Virus covid 19 bertahan berapa lama

KOMPAS.com - Bisakah orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tertular kembali untuk kedua kalinya? 

Atau berapa lama kekebalan alami Covid-19 bertahan pada seseorang yang sudah pernah terinfeksi? 

Virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 diketahui telah menginfeksi ratusan juta orang di dunia.

Baca juga: UPDATE Corona 20 Oktober: Latvia Umumkan Lockdown, Kasus dan Kematian Harian Tertinggi di Selandia Baru-Rusia

Terinfeksi ulang

Terdapat laporan bahwa beberapa orang tertular Covid-19 lebih dari sekali, namun jumlah ini terlalu kecil untuk melakukan studi epidemiologi.

Artinya, sulit untuk menentukan lamanya kekebalan yang diberikan oleh infeksi corona berlangsung.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet Microbe menyebutkan, para peneliti melakukan analisis data mengenai virus, termasuk lamanya kekebalan setelah Covid-19 dapat bertahan.

Sebuah tim dari Yale School of Public Health di New Haven, CT, dan University of North Carolina di Charlotte melihat gen dari 177 virus corona yang diketahui mempengaruhi manusia.

Para peneliti kemudian menentukan kerabat virus terdekat dari SARS-CoV-2, dan teridentifikasi lima virus yang memenuhi kriteria, termasuk SARS-CoV penyebab wabah SARS (2003), corona penyabab MERS-CoV (2012), dan virus penyebab flu biasa.

Kemudian, dilakukan analisis data tentang penurunan tingkat antibodi dari waktu ke waktu, dari 128 hari hingga 28 tahun setelah infeksi, dan meneliti risiko infeksi ulang pada tingkat antibodi yang berbeda untuk virus tersebut.

Berdasarkan informasi ini, para peneliti memperkirakan kekebalan alami dari orang yang pernah terinfeksi Covid-19 kemungkinan akan bertahan kurang dari setengahnya.

Para ahli menemukan, infeksi ulang SARS-CoV-2 pada orang yang belum menerima vaksin dapat terjadi segera setelah 3 bulan seusai infeksi awal, dengan risiko rata-rata infeksi ulang dalam 16 bulan, dalam kondisi endemik.

Baca juga: Studi CDC: Pasien Sembuh Covid-19 yang Tidak Vaksin, 2 Kali Lipat Berisiko Terinfeksi Ulang

Kekebalan alami bertahan 6 bulan

Melansir Medical News Today, studi tersebut menunjukkan bahwa kekebalan alami yang didapatkan di luar vaksinasi dapat bertahan 3-6 bulan setelah terpapar virus.

“Studi ini dapat membantu orang untuk mendapatkan vaksinasi,” ujar profesor ilmu kesehatan di University of Wisconsin-Madison Dr. Ajay Sethi, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Menurut Ajay, penelitian telah menunjukkan bahwa vaksinasi setelah infeksi alami menghasilkan respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan vaksinasi tanpa riwayat Covid-19 sebelumnya.

Menilik Our World in Data, hampir setengah dari populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin corona.

Vaksin dipercaya dapat mengurangi keparahan penyakit, tapi tidak memberikan perlindungan penuh terhadap virus corona.

Baca juga: Cara Mencegah Infeksi Ulang Virus Corona

Studi mencampur vaksin

Dituliskan Business Today, sebuah studi menunjukkan pencampuran vaksin sangat efektif melawan virus corona.

Sebuah penelitian nasional di Swedia yang diterbitkan The Lancet Regional Health-Erupoe, orang yang menerima suntikan pertama vaksin Oxford-AstraZeneca diikuti vaksin mRNA, mempunyai risiko infeksi yang lebih rendah dibandingkan orang yang divaksinasi dengan kedua dosis AstraZeneca.

Di Swedia, penggunaan vaksin berbasis vektor AstraZeneca dihentikan untuk orang berusia di bawah 65 tahun dikarenakan masalah kemanan, dan semua orang yang telah menerima dosis pertama vaksin ini direkomendasikan mendapatkan vaskin mRNA sebagai vaksin dosis kedua.

“Penelitian kami menunjukkan pengurangan risiko yang lebih besar untuk orang yang menerima vaksin mRNA setelah menerima dosis pertama berbasis vektor, dibandingkan orang yang menerima vaksin berbasis vektor kedua dosis,” ujar Peter Nordstrom, seorang profesor di Universitas Umea, Swedia.

Studi ini didasarkan pada data registrasi nasional dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, Dewan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional, dan Statistik Swedia.

Baca juga: [HOAKS] 600 Pelajar China Disuntik Vaksin di DKI Jakarta

Analisis utama melibatkan sekitar 700.000 orang.

Selama periode tindak lanjut rata-rata 2,5 bulan setelah dosis kedua, penelitian menunjukkan risiko infeksi sebesar 67 persen lebih rendah untuk kombinasi vaksin AstraZeneca dan Pfizer.

Ada risiko infeksi 79 persen lebih rendah untuk vaksin AstraZeneca dan Moderna, dibandingkan dengan individu yang tidak divaksinasi.

Bagi orang yang sudah menerima dua dosis vaksin AstraZeneca, yang dikenal sebagai Covishield di India, pengurangan risikonya sebesar 50 persen.

Baca juga: [HOAKS] Pilot Meninggal dalam Penerbangan Setelah Suntik Vaksin Kedua

Perkiraan risiko diamati setelah memperhitungkan perbedaan mengenai tanggal vaksinasi, usia, status sosial ekonomi, dan faktor risiko lain untuk Covid-19.

Para peneliti mencatat bahwa studi perkiraan efektivitas berlaku untuk infeksi varian Delta, yang mendominasi kasus terkonfirmasi selama masa tindak lanjut.

Kendati begitu, WHO mentakan perlunya penelitian lebih besar untuk menyelidiki keamanan dan efektivitas terhadap hasil klinis dari vaksinasi campuran.

Studi sebelumnya telah menunjukkan vaksin campuran menghasilkan respons imun yang kuat, namun belum jelas sejauh mana dapat mengurangi risiko infeksi klinis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Lihat Foto

SHUTTERSTOCK/RUKSUTAKARN studio

Ilustrasi virus corona

KOMPAS.com - Covid-19 dapat menular dari orang ke orang melalui percikan yang keluar dari hidung atau mulut ketika seseorang yang membawa virus batuk, bersin, atau berbicara.

Jika percikan tersebut dihirup oleh orang lain, orang tersebut dapat terjangkit virus corona. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain.

Selain melalui percikan, virus corona juga dapat menempel pada permukaan benda. Jika benda tersebut disentuh, kemudian tangan yang memegangnya menyentuh mata, hidung, atau mulut, Covid-19 pun dapat menular.

Inilah sebabnya rajin mencuci tangan menggunakan hand sanitizer atau air mengalir dan sabun wajib dilakukan.

Berapa lama virus corona bertahan di permukaan?

Para ahli masih terus melakukan penelitian terkait Covid-19, termasuk berapa lama virus corona dapat bertahan di permukaan benda.

Baca juga: Virus Corona Pernah Mewabah di Asia Timur 25.000 Tahun Lalu, Studi Baru Jelaskan

Sejauh ini, terdapat dua penelitian yang telah diterbitkan terkait topik ini. Penelitian pertama diterbitkan dalam New England Journal of Medicine (NEJM) dan penelitian kedua diterbitkan di The Lancet.

Pada penelitian pertama, jumlah standar virus aerosol diterapkan pada permukaan yang berbeda. Pada penelitian kedua, tetesan yang mengandung sejumlah virus ditempatkan di permukaan.

Kemudian, dalam kedua penelitian tersebut, permukaan benda yang telah diberi virus diinkubasi pada suhu kamar.

Sampel dikumpulkan pada interval waktu yang berbeda, yang kemudian digunakan untuk menghitung jumlah virus yang hidup.

Dilansir dari Healthline, 29 April 2020, berikut adalah perkiraan lamanya virus corona bertahan di permukaan.

Baca juga: Ilmuwan Sebut Virus Corona Mampu Beradaptasi Sangat Baik dalam Menginfeksi Manusia

1. Plastik

Artikel yang diterbitkan NEJM mengatakan, virus corona dapat bertahan hingga 3 hari pada permukaan plastik.

Namun, para peneliti The Lancet menemukan bahwa virus pada permukaan plastik masih bisa terdeteksi hingga 7 hari.

2. Logam

Penelitian dalam NEJM menemukan tidak ada virus yang terdeteksi pada logam tahan karat setelah 3 hari.

Namun, para peneliti The Lancet masih bisa mendeteksi vrus yang hidup di permukaan logam tahan karat hingga 7 hari.

3. Kertas

Studi The Lancet menemukan bahwa tidak ada virus yang dapat bertahan di permukaan kertas setelah tiga jam. Namun, virus dapat terdeteksi pada uang kertas hingga 4 hari.

Baca juga: Varian Delta Lebih Menular dan Berbahaya dari Virus Corona Dominan

4. Kaca

Artikel dari The Lancet menemukan bahwa tidak ada virus yang dapat terdeteksi pada permukaan kaca setelah 4 hari.

5. Kardus

Penelitian NEJM menemukan bahwa tidak ada virus yang dapat dideteksi pada permukaan kardus atau karton setelah 24 jam.

6. Kayu

Para peneliti The Lancet menemukan bawa virus yang hidup di permukaan kayu tidak bisa bertahan setelah 2 hari.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) mengatakan bahwa hingga saat ini belum diketahui secara pasti berapa lama virus corona bertahan di permukaan benda.

Baca juga: WHO: Varian Delta Jenis Virus Corona Tercepat dan Terkuat, Vaksinasi Harus Digenjot

Menurut Kemenkes, studi awal telah menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan selama beberapa jam, bergantung pada jenis permukaan, suhu, dan kelembapan lingkungan.

Untuk mencegah penularan melalui sentuhan, disinfektan sederhana dapat digunakan untuk membersihkan permukaan benda.

Selain itu, biasakan selalu mencuci tangan dengan air dan sabun serta hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA