Teladan yang bisa diambil dari sosok uwais al-qarni adalah

AKURAT.CO, Salah satu pemuda saleh yang wajib dijadikan teladan bagi umat Islam adalah Uwais Al-Qarni. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah saw pernah bersabda bahwa tabi'in terbaik ialah yang bernama Uwais Al-Qarni.

Nama itu, meski tidak terkenal di bumi, namun terkenal di langit dan di antara semua malaikat Allah.

Lantas, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni?

Dia adalah pemuda yang berasal dari negeri Yaman. Setelah mendengar cerita orang di sekelilingnya tentang Nabi Muhammad saw, ia bersama sang ibu akhirnya masuk Islam sehingga memunculkan niat agar suatu hari bisa berjumpa dengan Nabi Muhammad saw.

Kendati mengidap penyakit kulit yang sulit disembuhkan, Uwais dikenal sebagai pemuda yang sangat taat dalam beragama. Tidak hanya itu, baktinya kepada sang ibu yang menderita kelumpuhan sangat luar biasa.

Hingga pada satu ketika, Uwais meminta izin untuk mengunjungi Madinah agar bisa bertemu dengan Rasulullah saw. Sang ibu mengizinkan Uwais meski dengan berat hati ditinggalkan karena ia sedang sakit-sakitan.

Uwais pun akhirnya berangkat ke Madinah dengan memegang pesan ibunya agar lekas kembali pulang.

Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw tidak ada di rumah karena tengah berada di medan perang. Saat itu, Uwais hanya menitipkan salam kepada Rasulullah saw lewat istrinya, Siti Aisyah ra.

Uwais yang teringat pesan ibunya untuk segera kembali akhirnya tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah saw sampai akhir hayatnya.

Begitu berbaktinya Uwais kepada ibunya, suatu hari ia berusaha menuruti permintaan ibunya yang lumpuh agar diantar naik haji ke Makkah. Jelas, hal itu sangat berat mengingat dari Yaman ke Makkah jaraknya jauh, sementara ia seorang pemuda miskin yang tidak memiliki kendaraan.

Setelah Uwais mencari jalan keluar demi mewujudkan mimpi ibunya, ia lalu membeli seekor lembu yang ditempatkan dalam sebuah kandang di atas bukit. Setiap harinya, Uwais menggendong naik turun anak lembu tersebut sampai peliharaannya bertambah besar.

Tingkah aneh Uwais itu pun memicu reaksi orang-orang sekitarnya yang menganggap bahwa dirinya sudah gila.

Sebenarnya, apa yang dilakukan Uwais tersebut bukan tanpa alasan. Ia bertekad melatih otot-ototnya agar bisa menggendong ibunya sampai ke Makkah. Dan benar saja, Uwais mewujudkan keinginan ibu tercintanya ke Makkah untuk berhaji dengan menggendongnya dari tanah Yaman.

Sesampainya di depan Kakbah, Uwais kemudian memanjatkan doa yang ditujukan bagi ibunya.

Ya Allah, ampunilah semua dosa ibuku, pinta Uwais.

Sang ibu yang keheranan kemudian bertanya, Bagaimana dengan dosamu?

Uwais pun menjawab, Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.

Atas ketulusan dan cinta kepada ibunya itulah, saat itu pula Allah Swt menyembuhkan penyakit kulit Uwais dan hanya menyisakan sedikit bercak di tengkuknya untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah Uwais Al-Qarni.

Sebab, Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khatab pernah mendapat pesan dari Rasulullah agar mencari Uwais Al-Qarni dengan ciri-ciri sebuah bulatan putih di tengkuknya.

Saat itu, Rasulullah saw berpesan kepada kedua sahabatnya itu, Carilah ia (Uwais Al-Qarni), dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian. (HR. Muslim)

Pesan dari Rasulullah saw tersebut lantaran Uwais adalah sebaik-baik tabi'in yang doanya pasti akan dikabulkan Allah Swt.

Bahkan di akhir hayatnya, orang-orang di Yaman berebut mengurus jenazahnya mulai dari memandikan, mensalatkan hingga menguburkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa orang-orang yang berebut itu adalah malaikat Allah yang turun ke bumi untuk mengurus jenazah Uwais Al-Qarni.

Wallahu a'lam.[]

AKURAT.CO, Pada zaman Rasulullah saw, hiduplah seorang pemuda yang saleh. Pemuda itu hanya mendengar berita-berita tentang kenabian Muhammad saw, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan Rasul walau sekejap.

Dialah Uwais Al-Qarni, seorang pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya yang sudah sakit-sakitan. Selain itu, Uwais juga menderita penyakit kulit yang membuat kulitnya belang-belang.

Meski hidup serba kesusahan, Uwais dikenal sebagai sosok pemuda yang tidak pernah menolak perintah ibunya. Ia merupakan seorang anak yatim yang dibesarkan di Yaman.

Sampai suatu ketika, niatnya untuk bertemu Nabi Muhammad saw ia sampaikan kepada ibunya. Uwais berharap, ibunya memberi izin agar diperbolehkan pergi ke Madinah tempat Nabi saw tinggal. Benar saja, ibunya memberinya izin dengan syarat bahwa ia harus lekas pulang ke Yaman jika sudah bertemu Rasulullah saw.

Perjalanan jauh Uwais tempuh dengan jalan kaki. Sesampainya di Madinah, ia langsung menuju rumah Rasulullah saw. Sayang seribu sayang, Nabi saw ketika itu sedang berada di medan perang dan belum pasti akan kembali.

Ketika itu, Uwais hanya bertemu dengan Siti Aisyah ra. Diliputi kekecewaan, sempat terbersit di pikiran Uwais untuk menunggu Rasulullah pulang. Hanya saja, pesan ibunya sebelum berangkat selalu terngiang-ngiang. Alhasil, Uwais hanya mampu menitipkan pesan kepada Siti Aisyah bahwa ia datang dari Yaman, dan ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad saw.

Beberapa waktu kemudian, Nabi Muhammad saw pulang dari peperangan. Aisyah pun segera menceritakan bahwa ada seorang pemuda yang berasal dari Yaman yang ingin bertemu dengan Nabi saw. Akan tetapi, Aisyah mengatakan bahwa pemuda itu harus segera pulang karena ibunya sedang dalam keadaan sakit.

Nabi Muhammad saw pun berkata kepada Sahabat Ali dan Umar, “Suatu ketika jika kalian bertemu dengan orang itu, mintakan doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit bukan orang bumi.”

Selain itu, Nabi saw juga menunjukkan ciri-ciri Uwais yakni adanya bulatan putih di tangannya.

Waktu terus berlalu dan Uwais tanpa lelah merawat ibunya. Sampai pada suatu ketika, ibunya ingin sekali menunaikan haji ke Makkah.

Uwais merasa bahwa keinginan ibunya itu sangat berat. Ia sadar, jarak antara Yaman dan Makkah sangatlah jauh. Sementara ia tidak memiliki kendaraan untuk menuju ke sana.

Setelah mencari solusi, Uwais membeli seekor lembu yang masih kecil. Lembu itu ia letakkan di atas bukit dan selalu digendongnya naik turun setiap hari. Banyak orang yang melihat kelakuan Uwais menganggapnya gila. Namun, Uwais tetap teguh dengan apa yang dilakukannya karena ia sedang melatih otot-ototnya.

Beberapa bulan berlalu, otot Uwais semakin kuat berkat latihan menggendong lembu itu. Akhirnya Uwais menggendong ibunya menuju ke Baitullah, Makkah.

Sesampainya di sana, Uwais dan ibunya terkagum-kagum dengan Baitullah. Uwais kemudian berdoa agar ibunya masuk surga. Doa ini membuat ibunya heran.

Uwais menjelaskan bahwa jika ibunya masuk surga, maka ia berharap bisa pula masuk surga berkat rida sang ibu.

Ketika Uwais dan ibunya berhaji, Rasulullah saw telah wafat. Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab yang mengemban amanah agar mencari Uwais akhirnya menemukannya.

Penyakit kulit yang diderita Uwais saat itu telah disembuhkan Allah dan disisakan bulatan putih di tangannya, sebagai tanda agar sahabat Ali dan Umar bisa bertemu dengannya.

Wallahu a'lam. []

Wislah.com: Agar dapat menjalankan tugas kehidupan dengan baik maka kita harus menjadi manusia yang baik. Untuk menjadi manusia yang baik, meneladani manusia-manusia teladan adalah cara yang terbaik. Di antara orang baik yang dapat dijadikan teladan yang baik adalah Uwais Al-Qarni.

Uwais Al-Qarni adalah contoh perilaku anak yang sangat membanggakan dan patut diteladani. Hidup dalam kemiskinan tidak membuatnya menjadi orang yang mudah menyerah dengan keadaan. Beliau hidup sederhana dan selalu memuliakan ibunya yang sudah berusia lanjut dan sakit-sakitan.

Simak ulasan tentang: Kisah Uwais Al-Qarni dan Keteladan Uwais Al-Qarni

Kisah Uwais Al-Qarni

Uwais al-Qarni adalah penduduk Yaman, daerah Qarn dari kabilah Murad. Hidup sebagai anak yatim, membuatnya sangat mencintai dan berbakti kepada ibunya. Uwais al-Qarni pernah mengidap penyakit kusta, lalu berdoa kepada Allah Swt sehingga diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Menurut keterangan, Nabi Muhammad Saw pernah menyampaikan bahwa Uwais al-Qarni adalah pemimpin para tabi’in. Suatu ketika Nabi Muhammad Saw berkata kepada Umar bin Khattab, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah Swt untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar bin Khattab menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” Mereka menjawab, “ada”. Umar kemudian bertanya lagi, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?” Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”

Umar bin Khattab berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Dan setiap tahun Umar bin Khattab selalu menanti Uwais. Suatu ketika dia datang bersama jamaah haji dari Yaman, lalu Umar menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namanya?” Orang itu menjawab, “namaku Uwais.” Umar melanjutkan pertanyaannya, “Di Yaman daerah mana?” Dia menjawab, “Dari Qarn.” Umar bertanya lagi, “Dari kabilah mana?” Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.” Umar bin Khattab bertanya lagi, “Bagaimana ayahnya?” “Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya. Umar melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?” Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.” Lalu Umar bertanya lagi, “Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” Uwais menjawab, “benar, saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Swt. dan saya diberi kesembuhan.” Umar bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?” Dia menjawab, “di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar. Ketika Umar bin Khattab melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah Saw mohonkanlah ampun kepada Allah Swt untukku!”

Uwais berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?” Umar bin Khattab menjawab, “ya, benar.” Khalifah Umar meminta kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya. Selanjutnya Umar bertanya kepadanya mengenai tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.” Umar berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?” Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Keteladan Uwais Al-Qarni

Uwais al-Qarni sosok pribadi yang sangat sederhana. Hidupnya tidak bergelimang dengan harta. Ujian hidup yang dialami diterima dengan ikhlas dan tetap tidak meninggalkan usaha serta kerja keras untuk keluar dari ujian itu. Termasuk ketika diuji penyakit kusta oleh Allah Swt.

Baca Juga :   Keragaman Indonesia: Suku Bangsa, Budaya dan Kesatuan

Uwais al-Qarni juga figur yang sangat hormat dan taat kepada ibunya. Sebagian hidupnya digunakan untuk merawat dan mendampingi ibu yang sangat disayangi. Walaupun ia mendapat perhatian sangat penguasa waktu itu yaitu Umar bin Khattab, tetapi Uwais al-Qarni tidak memanfaatkan fasilitas dan kesempatan tersebut untuk bersenang-senang. Justru Uwais al-Qarni tidak mau diperlakukan istimewa, justru sebaliknya dia ingin diperlakukan sama dengan rakyat yang lain.

Sumber: Buku Akidah Akhlak Kelas XI MA