen pasar keuangan seperti obligasi dan saham. Perubahan tersebut biasanya terjadi karena kondisi tertentu, misalnya perubahan politik, resesi ekonomi, inflasi, kerusuhan, dan lain-lain.

    Risiko pasar juga dikenal sebagai risiko sistematik yang tidak dapat dihindari oleh para investor. Risiko ini juga dapat menyebabkan investor mengalami penurunan modal investasinya atau capital loss. Meski demikian, Anda jangan khawatir, penurunan aset investasi seperti ini bukan termasuk risiko investasi jangka panjang.

  2. Risiko Likuiditas
    Jenis kedua dari risiko investasi adalah risiko likuiditas. Risiko ini timbul dari kesulitan tersedianya uang tunai dalam suatu periode waktu. Hal itu dapat terjadi apabila pihak pengutang tak bisa menjual asetnya karena pihak lain tidak ada yang berminat membelinya di pasar.

    Misalnya, seseorang dari pihak A tidak dapat membayar utangnya secara tunai saat jatuh tempo kepada pihak B. Tetapi, pihak A memiliki aset yang nilainya cukup untuk membayar utang tersebut.

    Tetapi, jika tidak ada pihak lain yang bersedia membeli aset tersebut, maka likuiditasnya tidak bisa dicairkan menjadi uang tunai.

    Perlu Anda ingat, bahwa risiko likuiditas berbeda dengan penurunan aset investasi. Risiko ini kemungkinan terjadi akibat tidak ada minat dari pihak lain yang mau membeli atau menukar aset karena kedua belah pihak sulit untuk bertemu.

  3. Risiko Negara
    Jenis ketiga dari risiko investasi adalah risiko negara atau politik. Risiko ini erat kaitannya dengan aktivitas dan kondisi politik negara. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap perekonomian negara.

    Risiko ini bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kerugian bagi investor dikarenakan adanya perubahan ketentuan perundang-undangan. Maka dari itu, jika orang dari luar negeri ingin berinvestasi di negara berbeda, penting untuk dilakukan adalah melihat situasi politik di negara tersebut.

  4. Risiko Suku Bunga
    Jenis keempat dari risiko investasi adalah risiko suku bunga. Peningkatan suku bunga merupakan penyebab dari menurunnya nilai relatif aset berbunga seperti obligasi atau pinjaman. Meskipun suku bunga meningkat, hal itu membuat keuntungan investasi dan nilai obligasi berbunga akan mengalami penurunan, begitu pun sebaliknya.

  5. Risiko Inflasi
    Jenis kelima dari risiko investasi adalah risiko inflasi atau risiko daya beli. Risiko investasi saham ini adalah inflasi yang mempengaruhi daya beli lalu mengakibatkan nilai kas dari investasi saat ini tak akan memiliki nilai banyak di masa depan. Hal tersebut juga berpotensi menurunkan daya beli masyarakat karena kenaikan harga rata-rata diatas harga konsumsi.

    Saat seseorang yang berinvestasi dengan memegang uang tunai atau aset, biasanya risiko inflasi akan terjadi pada hal tersebut. Inflasi akan menggerus nilai uang atau aset yang mereka punya. Sebagai contoh, bila seorang investor memiliki dana investasi tunai sebesar Rp20 juta dengan tingkat inflasi 5%, maka per tahunnya dana tersebut akan berkurang sebanyak Rp1 juta.

  6. Risiko Valuta Asing
    Jenis keenam dari risiko investasi adalah risiko valuta asing atau risiko nilai tukar mata uang. Risiko investasi jangka pendek ini erat kaitannya dengan fluktuasi kurs mata uang suatu negara terhadap kurs mata uang negara lain.

    Risiko yang juga sering disebut currency risk ini disebabkan dari adanya perubahan valuta asing di pasaran dan pada saat dikonversikan ke mata uang rupiah tidak sesuai dengan harapan.

  7. Risiko Reinvestasi
    Jenis terakhir dari risiko investasi adalah risiko reinvestasi. Risiko jenis ini terjadi saat pendapatan dari suatu aset investasi mengharuskan investor untuk menginvestasikan kembali aset tersebut. Besar kemungkinan, arus kas investasi akan menghasilkan keuntungan yang lebih kecil pasca direinvestasikan ke produk investasi baru.


Cara Meminimalisir Risiko Investasi

Setelah mengetahui jenis-jenis dari risiko investasi, hal selanjutnya yang perlu Anda ketahui ketika hendak berinvestasi adalah cara meminimalisir risikonya. Berikut beberapa cara yang bisa Anda ikuti untuk meminimalisir risiko investasi adalah diantaranya:

  • Dalam satu produk investasi, ada baiknya tidak menaruh semua dana Anda, tetapi Anda dapat memiliki portofolio yang beragam.
  • Lalu, Anda harus bersikap tenang ketika menghadapi risiko investasi yang terjadi.
  • Maka, sebisa mungkin hindari rasa panik, karena kepanikan akan membuat Anda salah ketika mengambil keputusan.

Intinya, saat Anda berinvestasi apapun itu produknya, risiko akan selalu ada. Maka dari itu, Anda harus bisa memahami manajemen risiko investasi dengan baik. Sehingga, investasi yang Anda lakukan akan ‘lolos’ dari risiko investasi serta mendapatkan imbal hasil maksimal.

Itu dia beberapa risiko investasi yang perlu Anda pahami sebagai persiapan sebelum terjun dalam aktivitas investasi. Meski memiliki risiko, namun keuntungan yang ditawarkan jauh lebih besar, terlebih untuk masa depan Anda. Jadi, jangan takut untuk memulai investasi ya!


Baca Juga:

Bisnis.com, JAKARTA – Para investor yang sudah lama terjun di dunia pasar modal mungkin sudah tidak asing dengan obligasi. Namun, para pemula yang masih menentukan dalam pemilihan investasi, wajib memahami risiko investasi obligasi. 

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), obligasi adalah surat pernyataan utang dari penerbit yang berisi janji untuk membayar pokok utang dan kupon (bunga) pada waktu yang telah ditentukan.

Memahami risiko investasi sama pentingnya seperti memahami potensi keuntungan yang bisa kita peroleh dengan berinvestasi. Berikut ini risiko investasi obligasi, melansir dari OJK, Selasa (16/11/2021).

Pada dasarnya, obligasi merupakan janji untuk membayar, maka risiko paling besar adalah si penerbit tidak dapat memenuhi kewajibannya. 

Mengingat obligasi dapat diperjualbelikan antara satu investor dengan investor lain, maka ada kemungkinan ketika seorang investor ingin menjual suatu obligasi, tidak ada yang bersedia membeli atau bersedia namun di harga yang sangat rendah. Risiko investasi obligasi ini disebut risiko likuiditas. 

  1. Risiko Perubahan Inflasi dan Suku Bunga

Harga obligasi amat ditentukan oleh perubahan inflasi dan suku bunga. Jika inflasi dan suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika inflasi dan suku bunga naik, maka harga obligasi akan naik. Bagi investor yang ingin berinvestasi di obligasi dengan tujuan diperdagangkan, maka inflasi dan suku bunga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.

Setiap investasi yang dilakukan pasti ada risikonya, baik saham, reksa dana, begitu juga obligasi. Keberanian dari seorang investor lah yang menentukan profil risiko dalam berinvestasi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Sudahkah Anda tahu keuntungan dan risiko obligasi? Jika belum, kali ini akan membahas tentang risiko obligasi, baik risiko pada obligasi pemerintah maupun risiko obligasi korporasi. Yuk simak lebih lanjut.

Secara umum, pengertian dari risiko obligasi adalah kemungkinan yang bisa saja muncul akibat tidak likuid atau ketidakmampuan suatu obligasi untuk diperdagangkan di pasar sekunder.

Banyak kalangan ekonom yang mengatakan bahwa risiko obligasi pemerintah itu sangat kecil kemungkinannya. Atau risiko pada obligasi pemerintah itu lebih aman alias bebas risiko kredit.

Hal ini dikarenakan pemerintah bisa bebas menaikkan tarif pajak maupun mencetak uang agar mampu membayar lunas obligasinya ketika jatuh tempo. Jika risiko obligasi pemerintah yang lebih aman, beda halnya dengan risiko pada obligasi korporasi.

Risiko pada obligasi korporasi memiliki kemungkinan gagal bayar. Nah, jika anggaran keuangan perusahaan kurang sehat untuk melunasi hutang jangka pendek, maka bisa mendapatkan tambahan modal dengan memperdagangkan sesuai nilai obligasi.

Selain itu, sebelum berinvestasi dan menghadapi risiko pada obligasi, perusahaan juga perlu memikirkan perhitungan biaya peluang yang bisa muncul.

Risiko Obligasi Pemerintah

Kendati, risiko obligasi pemerintah dikatakan lebih aman dan bebas risiko kredit, akan tetapi masih ada unsur risiko lainnya. Misalnya ketika nilai tukar dollar Amerika yang melemah terhadap mata uang negara lain.

Maka investor asing bisa menghadapi risiko obligasi pada pemerintah, karena nilai obligasi terancam turun. Selain itu, inflasi yang lebih besar ketimbang imbal hasil yang didapat juga perlu dipikirkan sebagai beberapa risiko pada obligasi pemerintah lainnya ketika jatuh tempo pelunasan.

Risiko obligasi pemerintah selanjutnya adalah ketika negara yang menerbitkan obligasi tersebut memiliki kondisi finansial yang kurang stabil. Atau, negara-negara yang termasuk dalam kategori “non investment grade”.

Macam-Macam Risiko Obligasi

Ada beberapa macam risiko pada obligasi yang perlu diketahui investor dan pelaku bisnis. Apa saja? Berikut di antaranya:

  1. Sudah pasti hal ini bisa kapan saja menghantui para investor. Terutama risiko pada obligasi korporasi. Jika risiko obligasi pemerintah lebih aman dari kemungkinan gagal bayar, risiko dalam obligasi korporasi masih mungkin terjadi.

    Sebaiknya, pahami dan kenali terlebih dulu penerbit obligasi yang terpercaya sebelum berinvestasi. Sehingga, Anda dapat menghindari risiko obligasi yang gagal bayar.

  2. Tingkat risiko dalam obligasi maturitas akan semakin tinggi, ketika masa jatuh tempo semakin panjang. Sebab, penerbit obligasi akan menambahkan voucher atau kupon bunga yang cukup tinggi pada jenis obligasi berdurasi jatuh tempo lama.

  3. Selanjutnya, ada risiko pada obligasi suku bunga. Dalam hal ini, nilai obligasi akan naik ketika BI Rate turun. Sedangkan, ketika suku bunga bank bertambah, nilai obligasi cenderung lebih rendah.

  4. Pada risiko obligasi peringkat, investasi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pasar dan posisi peringkat di pasar saham. Sehingga, hal ini akan menurunkan permintaan atau nilai obligasi dan sebaliknya secara fluktuatif.

  5. Di pasar sekunder, risiko untuk obligasi likuiditas menyebabkan sulitnya obligasi terjual. Apabila permintaan obligasi di pasar cukup tinggi, maka obligasi menjadi likuid. Faktor yang berpengaruh dalam risiko pada obligasi likuiditas adalah kupon bunga, masa jatuh tempo obligasi, serta karakteristik penerbit.

Keuntungan Obligasi

Setelah memahami berbagai risiko pada obligasi, sekarang Anda juga perlu memeriksa berbagai keuntungan obligasi yang menggiurkan. Antara lain:

  1. Keuntungan obligasi yang pertama adalah pemasukan permanen dari kupon bunga yang diperoleh secara berkala sesuai ketentuan penerbit obligasi. Biasanya, suku bunga obligasi akan lebih tinggi, bila dibandingkan suku bunga deposito maupun BI Rate.

  2. Keuntungan obligasi yang selanjutnya adalah selisih dari nilai obligasi pada saat awal pertama kali membeli dan setelah terjual di pasar sekunder.

Tidak hanya investasi yang memiliki risiko obligasi, hampir semua bisnis juga pasti berisiko. Namun tidak perlu khawatir, jika Anda ingin mengembangkan bisnis yang sukses, perhatikan pula pengelolaan keuangan dan pembukuan agar lebih modern, rapi, dan sistematis untuk mengambil keputusan keuangan.

Aplikasi Harmony merupakan solusi pembukuan bisnis di era digital yang memudahkan pembuatan laporan keuangan, pembukuan, serta akuntansi online. Termasuk perhitungan transaksi jual beli, pengelolaan stok, hingga rekonsiliasi bank otomatis.

Optimalkan kinerja tim keuangan Anda dengan aplikasi Harmony agar Anda dapat semakin produktif dan fokus pada tugas inti mengembangkan perusahaan yang lebih maju. Sekarang saatnya, coba GRATIS 30 Hari aplikasi Harmony sekarang, daftar di sini.

Jangan lewatkan, informasi seputar bisnis serta penawaran terupdate kami melalui akun Facebook, Instagram dan LinkedIn Harmony setiap hari. Yuk, follow dan like.