Bagaimana sikap kita dalam menghadapi sulitnya berdakwah kepada orang-orang yang masih tertutup hatinyamohon dijawab yang benar Show allah swt mengutus para nabi selain untuk meluruskan akidah mereka juga menjadi pemimpin umat. pemimpin yang didatangkan allah swt. kepada kaum bani i … Mengapa Nabi Muhammad SAW memilih jalur yang tidak biasa dilewati orang pada saat menuju ke Madinah bagaimana cara meneladani sifat siddiq nabi Muhammad SAW susunlah kata kat berikut ini dengan sempurna!١. الأُسْتَاذ - يَسْمَعُ - الكُرْسِيِّ - يَجْلِسـُ - عَلَي - سَالِمُ - شَرْحَ - وَ٢. مَعَ - الدُّرُوْسَ …
Baca Juga: 9 Cara Mendidik Anak Laki-Laki Menurut Islam, Yuk Ikuti! 2. Biarkan Anak-Anak Membuat KesalahanFoto: Orami Photo Stock Ketika anak tengah mengerjakan tugas sekolah dengan terburu-buru dan hasilnya terlihat buruk, Moms pasti mungkin merasakan dorongan yang kuat untuk membantu mereka memperbaikinya. Namun, jangan lakukan hal ini. Betapapun tidak nyamannya membiarkan anak-anak membuat kesalahan, inilah salah satu cara anak-anak mengembangkan ketahanan dan sikap pantang menyerah nantinya. Lynn Lyons menjelaskan bahwa jika anak-anak tidak pernah membuat kesalahan, mereka tidak akan pernah belajar bagaimana memperbaiki kesalahan mereka atau membuat keputusan yang lebih baik di masa depan. Stephanie O’Leary, seorang psikolog klinis yang berspesialisasi dalam neuropsikologi, setuju akan hal ini. Ia menjelaskan bahwa mengalami kegagalan membantu anak-anak mempelajari keterampilan untuk mengatasi masalah. Kegagalan mengajarkan ketekunan dan pemecahan masalah. Ini menyebabkan anak-anak berpikir tentang tindakan mereka dan bagaimana menghindari pengulangan kesalahan ini di masa depan. Meskipun sulit, terkadang Moms harus belajar untuk mengatasi ketidaknyamanan sementara ini dengan meyakini bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk membangun keterampilan mengatasi masalah yang sangat dibutuhkan dan agar ia pantang menyerah. Selain itu, lebih baik membiarkan anak-anak membuat kesalahan dan belajar darinya sekarang sementara konsekuensinya kecil daripada jika ia membuat kesalahan fatal lain di masa depan yang memiliki konsekuensi yang lebih serius. 3. Puji Anak dengan Cara yang BenarFoto: Orami Photo Stock Peneliti Dr. Carol Dweck menemukan bahwa cara orang tua memuji anak-anak dapat memengaruhi pola pikir dan kecenderungan mereka untuk menghadapi tantangan dan ketekunan. Saat Moms memuji anak-anak seperti, "Kamu sangat pintar", mereka akan mengembangkan pola pikir yang tetap. Dengan pola pikir tetap, anak-anak percaya bahwa kualitas seperti kecerdasan adalah karakteristik pribadi yang tidak berubah atau berkembang. Akibatnya, mereka mungkin menghindari tantangan yang padahal baik untuk menguji kemampuan mereka. Daripada memberikan pujian seperti, "Kamu sangat pintar", atau "Kamu sangat kreatif", cobalah untuk memberikan pujian dari prosesnya. Fokus pada upaya anak seperti dalam, "Mama tahu kamu telah bekerja sangat keras." Moms juga bisa memberikan pujian spesifik, seperti, "Kamu benar-benar mengerti matematika!" Memuji anak dengan cara ini dapat membantu mereka mengembangkan mindset untuk terus berkembang dan percaya bahwa kemampuan mereka akan tumbuh melalui kerja keras dan tantangan. Ketika seorang anak dengan pola pikir berkembang (growth mindset) membuat kesalahan, anak itu berfokus pada bagaimana meningkatkannya di lain waktu sehingga ia pantang menyerah menghadapi banyak hal. Sementara ketika seorang anak dengan pola pikir tetap (fixed mindset) membuat kesalahan, mereka lebih cenderung percaya bahwa kegagalan adalah hasil dari karakteristik pribadi dan ia jadi mudah menyerah. Mendorong anak untuk merangkul pola pikir berkembang akan membantunya menjadi tangguh, gigih, dan bersemangat untuk menghadapi tantangan secara langsung. Baca Juga: Pola Asuh Helicopter Parenting dan 5 Dampak Buruknya Bagi Anak 4. Ajarkan Anak Mengelola EmosiFoto: Orami Photo Stock Mengelola emosi adalah kunci untuk mengembangkan ketahanan dan sifat pantang menyerah. Faktanya, peneliti John Gottman mengatakan pelatihan emosional adalah kunci untuk membesarkan anak-anak yang tangguh dan bahagia. Dalam bukunya Raising an Emotionally Intelligent Child yang berdasarkan penelitian selama 30 tahun, John Gottman menguraikan tiga langkah untuk pembinaan emosional. Langkah pertama adalah mengajari anak-anak bahwa semua emosi, bahkan yang terburuk sekalipun, boleh untuk diekspresikan. Emosi negatif bisa menjadi kesempatan untuk belajar tentang diri sendiri, tumbuh, dan belajar bagaimana mengatasi perasaan ini secara efektif. Langkah ini juga melibatkan membantu anak melabeli dan memvalidasi emosinya. Langkah kedua adalah menangani perilaku buruk untuk menetapkan batasan. Misalnya, jika anak membuat ulah, mereka akan menghadapi konsekuensi pada saat ini. Jelaskan pada anak tidak apa-apa merasa marah, mereka justru akan mendapatkan masalah bila salah menangani amarah mereka. Misalnya, mengamuk dan melempar barang bukanlah cara bijak menghadapi rasa marah. Dr. Kenneth Barish, penulis Pride and Joy: A Guide to Understanding Your Child’s Emotions and Solving Family Problems, juga merekomendasikan meluangkan waktu 10 menit sebelum tidur untuk membahas kejadian di hari itu. Selama waktu ini, Moms dapat memperbaiki saat-saat konflik atau kesalahpahaman. Bantu anak menempatkan kekecewaan hari itu dan kegagalan yang dirasakannya. Tanyakan kepada anak apakah ada yang ingin mereka bicarakan, dan dengarkan perasaan mereka dengan sabar. Jika ada konflik antara Moms dan anak, cobalah untuk mengesampingkan perasaan Moms dan mendengarkan cerita dari sisi mereka, kemudian bicarakan dan bekerja sama untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Saat anak-anak belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat, mereka juga akan belajar menjadi lebih tangguh dan pantang menyerah. Mereka akan mampu menghadapi tantangan dan kekecewaan hidup dengan kematangan emosi, bukan dengan mengamuk, putus asa, dan menyerah. 5. Ajari Anak Cara Memecahkan MasalahFoto: Orami Photo Stock Sejalan dengan itu, penting bagi orang tua untuk mengajari anak-anak untuk memecahkan masalah secara efektif. Ketika anak datang kepada Moms dengan suatu masalah, bantu mereka bertukar pikiran tentang cara-cara untuk mengatasi tantangan tersebut. Misalnya, jika anak gugup menghadapi ujian, bicarakan solusi spesifik seperti mengembangkan jadwal belajar, menemukan strategi belajar yang efektif, dan mengatur waktu. Saat Moms bertukar pikiran, bantu anak mempertimbangkan apa hasil yang mungkin didapat untuk setiap solusi yang mereka usulkan. Lynn Lyons juga menyatakan bahwa orang tua harus sering memberi anak-anak kesempatan untuk mempelajari apa yang berhasil dan yang tidak. Artinya, Moms tidak boleh langsung terburu-buru menyelesaikan masalah untuk anak-anak atau memberi tahu mereka solusi terbaik. Trial and error adalah salah satu cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar. Meksi tidak nyaman, tetapi ini sangat dibutuhkan anak. Anak-anak yang tahu bagaimana menghadapi tantangan secara langsung akan tumbuh menjadi tangguh dan pantang menyerah. Anak-anak ini dapat menerima kegagalan dan kekecewaan dengan tenang, mengetahui bahwa ini hanya masalah yang harus diselesaikan. Baca Juga: 6 Tips Memutus Lingkaran Toxic Parenting dan Bina Hubungan Sehat dengan Anak Itulah beberapa cara mendidik anak untuk menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah. Semoga berhasil ya Moms!
|