Tenaga pembentuk muka bumi 1 geyser 2 angin 3 air 4 magma 5 gletser tenaga eksogen ditunjukkan pada

Bentuk permukaan bumi bersifat dinamis, artinya dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan dan perubahan. Secara umum bentuk permukaan bumi tidaklah rata, dengan pengertian lain terdapat bentuk permukaan yang tinggi (terjal) ada pula yang rendah (landai). Tinggi rendahnya permukaan bumi disebut relief. Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk muka bumi disebut Geomorfologi.

Perubahan bentuk muka bumi secara alami dipengaruhi oleh dua tenaga alami, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga dari dalam bumi atau tenaga endogen meliputi vulkanisme (aktivitas gunungapi) dan tektonisme (aktivitas gerakan lapisan bumi). Adapun tenaga dari luar bumi atau tenaga eksogen, meliputi kekuatan angin, air, dan gletser.

Endogen berasal dari suku kata endos yang berarti dalam, dan genos artinya asal. Tenaga endogen dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Tektonisme adalah tenaga dari dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya perubahan letak (dislokasi) atau bentuk (deformasi) kulit bumi. Sebagaimana diketahui permukaan bumi terbentuk dari lapisan batuan yang disebut kulit bumi atau litosfer. 

Kulit bumi memiliki ketebalan relatif sangat tipis sehingga mudah pecah-pecah menjadi potongan-potongan kulit bumi yang tidak beraturan disebut Lempeng Tektonik (Tectonic Plate). Gerakan tektonik adalah pergerakan lempeng-lempeng tektonik dari kulit bumi secara horizontal maupun vertikal karena pengaruh arus konveksi dari lapisan di bawahnya.

Berdasarkan luas dan waktu terjadinya, gerakan lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak Epirogenetik dan gerak Orogenetik.

a) Gerak Epirogenetik adalah gerak lapisan kerak bumi yang relatif lambat dalam waktu yang lama, serta meliputi daerah yang luas. Misalnya,tenggelamnya benua Gondwana menjadi Sesar Hindia. Gerak epirogenetik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

(1) Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga kelihatannya permukaan air laut yang naik. Misalnya, turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku Barat Daya sampai ke Pulau Banda).

(2) Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan air yang turun. Misalnya, naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.

b) Gerak Orogenetik adalah proses pembentukan pegunungan. Proses orogenetik meliputi luas areal yang relatif sempit dan dalam waktu relatif singkat. Misalnya, pembentukan pegunungan-pegunungan yang ada di bumi, seperti Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum Mediterania, dan Pegunungan Alpen.

Gerak orogenetik menyebabkan tekanan horizontal dan vertikal di kulit bumi, yang menyebabkan terjadinya dislokasi atau perpin dahan letak lapisan kulit bumi. Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan.

(1) Proses Lipatan (Folded Process), yaitu suatu bentuk kulit bumi yang berbentuk lipatan (gelombang) yang terjadi karena adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dari dua arah yang berlawanan sehingga lapisan-lapisan batuan di sekitar daerah itu terlipat, dan membentuk puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Jika terbentuk beberapa puncak lipatan disebut antiklinorium dan beberapa lembah lipatan disebut sinklinorium.

Contoh dari pegunungan lipatan adalah pegunungan tua, seperti Pegunungan Ural. Lipatan pada pegunungan ini terjadi pada zaman primer. Adapun pegunungan muda, seperti Pegunungan Mediteranian dan Sirkum Pasifik yang terjadi pada zaman tersier.

(2) Proses Patahan (Fault Process), terjadi ketika lempeng yang membentuk kerak bumi bergerak dan saling berdesakan. Gerakan tersebut memberi tegangan yang sangat besar sampai pada akhirnya meme cahkan batuan. 

Tempat batuan itu pecah disebut patahan (fault), dan alur akibat pecahnya batuan itu disebut alur patahan. Alur patahan yang besar dapat sampai ke batuan di bawah tanah yang dalam dan merentang sepanjang benua. 

Selain gempa bumi, patahan dapat terjadi karena adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dan saling menjauh satu sama lain sehingga pada bongkah batuan terjadi retakan-retakan dan pada akhirnya patah membentuk bagian yang merosot (graben atau slenk) dan bagian yang menonjol (horst).

Salah satu relief geologis terkenal di dunia adalah Patahan San Andreas yang membelah Pantai Pasifik di California, Amerika Serikat. Panjang patahan horizontal ini sejauh 1.200 km.

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas gunungapi, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfer yang menyusup kelapisan yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Di dalam litosfer, magma menempati suatu kantong yang dinamakan dapur magma (batholit). 

Kedalaman dan besar dapur magma itu sangat bervariasi. Ada dapur magma yang letaknya sangat dalam, ada pula yang dekat dengan permukaan bumi. Perbedaan letak ini merupakan penyebab adanya perbedaan kekuatan letusan yang terjadi. Pada umumnya, dapur magma yang dalam menimbul kan letusan yang lebih kuat jika dibandingkan dengan letaknya dangkal.

Magma dapat diartikan sebagai bahan-bahan silikat pijar yang terdiri atas bahan padat (batuan), cairan, dan gas di dalam lapisan kulit bumi (litosfer). Berbagai macam gas yang terkandung dalam magma, antara lain uap air, oksida belerang (SO2), gas hidrokarbon atau asam klorida (HCL), dan gas hidrosulfat atau asam sulfat (H2SO4). 

Aktivitas magma dapat disebabkan karena tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang ter kandung di dalamnya. Ada dua bentuk gerakan magma yang berhubungan dengan vulkanisme,yaitu intrusi dan ekstrusi magma.

a) Intrusi Magma, yaitu terobosan magma ke dalam lapisan-lapisan litosfer tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

(1) Intrusi Datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut.

(2) Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi. 

(3) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).

(4) Diaterma adalah lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunungapi, bentuknya seperti silinder memanjang.

Tenaga pembentuk muka bumi 1 geyser 2 angin 3 air 4 magma 5 gletser tenaga eksogen ditunjukkan pada
Penampang Gunung Api

Bentukan hasil intrusi magma merupakan sumber mineral yang memiliki arti penting secara ekonomi. Di daerah intrusi tersebut, seringkali ditemukan berbagai mineral, seperti intan, tembaga, besi, emas, perak, mineral logam serta mineral lainnya.

b) Ekstrusi Magma, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi dan sampai ke permukaan bumi. Materi hasil ekstrusi magma antara lain sebagai berikut.

(1) Lava, yaitu magma yang keluar sampai ke permukaan bumi dan mengalir ke permukaan bumi.

(2) Lahar, yaitu material campuran antara lava dan materi-materi yang terdapat di permukaan bumi berupa pasir, kerikil, atau debu, dengan air sehingga membentuk lumpur.

(3) Eflata dan piroklastika, yaitu material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik.

(4) Ekhalasi (gas), yaitu material berupa gas asam arang, seperti fumarol (sumber uap air dan zat lemas), solfatar (sumber gas belerang), dan mofet (gas asam arang).

Ekstrusi atau keluarnya magma dari dalam bumi sampai ke permukaan bumi identik dengan erupsi atau letusan gunungapi yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi efusif dan eksplosif.

(1) Erupsi Efusif, yaitu erupsi berupa lelehan lava melalui retakan (rekahan) atau lubang kawah suatu gunungapi

(2) Erupsi Eksplosif, yaitu erupsi berupa ledakan dengan menge luarkan bahan-bahan padat (eflata/piroklastika) berupa bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik, bersama-sama dengan gas dan fluida.

Berdasarkan bentuknya, gunungapi dapat dibedakan, antara lain sebagai berikut.

a) Gunungapi tipe Perisai (shield volcanoes), yaitu sebuah gunungapi yang beralas luas dan berlereng landai dan merupakan hasil erupsi efusif magma yang cair.

b) Gunungapi tipe Maar, merupakan hasil eksplosif yang tidak terlalu kuat dan terjadi hanya sekali.

c) Gunungapi tipe Strato (Kerucut), merupakan hasil campuran efusif dan eksplosif yang berulang kali. Gunungapi ini berbentuk kerucut dan badannya berlapis-lapis. Misalnya, Gunung Kerinci, Merapi,

Ciremai, Semeru, Batur, dan Gunung Fujiyama di Jepang. Ciri-ciri gunungapi yang akan meletus, antara lain sebagi berikut.

a) Suhu di sekitar gunung naik.

b) Mata air menjadi kering.

c) Sering mengeluarkan suara gemuruh.

d) Terkadang disertai getaran (gempa).

e) Tumbuhan di sekitar gunung layu, dan binatang di sekitar gunung

Tenaga pembentuk muka bumi 1 geyser 2 angin 3 air 4 magma 5 gletser tenaga eksogen ditunjukkan pada

Gejala pascavulkanik, yaitu suatu fase (masa) di mana sebuah gunung api tidak memperlihatkan gejala-gejala keaktifan nya. Tanda-tanda gejala pascavulkanik antara lain sebagai berikut.

a) Terdapatnya sumber air panas yang banyak mengandung mineral, terutama belerang, seperti di Ciater dan Cipanas Jawa Barat, serta Batu Raden Jawa Tengah.

b) Terdapatnya geyser, yaitu semburan air panas yang keluar secara berkala dari celah-celah batuan, seperti di Cisolok Sukabumi, Jawa Barat, dan The Old Faithfull Geyser di Taman Nasional Yellow Stone (USA).

c) Terdapatnya ekshalasi (sumber gas) berupa fumarol, solfatar, dan mofet.

Keberadaan gunungapi di suatu daerah selain dapat menimbulkan dampak negatif berupa bencana, seperti letusan, gas beracun, dan tanah longsor yang selalu mengancam penduduk sekitarnya, ternyata dapat pula membawa dampak positif berupa manfaat yang sangat besar bagi kehidupan, antara lain sebagai berikut.

a) Sebagai sumber energi karena sumber panas dari gunungapi dapat difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB), seperti yang terdapat di Gunung Kamojang Jawa Barat dan Gunung Dieng di Jawa Tengah.

b) Sebagai sumber mineral dan bahan galian, seperti intan, timah, tembaga, belerang, dan batu apung.

c) Sebagai objek wisata dan olahraga, misalnya hiking, climbing, layang gantung, dan bersepeda gunung.

d) Sebagai daerah pertanian yang subur, hal ini disebabkan material yang dikeluarkan gunungapi banyak mengandung unsur dan mineral yang dapat menjadikan tanah di sekitarnya menjadi subur dan mengalami peremajaan.

e) Daerah gunungapi merupa kan tempat yang berfungsi hidrologis bagi daerah sekitarnya (pengatur tata air tanah).

f ) Sebagai sumber plasma nutfah karena variasi ketinggian secara vertikal dari gunungapi dapat mengakibatkan plasma nutfah yang hidup menjadi sangat bervariasi.

g) Sebagai sanatorium bagi penderita penyakit tertentu karena gunung ataupun pegunungan memiliki udara yang sejuk dan segar.

Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang berasal dari dalam bumi dan merambat sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh adanya tenaga endogen.

Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi, sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa disebut seismolog. Mereka menggunakan alat pengukur yang disebut seismograf atau seismometer. 

Alat tersebut digunakan untuk mencatat pola gelombang gempa atau seismik dengan memerhitungkan kekuatan sekaligus lama terjadinya gempa.

Lempeng-lempeng kerak bumi bergerak perlahan saling bergesekan, menekan, dan mendesak bebatuan. Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, bebatuan di bawah tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang menyebabkan gempa bumi. Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa bumi dan 34.000-nya tergolong kuat.

Beberapa gempa terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi. Dalam proses ini, terjadi tumbukan antara dua lempeng dengan salah satu lempeng kerak bumi terdorong ke bawah lempeng yang lain.

Lempeng samudra di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat. Lempeng samudra yang jatuh dan bergesekan dengan lempeng di atasnya, melelehkan kedua bagian lempeng. Tumbukan menghasilkan gunungapi dan menyebabkan gempa bumi.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan gempa bumi, yaitu sebagai berikut.

a) Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.

b) Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan hiposentrum.

c) Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dan episentrum.

d) Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran gempa yang sama besarnya. 

e) Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.

f) Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.

Tenaga pembentuk muka bumi 1 geyser 2 angin 3 air 4 magma 5 gletser tenaga eksogen ditunjukkan pada

Episentrum dan hiposentrum merupakan titik lokasi terjadinya gempa bumi di alam.

Gempa bumi dapat diklasifikasikan antara lain berdasarkan faktor penyebabnya dan kedalaman hiposentrum. Berdasarkan faktor penye babnya, gempa bumi dapat dibedakan antara lain sebagai berikut.

a) Gempa Bumi Runtuhan (Fall Earthquake), terjadi akibat runtuh nya batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya gua-gua besar. Radius getarannya tidak begitu luas dan tidak begitu terasa di tempat jauh.

b) Gempa Bumi Vulkanik (Volcanic Earthquake), terjadi akibat adanya aktivitas gunungapi. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului terjadinya erupsi gunungapi, tetapi lebih sering terjadi dalam waktu bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa jika dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang luas.

c) Gempa Bumi Tektonik (Tectonic Earthquake), terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan sebarannya meliputi daerah sangat luas. Salah satu contohnya seperti gempa bumi yang terjadi di bumi Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, gempa dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

a) Gempa Dangkal, memiliki kedalaman hipo sentrum kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.

b) Gempa Menengah, memiliki kedalaman hiposentrum antara 100 km–300 km di bawah permukaan bumi.

c) Gempa Dalam, memiliki kedalaman hipo sentrum antara 300–700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam yaitu 700 km.

Untuk mengetahui intensitas kekuatan gempa maka digunakan skala intensitas gempa. Salah satu skala yang biasa digunakan adalah Richter Magnitude Scale (Skala Richter). 

Tenaga pembentuk muka bumi 1 geyser 2 angin 3 air 4 magma 5 gletser tenaga eksogen ditunjukkan pada

Richter menentukan dasar skalanya pada magnitudo dengan meng gunakan rentang angka 1 sampai 9, semakin besar angka maka semakin besar magnitudonya.

Tenaga pembentuk muka bumi 1 geyser 2 angin 3 air 4 magma 5 gletser tenaga eksogen ditunjukkan pada
Skala Gempa Menurut Richter

Eksogen berasal dari kata eksos yang berarti luar dan genos yang berarti asal. Eksogen berarti tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar. Tenaga eksogen memiliki sifat merusak karena dapat mengubah bentuk muka bumi yang telah ada.

Tenaga eksogen dapat dibedakan berdasarkan tenaga pem bentukannya, yaitu sebagai berikut.

Tenaga eksogen yang berasal dari tenaga angin dapat dengan mudah diamati di daerah arid dan semi arid. Tenaga angin dapat menimbulkan dua tenaga, yaitu deflasi dan korosi.

Deflasi diartikan suatu proses pengangkatan material dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, di daerah padang pasir angin yang bertiup sekaligus akan memindahkan material-material pasir ke tempat lain.

Selain di daerah gurun, angin juga dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan bentuk muka bumi di sekitar pantai dalam memindahkan material pasir ke tempat lain sehingga terbentuk bukit-bukit atau gumuk pasir yang disebut sand dunes.

Korosi artinya suatu proses benturan atau gesekan terhadap suatu ben tukan yang dilaluinya. Misalnya, terbentuknya batu jamur (mushroom rock) yang telah mengalami proses erosi yang cukup lama.

Selain di darat, angin juga memberi pengaruh pada pembentukan muka bumi di laut. Angin yang bergerak di laut akan menggerakkan air laut sehingga terjadi riak, ombak, sampai gelombang. 

Gelombang yang bergerak akan menyebabkan pergerakan berbagai material laut. Gelom bang laut yang besar akan mengikis batu-batuan yang ada di pantai sehingga lambat laun batuan tersebut akan berubah menjadi sebuah bentuk baru, seperti terbentuknya gua laut.

Tenaga eksogen lain yang dominan dalam mengubah bentuk muka bumi adalah air. Air memiliki daya perusak yang tinggi. Air yang mengalir terutama pada daerah-daerah berlereng curam atau terjal akan bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga mengikis dan mengangkut lapisan-lapisan tanah yang dilaluinya.

Adapun pada daerah yang datar, kecepatan air akan melambat sehingga material-material yang telah terkikis kemudian diendapkan di daerahdaerah rendah berupa cekungan sehingga men ciptakan sebuah bentukan baru. Contoh nyata yang dapat terlihat yaitu pem bentukan delta sungai.

Perubahan bentuk permukaan bumi akibat gletser (salju atau es yang mencair) disebut eksarasi atau erosi glasial. Jenis perubahan bentuk muka bumi ini dapat ditemui pada daerah-daerah pegunungan tinggi yang permukaannya tertutup salju. 

Lambat laun salju yang menumpuk akan mengalami peluruhan karena massa yang dimiliki salju lebih berat. Akibat massa yang berat ini, bongkahan es tersebut akan ambruk terpengaruh oleh gravitasi bumi dan meluncur melalui salurannya ke daerah yang lebih rendah. Kecepatan longsoran bongkahan es sangat bergantung pada kemiringan lereng asal bongkahan tersebut. 

Semakin miring lerengnya maka akan semakin cepat pula kecepatan luncurannya. Ketika meluncur gletser tersebut akan mengikis batuan yang dilaluinya sehingga terbentuklah endapan hasil pengikisan oleh gletser yang disebut moreina. Berdasarkan prosesnya, perubahan bentuk muka bumi sebagai akibat tenaga eksogen dapat terjadi melalui proses-proses sebagai berikut.

Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah.

Ada empat macam faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai berikut.

a) Keadaan Struktur Batuan

Struktu batuan adalah sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik batuan, seperti warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut.

Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk contohnya batu lempeng (batuan sedimen) dan batuan yang sukar lapuk contohnya

Topografi muka bumi turut memengaruhi terjadinya proses pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam cenderung akan mudah melapuk jika dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. 

Namun, pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut. 

Unsur cuaca dan iklim yang memengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, atau angin. Pada daerah yang memiliki iklim lembap dan panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim dingin. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan.

Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan memengaruhi proses pelapukan. Akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celahcelah batuan. Jika akar tersebut semakin membesar, ke kuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos bebatuan. 

Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat proses pelapukan batuan. Serasah batuan tersebut mengandung zat asam arang dan zat humus yang dapat merusak kekuatan batuan. Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

Pelapukan mekanik (fisis), yaitu proses atau peristiwa hancur dan lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagai berikut.

(1) Perbedaan temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Jika proses ini terus berlangsung maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah yang kecil.

(2) Akibat erosi di daerah pegunungan dan akibat membekunya air di sela-sela batuan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air tersebut akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur dari suatu batuan.

(3) Pengaruh kegiatan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuhtumbuhan. Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain hewan dan tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis (fisik). Dengan pengetahuan dan teknologinya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap dengan menggunakan dinamit.

(4) Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika terjadi pada air tanah yang mengandung garam, pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan yang tersebar di sekitarnya, terutama batuan karang yang terdapat di daerah pantai.

Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan disertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam proses pelapukan kimiawi disebut Dekomposisi.

Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut.

(1) Hidrasi, yaitu proses pembentukan batuan dengan cara mengikat batuan di atas permukaannya saja.

(2) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.

(3) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi umumnya akan memiliki warna kecokelatan karena kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan ini ber langsung sangat lama, tetapi batuan akan mengalami pelapukan.

(4) Karbonasi, yaitu proses pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami karbonasi adalah jenis batuan kapur.

Reaksi antara CO2 dan batuan kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan bantuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). 

Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menim bulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst disebut kartifikasi. Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst, di antaranya dolina (danau karst), gua dan sungai bawah tanah, serta stalaktit dan stalagmit.

c) Pelapukan Organik (Biologis)

Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan yang terjadi dikarenakan oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis, yang menjadi pembedanya adalah subjek pelakunya, yaitu makhluk hidup berupa manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Misalnya, lumut, cen dawan, ataupun bakteri yang merusak permukaan batuan.

Erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain dengan perantara suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi.

Ablasi adalah erosi oleh air yang mengalir. Erosi disebabkan oleh air yang mengalir terbagi kedalam beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut. 

a) Erosi Percik (Splash Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan kemudian diendapkan di tempat lain.

b) Erosi Lembar (Sheet Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang tebalnya sama dan merata dalam suatu permukaan tanah.

c) Erosi Alur (Rill Erosion), terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan sehingga di cekungan tersebut terjadi erosi tanah yang lebih besar. Alur-alur akibat erosi dapat dihilangkan dengan cara pengolahan tanah secara biasa.

d) Erosi Parit (Gully Erosion), proses terjadinya sama halnya dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk telah dalam sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

Abrasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. 

Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk.

Eksarasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Jenis erosi ini hanya terjadi pada daerah yang memiliki musim salju atau di daerah pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi diawali oleh turunnya salju di suatu lembah pada lereng atau perbukitan.

Lama kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah sehingga menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Dengan gaya gravitasi massa es tersebut akan merayap menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.

Deflasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya angin hanya menerbangkan pasir dan debu. Akan tetapi, kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang jauh lebih besar sehingga akan mengikis batuan tersebut.

Masswasting (massmovement) adalah proses perpindahan massa batuan dan tanah dalam volume yang besar karena pengaruh gravitasi. 

Berdasarkan materi dan kecepatannya, masswasting dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), adalah perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali bangunan yang miring, seperti tiang listrik yang berdiri miring.

b) Rapid flowage, adalah perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat, karena dibantu oleh aliran air.

c) Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat.

Sedimentasi adalah proses terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin, atau gletser kedalam suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan sangat berbeda.

Berikut ini adalah beberapa bentang alam akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.

a) Pengendapan oleh Air Sungai

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air sungai, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.

Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses pembentukan meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. 

Jika hal tersebut berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander. Meander pada umumnya terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana pengikisan dan pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai sehingga terbentuk oxbow lake.

Delta merupakan dataran yang luas, biasanya berada di muara sungai sebagai akibat dari adanya pengendapan. Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. 

Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.

Dataran banjir merupakan dataran di tepi sungai sebagai akibat dari volume air meningkat (banjir) yang mengendapkan bahan-bahan yang dibawa oleh air sungai tersebut. 

Adapun tanggul alam adalah tepian sungai yang lebih tinggi dari dataran banjir.

b) Pengendapan oleh Air Laut

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.

Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai, terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi bergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. 

Jika terjadi perubahan arah, arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. 

Akumulasi material tersebut disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Terkadang spit terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach). Jika di sekitar spit terdapat pulau, biasanya spit pada akhirnya tersambung dengan daratan sehingga membentuk tombolo.

c) Pengendapan oleh Angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dunes). Gumuk pasir dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terbentuk jika terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak akibat tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

d) Pengendapan oleh Gletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

Silahkan baca : Dinamika Perubahan Litosfer