Tari kelompok dalam gerakan yang menuntut adanya teknik dan

Gambar 51. Peran Srikandi dengan sikap gerak ulap-ulap dalam tari Srikandi melawan Suradiwati, merupakan tari berpasangan.

http://www.eboza.com/pelajaran/tarian-tradisional-indonesia.html

3. Tari Kelompok

Bentuk penyajian tari kelompok isi tariannya menggambarkan atau mengungkapkan sekelompok yang jabatannya sama, dan nama tariannya berdasarkan dari nama jabatannya atau aktivitasnya, misalnya :

a. Menggambarkan para penari putri keraton yang menghibur raja. b. Menggambarkan para prajurit yang sedang berlatih perang

dengan menggunakan senjata.

Tari kelompok, adalah tari yang dilakukan oleh lebih dari seorang penari dengan gerakan-gerakan yang seragam (rampak). Untuk memenuhi keseragaman gerak maka akan terjadi penyederhanaan gerak, atau sudah ditata sedemikian rupa sehingga tingkat kerumitannya tidak terlalu menyulitkan untuk dilakukan seragam.

Kekhasan dan kekuatan koreografi tari rampak atau masal ini adalah dimana setiap sikap dan gerak dari keseluruhan koreografi diungkapkan oleh jumlah penari yang banyak (minimal dua orang atau lebih) dengan perwujudan yang sama atau seragam. Sisi kesulitan bagi para penari di sini adalah harus mampu menjalin kekompakan/harmoni dan kejelian mengekspresikan seluruh anggota tubuhnya sehingga menjadi seragam sampai detail-detailnya

Tari kelompok bisa dilakukan dalam jumlah yang sedikit (kelompok kecil) dengan jumlah penari 3, 5, 10, dan 15 orang, sedangkan kelompok besar terdiri dari 15 orang sampai dengan

ratusan orang (kolosal). Kategori besar dan kecil tergantung pada ruang yang digunakan.

Tari kelompok koreografinya selalu mempertimbangkan detail gerak yang cenderung tidak terlalu rumit jika dibandingkan dengan koreografi tari tunggal. Gerakan-gerakan yang terlalu rumit biasanya akan menyulitkan kekompakan penari, karena kekompakan dan keserempakan penari menjadi bagian penting dalam penampilan tari kelompok.

Aspek yang ditonjolkan pada tari kelompok adalah kekayaan dan variasi pola lantainya. Bahkan dalam bentuk yang massal atau kolosal, pola-pola lantainya sering berbentuk konfigurasi. Tari kelompok biasanya membawakan tema tertentu atau dapat pula membawakan suatu cerita (lakon). Pergelaran tari kelompok dengan menyajikan lakon memerlukan media penyampaian agar dapat jelas diikuti jalan dan isi ceritanya. Media penyampaian dalam tari kelompok ini berupa dialog yang diwujudkan dalam bentuk gerak, dalam bentuk vokal (seni suara) dan dalam bentuk bahasa percakapan.

Yang termasuk tari tanpa dialog misalnya sendratari Ramayana dan bentuk-bentuk sendratari lainnya. Yang termasuk bentuk tari kelompok berdialog vokal misalnya langendriyan, dan yang termasuk tari kelompok berdialog prosa misalnya wayang wong.

Berikut ini beberapa contoh bentuk peyajian tari kelompok di wilayah Indonesia,

a. Tari Pajoge (Sulawesi Selatan)

Tari Pajoge merupakan tari tradisional etnis Bugis, yang ditarikan oleh dua belas penari wanita yang berumur sekitar 15 tahun. Busana penari memakai kain sarung tenun Bugis, dan baju pakambang pada bahu sebelah kanan atas dan memakai kipas. Perhiasan kepala berupa jungge. Biasanya tarian ini dipentaskan di istana kerajaan Bone. Tarian ini dipentaskan pada upacara-upacara tradisionil seperti pada upacara pernikahan, menghibur raja dan permaisuri raja, dan upacara

b. Tari Pakarena (Sulawesi Selatan)

Tari ini sebagai tari pemujaan yang berkembang di istana kerajaan Gowa, fungsinya pada waktu itu sebagai tari upacara adat seperti pencucian benda kerajaan, pernikahan raja, sunatan, masuk rumah atau naik rumah.

Dengan berkembangnya jaman tarian ini berubah fungsi menjadi tari pertunjukan hiburan. Tarian ini biasa ditarikan atau dipentaskan untuk menjemput tamu yang dimuliakan atau upacara pesta adat perkawinan.

Jumlah penari 12 orang yang berumur sekitar 9 sampai 14 tahun. Tarian ini memakai sarung dan baju rawang dan masing-masing penari membawa sebuah kipas di tangannya. Tarian ini berasal dan berkembang di rumpun daerah Gowa yang meliputi pula daerah Bansaeng, Jeneponto, Makasar, Takalar dan Selayar.

Iringan pada tarian ini meliputi, gendang, katto-katto, dan pui-pui. Tata busana Tari Pakarena

Baju bodo merah dan hijau, warna merah mempunyai arti simbolis yaitu bahwa salah satu dari bapak atau ibu adalah seorang bangsawan. Warna hijau mempunyai arti bangsawan penuh. Sarung tope (rok putih) dan celana tope.

Aksesoris

1) Tambah (gelang kecil) 2) Ponto labbu

3) Bangkara (anting)

4) Rante labba (Kalung lebar) 5) Bando (hiasan kepala) 6) Kolara (kalung panjang)

7) Pinang goyang (hiasan kepala disanggul) 8) Kutu-kutu (hiasan kepala)

9) Bunga nigubah (kembang sanggul) 10) Simboleng patinra (sanggul tradisi) 11) Sima tayya (hiasan di lengan)

Gambar 53. Tari Pakarena dari Sulawesi Selatan Merupakan bentuk penyajian tari kelompok

c. Tari Pattudu (Sulawesi Selatan)

Tari Pattudu ditarikan oleh 10 sampai 16 orang wanita. Penari wanita memakai baju yang bahannya tipis. Semua penari memakai kipas dan selendang panjang yang indah. Tarian ini dipentaskan pada upacara-upacara penting di istana saja seperti upacara perkawinan, potong gigi, upacara menaruh anak ditempat timangan (tempat berayun) dan sebagainya. Instrumen pengiringnya terdiri dari dua buah gendang, sebuah gong dan sebuah seruling. Tarian ini dimulai dari menyanyi terlebih dahulu, setelah itu disusul dengan beberapa gerak tari kemudian musik mengiringi tarian tersebut dan selanjutnya penari menarikan tari Puttudu.

d. Tari Pagellu (Sulawesi Selatan)

Tarian ini merupakan tari upacara adat etnis Toraja. Pagellu adalah salah satu cara memuja kepada Tuhan yang memberi hujan, memelihara segala tanaman, hewan piaraan, menolak wabah penyakit, dan sebagainya. Pagellu erat sekali hubungannya dengan kepercayaan masyarakat Toraja. Pagellu adalah cara untuk menimbulkan rasa keindahan, rasa pemujaan dan rasa gembira dalam bentuk gerakan badan terutama gerakan tangan dan jari tangan.

Puang Matuo ( Allah yang Maha Esa) berada pada tempat yang tertinggi dan kekuasaannya mengatur dunia, manusia datang kepadanya dengan sembah sujud dan bertobat, menyampaikan permohonan dan ucapan terima kasih.

Tuhan dipuji dengan Rambu Tuka dengan berbagai macam upacara seperti Maro, Malena Suru dan semuanya memerlukan pemujaan lahir batin yang mendalam. Salah satu pemujaan lahir yakni dengan mempersembahkan binatang (hewan) yang dinamakan “Malo Bulanna Du Ding Patodingana”.

Dalam kehidupan masyarakat Toraja, Pagellu mencakup peristiwa di sawah, menabur bibit, mengawasi padi, menghalau pipit, mengenyahkan hama penyakit yang merusak tanaman. Tarian ini pada umumnya ditarikan oleh tiga orang anak penari wanita.

Gambar 55. Tari Pagellu dari Sulawesi Selatan Merupakan bentuk penyajian tari kelompok

e. Tari Pasambahan (Bengkulu)

Tari Pasambahan yang merupakan tari selamat datang dibawakan oleh empat orang penari wanita yang berbusana seragam. Mereka mengenakan, baju berwarna kuning, berbaju lengan panjang hitam, serta mengenakan kain hiasan kepala yang sangat bagus.

Semula mereka menari dengan gerak-gerak yang sangat feminim, akan tetapi setelah tempo ansembel talempong

meningkat menjadi cepat, mereka mulai bergerak dengan menggunakan unsur-unsur gerak pencak silat yang sangat dinamis.

Berkali-kali keempat penari itu mengatupkan kedua belah tangan mereka di depan dada sebagai tanda penghormatan. Di akhir tarian ini seorang penari membawa sebuah carano atau wadah yang berisi daun sirih. Para tamu, terutama dideretan terdepan dipersilakan mengambil daun sirih yang di gulung dan mengunyahnya.

Upacara mengunyah daun sirih pada masyarakat Minangkabau merupakan lambang penghormatan kepada tamu sebagai tanda persahabatan serta saling menghargai.

f. Tari Piring (Padang)

Tari Piring merupakan tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Barat. Tarian ini menitik beratkan pada permainan piring-piring yang diletakkan di atas kedua telapak tangan pada masing-masing penari dan digerakkan ke segala penjuru, termasuk gerakan-gerakan berputar dengan tempo yang sangat cepat, serta diketuk-ketuk dengan jari-jari bercincin hingga menghadirkan suara tik, tik, tik.... yang sangat menarik. Adegan menginjak-injak pecahan kaca yang banyak ditampilkan pada tari piring biasa disajikan di Medan Nan Balindung di Bukittinggi.

Tari Piring biasanya dipertunjukkan pada berbagai upacara adat seperti misalnya Batagak Pangulu, setelah panen usai, perhelatan perkawinan, khitanan, turun mandi dan sebagainya. Tarian ini selalu ditampilkan dalam koreografi tari kelompok berpasangan, bisa hanya dilakukan oleh dua orang penari sampai 10 orang penari. Dahulu tari piring apabila dipertunjukkan untuk meramaikan sebuah upacara pada malam hari, dimulai dari pukul 20.00 sampai pukul 4.00 pagi. Tarian ini dahulu selalu dibawakan oleh para penari pria dan wanita yang mengenakan busana yang terdiri dari celana galembong berwarna hitam yang longgar, baju lengan panjang berwarna hitam yang longgar, destar atau ikat kepala berwarna merah serta ikek atau ikat pinggang yang berwarna merah pula.

Penyelenggaraan

pertunjukan di adakan di rumah Godang. Tarian ini diiringi oleh ansambel musik Minangkabau tradisional yang terdiri dari seperangkat canang dasar dua buah, canang paningkah dua buah,

pupuik batang padi sebuah, serta sebuah gendang bermuka dua.

Gambar 57.Tari piring Merupakan bentuk penyajian tari kelompok

http://www.eboza.com/pelajaran/tarian-tradisional-indonesia.html g. Tari Saman (Aceh)

Tari Saman dari Aceh merupakan tari tradisional yang dibawakan oleh sebelas orang penari, terdiri dari lima penari pria dan enam penari wanita. Desain lantai diolah sangat bervariasi, semula kesebelas penari itu duduk dalam formasi dua deret, dan

kemudian setelah akan menghadirkan bermacam-macam garapan gerak, mereka mulai berganti ke formasi satu deret. Walaupun hanya dibawakan dalam posisi duduk, akan tetapi karena olahan gerak torso, kepala, lengan serta permainan komposisi serempak, selang seling, bergantian, serta pergantian level yang cepat sekali, tari Saman mampu menghadirkan daya tarik yang luar biasa.

Di Aceh istilah Saman selalu dikaitkan dengan sebuah tari kelompok yang sangat terkenal yaitu tari Seudati. Para pakar tari mengatakan bahwa tari Seudati berasal dari Saman yang dalam bahasa Arab kata Saman berarti delapan. Dikatakan Seudati dari

Saman karena penari Seudati yang sesungguhnya berjumlah delapan orang. Selain delapan penari itu ada dua orang pria muda yang berfungsi sebagai penyanyi. Kedua anak muda disebut Aneuk Seudati yang berarti Seudati anak-anak.

Tari Saman di Aceh diilhami oleh permainan anak-anak, dan di pulau Jawa disebut dengan keplok ame-ame. Garapan tari yang selalu dilakukan dalam posisi duduk ini banyak menghadirkan tepuk tangan serta tepuk dada yang sangat cepat. Saman bisa dilakukan oleh penari pria saja atau penari wanita, dan bisa juga dilakukan campuran yaitu penari pria dan penari wanita.

Gambar 58. Tari Saman dari Aceh Merupakan bentuk peyajian tari kelompok

http://www.eboza.com/pelajaran/tarian-tradisional-indonesia.html h. Sendratari Ramayana

Sendratari secara harfiah berarti seni drama tari. Istilah ini diusulkan oleh seorang dramawa bernama Anjar Asmara. Nama

Sendratari Ramayana merupakan cetusan gagasan dari G.P.H. Jatikusumo, salah seorang tokoh seniman dari kalangan bangsawan di Surakarta. Sendratari Ramayana ini untuk pertama kalinya dipentaskan di panggung Roro Jonggrang Prambanan tahun 1961. Sejak itu lahirlah berbagai sendratari di beberapa daerah seperti di Jawa Timur dan sebagainya.

Gagasan G.P.H. Jatikusomo ini diilhami oleh tari-tarian di candi Angkor Walt di Kamboja, kemudian dipadukan dengan relief di candi Prambanan sehingga terciptalah sendratari Ramayana.

Dalam penciptaan sendratari Ramayana ini ada tiga hal yang dijadikan pokok dasar yaitu:

1) Bentuk sendratari tidak memerlukan dialog dalam bentuk vokal maupun prosa. Bentuk dialog dalam wujud gerak merupakan bahasa yang universal, yang memungkinkan setiap orang dapat menangkap apa yang dimaksud.

2) Bentuk panggung terbuka yang memungkinkan untuk mempertunjukkan segala sesuatunya semaksimal mungkin dan mendekati kenyataan. Dengan terwujudnya peran yang terdapat dalam epos Ramayana semaksimal mungkin, akan mempermudah penumbuhan daya ilusi atau daya khayal pada penonton.

3) Pengambilan epos Ramayana merupakan sajian yang lebih dapat dimengerti oleh bangsa-bangsa lain terutama di Asia.

Wiracarita Ramayana ditulis oleh seorang pujangga yang bernama Valmiki, namun berdasarkan penelitian bahwa Wiracarita ditulis oleh Valmiki. Kemudian cerita Ramayana di Indonesia ditulis dalam bentuk sastra oleh seorang pujangga bernama Yogiswara yang mengubah Kakawin Ramayana yang merupakan karya sastra Jawa Kuna tertua.

Wiracarita Ramayana diawali dari Dewa Wisnu yang berinkarnasi ke dalam anak yang baru dilahirkan oleh pasangan Raja Kosala dari Ayodya yang bernama Dasarata, dan kerajaannya terletak di dekat lereng Himalaya. Dalam reinkarnasi tersebut, Dewa Wisnu menjelma menjadi Rama, yaitu putera pertama Dasarata dengan istrinya Kausalya, Dalam wiracarita tersebut nantinya Rama akan berperang serta menundukkan raja raksasa yaitu Rahwana yang memerintah Alengka (Langka). Sejak masih belia Rama telah menunjukkan keberaniannya serta keterampilannya dalam memanah yang menakjubkan. Pada suatu ketika ia dikirim ke pertapaan Wismamitra untuk membunuh raksasa-raksasa yang setiap hari menjarah sesaji orang suci. Sang pertapa membawa pangeran muda ini ke istana Raja

Janaka dari bangsa Wideha, dan disinilah Rama memenangkan semua saingan dalam pertandingan memanah serta mendapatkan puteri cantik yaitu Sita sebagai istrinya.

Setelah berkonsultasi dengan rakyatnya, Raja Dasarata yang telah lanjut usia telah menunjuk Rama sebagai penggantinya. Namun demikian, sementara persiapan-persiapan penobatan Rama serta perayaan-perayaan yang mengikuti dimulai, isteri raja yang lain yaitu Kaikeyi, memperingatkan raja tentang sebuah sumpahnya yang telah diucapkan kepadanya pada masa yang lalu, yang isinya bahwa Dasarata telah berjanji memenuhi apa saja yang dimintanya. Kaikeyi meminta penghapusan Rama sebagai raja dan tahta tersebut tersebut diserahkan kepada puteranya sendiri yaitu Barata. Sang raja sangat sedih akan sumpah tersebut dan tak lama kemudian sang raja meninggal dunia. Rama menjunjung tinggi kewajiban sang ayah tersebut dan dia mengasingkan diri, yang diikuti oleh Sita serta saudaranya yang setia yaitu Leksmana. Mereka mengembara menyusuri hutan belantara serta menetap di sebuah tempat yang bernama Citrakuta. Di sanalah mereka ditemukan oleh saudara tiri yang telah dinobatkan menjadi raja yaitu Barata, dan Barata memohon agar Rama kembali. Rama menolak, tetapi memberikan terompahnya kepada saudara tirinya untuk dibawa kembali ke Ayodya, untuk mengesahkan pemerintahan Barata atas nama Rama.

Kemudian setelah itu Rama meninggalkan tempat tinggalnya, pergi jauh ke hutan, hingga di luar jangkauan dari para kerabat dan rakyatnya. Bersama dengan Sita dan Leksmana, ia menemukan sebuah tempat pengasingan yang dihuni oleh para pertapa serta orang-orang suci, termasuk Agastya yang memberi sebuah busur panah sakti. Kemudian Rama menetap di hutan Pancawati, dengan bantuan Leksmana mereka membangun sebuah gubuk. Dikisahkan pula dalam Sendratari tersebut Sarpakenaka adik perempuan raja raksasa Rahwana, ketika sedang melanglang di hutan bertemu Rama dan jatuh cinta kepadanya, serta mencoba untuk mendapatkan Rama, tetapi Rama menolaknya dan ketika ia berpaling ke arah Leksmana, sang ksatria memacung hidung dan telinga Sarpakenaka. Sarpakenaka lari menuju ke kakaknya.

Rahwana berniat membalas dendam atas perbuatan Rama tersebut dengan memerintahkan abdinya yaitu Marica untuk

dibawah pengawasan Leksmana. Tiba-tiba mereka mendengar teriakan akhir dari Marica. Demi mendengar teriakan tersebut, Sita bersikeras untuk menyelamatkan Rama sendirian.

Rahwana tampil menyamar sebagai seorang Brahmana yang sedang meminta-minta. Rahwana membujuk Sita untuk meninggalkan Rama serta membawanya pergi ke angkasa dan ketika tiba di angkasa wujud Rahwana berubah menjadi makhluk yang menakutkan yaitu jumlah kepala dan lengan yang banyak.

Kemudian muncul seekor burung gagak yang gagah berani bernama Jatayu, tetapi dia gagal menyelamatkan Sita dalam peperangan tersebut. Jatayu terluka parah melawan Rahwana dan sebelum meninggal dia menceritakan tentang penculikan tersebut kepada Rama.

Pencarian Sita dilakukan oleh Rama dan Leksmana dengan melewati hutan belantara serta pegunungan Nilgiri, tetapi usaha tersebut gagal, Rama tidak mendapatkan jejak Sita. Dalam pencarian tersebut, Rama bertemu dengan seekor kera putih yang bernama Hanuman. Hanuman mengajak Rama untuk menemui rajanya yaitu Sugriwa yang tahtanya telah dirampas oleh kakaknya sendiri yaitu Subali.

Rama membantu Sugriwa untuk mendapatkan kembali tahtanya dengan membunuh Subali yaitu dengan sebuah tembakan panah selagi kedua kera bersaudara itu berperang. Sebagai tanda terima kasih, Sugriwa memberikan bantuannya kepada Rama. Ia memerintahkan tentara keranya untuk mencari Sita ke empat penjuru dunia. Tentara itu pergi ke selatan dengan dipimpin oleh Hanuman, Rama dan Laksmana mengikutinya.

Setelah mengalami banyak petualangan serta kunci pencarian didapatkan dari seorang saudara burung Jatayu yang bernama Sempati, mereka sampai ke pantai yang berseberangan dengan Alengka. Dengan loncatan yang berani dengan menyeberangi laut, Hanuman mendarat di Alengka.

Akhirnya ia sampai di taman Argasoka dan ia menemukan Sita. Kemudian Hanuman membuat kegaduhan di Alengka. Para raksasa menangkap Hanuman dan membakarnya namun Hanuman dapat membebaskan diri.

Pada akhirnya Rahwana terbunuh oleh Rama dengan sebuah anak panah. Rama dan Sita dipertemukan kembali.

Wiracarita Ramayana di Jawa ada beberapa versi, tetapi yang digunakan dalam garapan sendratari adalah serat atau versi

Rama karya Yasadipura. Pemilihan serat atau versi Rama melalui suatu pertimbangan, bahwa karya inilah yang lebih cocok bagi orang Jawa, dan jalan ceriteranya tidak berbelit-belit. Semula Wiracarita yang panjang itu dibagi menjadi 6 episode yaitu:

1) Episode 1 hilangnya dewi Sinta 2) Episode 2 Anoman duta

3) Episode 3 Anoman obong

4) Episode 4 Pembuatan jembatan menuju ke Alengka 5) Episode 5 Gugurnya Kumbakarna

6) Episode 6 Sinta obong i. Langendriyan (Surakarta)

Langendriyan merupakan dramatari yang diangkat dari epos cerita Damarwulan. Dialog yang digunakan dalam Langendriyan diwujudkan dalam bentuk vokal (tembang) yang langsung dibawakan oleh penari.

Di dalam Langendriyan terdapat seorang dalang sebagai pengarah cerita dan sebagai penghidup cerita pada saat-saat tertentu, misalnya saat tegang, saat sedih dan sebagainya. Langendriyan diciptakan oleh Mangkunegara IV pada abad XIX dan terus dipelihara sampai sekarang di kalangan istana.

Legenda Damarwulan dihubungkan dengan kerajaan Majapahit ketika kerajaan itu diperintah oleh seorang raja puteri yaitu Dewi Suhita, yang selama pemerintahannya terjadi sebuah perang dengan kerajaan Blambangan. Nama pahlawan Cahaya Bulan serta musuhnya Menak Jingga atau ksatria merah (yang senjata saktinya adalah besi kuning).

Tokoh utama dalam roman Damar Wulan adalah sebagai berikut :

1) Prabu Kenya, Raja puteri dari Majapahit (juga dikenal sebagai Ratu Kencana, Kencana Wungu, puteri raja Brawijaya yang meninggal tanpa pewaris laki-laki).

2) Patih Logender atau perdana menteri, yaitu seorang pria yang ambisius serta tak sabaran yang menggantikan kakaknya yaitu ayah Damar Wulan, yang mengundurkan diri ke sebuah pertapaan setelah kematian raja Brawijaya.

3) Layang Seta dan Layang Kumitir, putera-putera Logender yang sombong dan dengki.

5) Damar Wulan, seorang pemuda mempesona yang luar biasa, kemenakan dari perdana menteri, dan dibesarkan di pertapaan kakeknya.

6) Menak Jingga Kasatria merah, Raja Blambangan, yang menginginkan sekali memiliki raja puteri.

7) Dewi Wahita dan dewi Puyengan dua orang putri rampasan di istana Menak Jingga.

8) Sapdopalon dan Nayagenggong, abdi serta penjaga setia Damar Wulan dan bekas pengawal ayahnya.

Cobaan pada Damar Wulan di mulai ketika mengikuti nasehat kakeknya. Ia meninggalkan pertapaan dan mengadakan perjalanan ke istana Majapahit untuk mencari pekerjaan pada jamannya patih Logender. Damar Wulan selalu diperlakukan tidak semestinya. Patih Logender mulai mengetahui keinginan Damar Wulan untuk mengabdi kepadanya, dan ia khawatir Damar Wulan akan menjadi saingan bagi puteranya sendiri, sehingga ia mempekerjakan Damar Wulan sebagai tukang rumput. Walaupun telah dicopoti busana dan perhiasannya yang bagus-bagus, namun ketampanan sang pemotong rumput telah membangkitkan kekaguman yang mendalam bagi rakyat banyak.

Desas-desus tentang si tukang rumput yang luar biasa itu terdengar oleh puteri Patih Logender yaitu Anjasmara. Karena mengetahui bahwa Damar Wulan adalah saudara sepupunya, ia mencarinya secara diam-diam, mereka saling jatuh cinta serta menikah secara tidak resmi.

Pada suatu malam saudara Anjasmara mengetahui ketika mereka sedang bercinta, maka mereka mencoba membunuh Damar Wulan tetapi tidak berhasil dan mereka melapor pada orang tuanya. Dengan marah Patih Logender menuntut agar Damar Wulan dihukum di penjara.

Pada suatu ketika bahaya menimpa kerajaan Majapahit. Dalam sepucuk surat Raja Blambangan melamar raja puteri. Lamaran ditolak dan sebagai tantangannya Menak Jingga menantang perang. Tentara Majapahit dikalahkan satu persatu, kerajaan Majapahit terancam oleh pasukan Menak Jingga.

Raja Puteri mengumukan bahwa siapa saja yang mampu membunuh Menak Jingga serta membawa kepalanya akan menjadi suaminya. Damar Wulan dipercaya oleh raja puteri untuk melawan Menak Jingga.

Akhirnya Damar Wulan berhasil memenggal kepala Menak Jingga serta mempersembahkan kepala Menak Jingga kepada

raja puteri, kemudian Damar Wulan dinobatkan sebagai raja Majapahit dan memperistri raja puteri.

j. Langen Mandrawanara (Yogyakarta)

Secara harfiah kata Langen berarti pertunjukan atau hiburan, Mandra berarti lembut, dan Wanara berarti kera. Langen Mandrawanara merupakan drama tari opera yang membawakan lakon dari wiracarita Ramayana. Kehadiran genre baru ini pada tahun 1890 dipacu oleh adanya larangan mempergelarkan tari yang berasal dari keraton Yogyakarta di luar tembok istana. Adipati Danureja VII mencipta sebuah dramatari yang berbeda dengan wayang wong, baik dari segi teknik tari maupun dialog. Para penari pada tarian ini menggunakan posisi jongkok, sedangkan dialog yang digunakan menggunakan tembang/