Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kemakmuran tercipta apabila pembangunan yang baik dapat merata bagi seluruh rakyat. Penelitian yang dilakukan oleh Manik (2013) menunjukkan hasil bahwa tingkat kemakmuran yang tinggi dalam masyarakat berbanding lurus dengan tingginya tingkat pembangunan manusia. Artinya, cita-cita kemakmuran dapat dicapat dengan upaya meningkatkan pembangunan manusia. Dahulu konsep pembangunan manusia hanya terbatas terkait dengan pendapatan, pertumbuhan dan investasi. Namun seiring perkembangan zaman konsep pembangunan manusia telah mengalami perubahan dan menghasilkan paradigma baru yaitu lebih menekankan kepada sumber daya manusia. (A.B Susanto,dkk,2010). Sangkereng.dkk (2019) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan suatu pandangan yang dimana menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran utama dari kegiatan pembangunan demi tercapainya sumber daya manusia yang mumpuni (Sangkereng.dkk, 2019). Harus kita sadari bahwa manusia merupakan komponen yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara berkualitas tentu akan menciptakan lingkungan masyrakat yang produktif. Dimana mereka bisa mengelola sumber daya alam yang tersedia dinegaranya dengan sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan kemakmuran bagi rakyat. Seharusnya bangsa Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang melimpah bisa mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi apabila diolah dengan benar. Namun lagi-lagi sumber daya manusia di Indonesia masih tergolong rendah sehingga tidak bisa memanfaatkan potensi yang ada. Kita bisa berkaca kepada Singapura, negara mereka tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti bangsa Indonesia namun mereka memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sehingga membuat negara tersebut menjadi satu-satunya negara di ASEAN yang tergolong negara maju. Bahkan pemerintah Singapura telah menjamin kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya baik itu dari segi ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2020 sebesar 71,94 yang bisa dikatakan masuk kedalam kategori tinggi menurut standar United Nations Develpopment Programme (UNDP). Namun yang menjadi permsalahan bangsa Indonesia sampai sekarang adalah masih belum meratanya pembangunan manusia dibeberapa daerah seperti Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Bahkan data menyebutkan bahwa 58,55% perekonomian Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa (BPS,2020). Dengan masih banyaknya kesenjangan ekonomi antar daerah yang menyebabkan IPM dibeberapa daerah masih rendah dan tidak bisa menciptakan lingkungan yang produktif lantas membuat masyrakat Indonesia masih belum bisa mendapatkan kemakmuran seutuhnya yang selama ini menjadi cita-cita bangsa Indonesia dan tertuang dalam pembukaan konstitusi, Sampai sejauh ini pemerintah masih belum bisa melakukan pembangunan secara merata baik dalam segi infrastruktur maupun pembangunan manusia yang bertujuan mewujudkan cita-cita kemakmuran masyarakat. Pembangunan yang tidak merata ini akan menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan di daerah terpencil atau pedesaan. Maka dari itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pembangunan manusia demi cita-cita kemakmuran Adapun upaya yang dapat dilakukan sebagai pejabat publik dalam sektor ekonomi dan sosial adalah sebagai berikut :
Oleh: WhatsAppFacebookTwitterEmail Badung, Bali (20/1) – Dibuka oleh Rektor Universitas Udayana (UNUD) Bali, Ketut Suastika, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan update bagaimana mengelola ekonomi dari aspek APBN atau fiskal kepada mahasiswa dan civitas akademika di Kampus UNUD, Bukit Jimbaran Badung, Bali yang dikemas dalam acara Kuliah Umum. Jajaran Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bali dan Nusa Tenggara (Kanwil DJKN Balinusra) pun turut hadir pada acara tersebut. Dalam paparannya, Sri Mulyani memberikan pemahaman mengenai bagaimana membangun fondasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dimana efektivitas APBN menjadi salah satu instrumen yang perlu dan sangat penting. Mengetahui tujuan dan tantangan pembangunan perekonomian di Indonesia adalah materi awal yang disampaikannya kepada peserta yang hadir. Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia sudah jelas yaitu menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan tersebut merupakan dua hal yang harus dicapai bersamaan. Keadilan berarti bagaimana cara kita mengurangi kesenjangan dan ketimpangan antara kelompok pendapatan maupun antara daerah di Indonesia. Tantangan yang sangat nyata saat ini adalah bagaimana mengentaskan kemiskinan, bagaimana masyarakat Indonesia terutama generasi muda mampu menjadi sumber daya manusia yang produktif yang memiliki inovasi agar memiliki kemampuan untuk bersaing di dalam negeri maupun di dunia internasional. Untuk dapat menyelesaikan hal tersebut, beberapa faktor perlu dibangun seperti infrastruktur misalnya, ia mencontohkan. 71 tahun Indonesia merdeka diakuinya kualitas dan kuantitas infrastruktur di Indonesia masih belum memadai. Pembangunan infrasturktur sangat penting guna menciptakan hubungan konektivitas sehingga menjadi satu negara yang terintegrasi yang betul-betul muncul secara geografis, fisik, sosial, politik, ekonomi maupun hukum. Hal lain adalah dari sisi produksi yang dirasa belum berkembang. Jumlah penduduk Indonesia saat ini yang berkisar 250 juta dan mayoritas berusia rata-rata dibawah 30 tahun merupakan bonus demografi yang kita nikmati, namun diperlukan adanya investasi dalam bidang pendidikan, skill maupun kesehatan. “Manusia Indonesia yang tidak berpendidikan, yang tidak memiliki skill dan tidak sehat tidak mungkin menjadi produktif, inovatif dan mampu berdaya saing" tegasnya. Selanjutnya Ibu yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan bahwa sektor keuangan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. “Pada negara-negara maju yang biasanya memiliki pendapatan tinggi, memiliki sektor keuangan yang maju, yang makin dalam dan makin memiliki reliability untuk bisa berfungsi sebagai intermediator,” Ia mencontohkan. Untuk itu Indonesia perlu membangun pasar keuangan dan pasar modal yg inklusif dan dalam. Hal-hal itu merupakan satu tantangan lainnya untuk mendesign kebijakan ekonomi Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, kita memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus terus menerus kita selesaikan termasuk pengentasan kemiskinan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun ini, Indonesia berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari 17% menjadi 10,9%. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan pada level single digit diperlukan usaha yang ekstra keras. Begitu kemiskinan makin tumbuh maka kita berhubungan dengan kemiskinan yang sifatnya makin terstruktural dan makin dalam. Kemiskinan tidak mungkin teratasi apabila kita tidak mampu memutus mata rantai itu sendiri. Mata rantai tersebut akan bersifat terus menerus menyedot menjadi memburuk dan makin memburuk. Selanjutnya untuk menjadi satu negara yang mampu tumbuh dalam menciptakan keadilan dan kemakmuran kita perlu mendesign ekonomi yang inklusif. Indikator keberhasilan itu dapat dilihat jika dari sisi sektor riil GDP nya naik, produksi yang sehat dan kompetitif, APBN yang kredible dan Sustainable, sektor keuangan dan moneter mampu mengelola kepercayaan terhadap mata uang dan daya beli dari mata uang Indonesia serta dari sisi eksternal mampu menjadi ekonomi yang menjaga daya saing Indonesia. Paparan materi yang disampaikan sesekali menggunakan analogi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa. Hal ini memudahkan para mahasiswa memahami apa yang disampaikannya terkait pengelolaan ekonomi dari aspek APBN atau fiskal serta seluk beluk perkembangan perekonomian di Indonesia. Pada kuliah umum kali ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada Menteri. Satu hal yang menarik ketika salah seorang Mahasiswa bertanya “Apa yang menjadi pertimbangan dirinya kembali lagi ke Indonesia untuk menjadi Menteri Keuangan?” dengan lugas ia menjawab “Karena saya mencintai kalian,” jawab Sri Mulyani yang disambut riuh tepukan seluruh peserta yang hadir. Kuliah umum diakhiri dengan Wefie para mahasiswa dengan Menteri. (Penulis/Foto: yuan-zul) |