Yang bukan teknik dasar menggoyang angklung adalah

3 menit

Cara memainkan angklung cukup berbeda dibandingkan alat musik lainnya. Meski begitu, caranya terbilang sederhana, kok. Penasaran? Yuk, cari tahu jawabannya lewat artikel ini!

Angklung adalah salah satu alat musik tradisional yang sudah terkenal hingga panggung internasional.

Bunyinya yang khas, menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang mendengarkan.

Guna melestarikan Warisan Budaya Dunia ini, ada baiknya jika kita mulai mengenal sejarah hingga cara memainkan angklung.

Dilansir dari berbagai sumber, simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Cara Memainkan Angklung

Yang bukan teknik dasar menggoyang angklung adalah

sumber: pontianak.tribunnews.com

Banyak yang mengira bahwa memainkan angklung sulit untuk dilakukan.

Padahal, cara memainkan angklung terbilang mudah.

Para pemain hanya perlu memegang kerangka angklung bagian atas dengan satu tangan.

Sementara itu, tangan lainnya menggoyangkan angklung hingga menghasilkan suara.

Dilansir disdik.purwakartakab.go.id, cara memainkan angklung mempunyai tiga teknik, yakni:

1. Getar (kurulung)

Teknik getar atau kurulung adalah teknik memainkan angklung yang paling umum dipakai.

Cara memainkan teknik ini adalah dengan memegang rangka angklung dengan satu tangan.

Tangan lainnya menggoyangkan angklung untuk menghasilkan bunyi atau suara.

2. Sentak (cetok)

Sentak atau cetok adalah teknik memainkan angklung selanjutnya.

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan jari untuk menarik tabung dasar dengan cepat, sehingga bunyi angklung akan terdengar sekali saja.

3. Tengkep

Teknik tengkep mirip seperti teknik getar atau kurulung.

Namun, pada teknik ini, salah satu tabung bambu dari angklung ditahan untuk tidak ikut bergetar.

Sejarah Alat Musik Angklung

Setelah mengetahui cara memainkan angklung, tak ada salahnya untuk memahami sejarah singkat dari alat musik Jawa Barat ini.

Dalam jurnal berjudul “Angklung: Dari Angklung Tradisional ke Angklung Modern”, angklung telah dimainkan sejak abad ketujuh di Jawa Barat.

Disebutkan pula bahwa alat musik dari kayu tersebut telah ada sejak zaman Kerajaan Sunda.

Bahkan, terdapat sebuah angklung yang dipercaya sudah berusia 600 tahun yakni angklung bungko.

Angklung asal Desa Bungko ini terletak di perbatasan Cirebon dan Indramayu.

Jenis-Jenis Angklung

Angklung sendiri terdiri dari beberapa jenis yang bisa ditemukan.

Berikut adalah beberapa jenisnya.

1. Angklung DogDog Lojor

Yang bukan teknik dasar menggoyang angklung adalah

sumber: Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin

Angklung dogdog lojor merupakan jenis angklung yang biasa ditemukan di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan.

Penamaan jenis angklung ini diambil dari nama salah satu isntrumen dalam tradisinya yakni dogdog lojor.

Jenis angklung ini memiliki fungsi pada tradisinya yakni sebagai pengiring ritus bercocok tanam.

Setelah masyarakat di Kasepuhan Pancer Pangawinan menganut agama Islam, kesenian tersebut kerap digunakan untuk mengiringi khitanan dan perkawinan.

2. Angklung Kanekes

Angklung kanekes adalah angklung yang biasa dimainkan oleh masyarakat suku Baduy di daerah Banten.

Tradasi angklung yang ada pada masyarakat Kanekes ini terbilang kuno.

Meski begitu, tradisinya tetap dilestarikan sebagaimana fungsi yang dicontohkan leluhur mereka yakni mengiringi ritus bercocok-tanam.

Dari dua kelompok Baduy, yang berhak membuat angklung hanyalah warga Baduy Jero.

Itu pun tidak semua warga Baduy Jero, melainkan hanya mereka yang menjadi keturunan pembuat angklung.

Sementara, warga Baduy Luar hanya membeli angklungnya dari kelompok Baduy Luar Kaluaran.

3. Angklung Gubrag

Yang bukan teknik dasar menggoyang angklung adalah

sumber: indonesiakaya.com

Angklung gubrag adalah jenis angklung yang terdapat di Kampung Cipining, Kecamatan Cigudeg, Bogor.

Angklung yang berusia tua ini digunakan untuk menghormati dewi dalam berbagai kegiatan.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun ke leuit.

4. Angklung Padaeng

Jenis angklung terakhir adalah angklung padaeng.

Angklung padaeng diperkenalkan oleh Daeng Soetigna sekitar tahun 1938.

Inovasi angklung padaeng ini terdapat pada laras nada yang digunakan yakni diatonik.

Secara khusus, alat musik tradisionalnya dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu angklung melodi dan angklung akompanimen.

Angklung melodi adalah yang secara spesifik terdiri dari dua tabung suara dengan beda nada satu oktaf.

Berbeda halnya dengan angklung melodi, angklung akompanimen merupakan jenis angklung yang digunakan sebagai pengiring untuk memainkan nada-nada harmoni.

***

Semoga artikel di atas bermanfaat untuk Sahabat 99.

Simak terus artikel pembahasan properti lainnya hanya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impian karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Salah satunya seperti Nuansa Alam Setiabudi Clove yang berlokasi di Lembang, Bandung.

ASTALOG.COM – Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

Sejarah Angklung

Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih).

Yang bukan teknik dasar menggoyang angklung adalah
 

Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.

Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).

Perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengolah pertanian (tatanen) terutama di sawah dan huma telah melahirkan penciptaan syair dan lagu sebagai penghormatan dan persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci, serta upaya nyinglar (tolak bala) agar cocok tanam mereka tidak mengundang malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya. Syair lagu buhun untuk menghormati Nyi Sri Pohaci tersebut misalnya.

PELAJARI:  Karakteristik Benua Australia

Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung.

Perkembangan selanjutnya dalam permainan Angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan=aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk.

Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

PELAJARI:  Planet-planet Bagian Dalam dari Tata Surya

Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena — tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

Teknik Bermain Angklung

Memainkan sebuah angklung pada dasarnya sangat mudah, yakni satu tangan memegang rangka angklung, dan tangan yang lain menggoyangkannya hingga menghasilkan bunyi. Terdapat tiga teknik dasar menggoyangkan angklung, yakni:

1. Kurulung (getar), merupakan teknik yang paling umum dipakai, di mana satu tangan memegang rangka angklung, dan tangan lainnya menggoyangkan angklung selama nada yang diinginkan, hingga tabung-tabung bambu yang ada silih beradu dan menghasilkan bunyi.

2. Cetok (sentak), yakni teknik di mana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).

3. Tengkep, yakni teknik yang mirip seperti kurulung, namun salah satu tabung ditahan tidak ikut bergetar.