Tanggapan tentang pesan pesan mengantarkan jenazah ke tempat Pemakaman

Kematian adalah sesuatu yang pasti dan akan dialami oleh semua manusia. Jika ajal sudah menjemput, tidak ada satu pun orang yang bisa menghindari takdir tersebut. Ketika Anda melihat keluarga, teman, atau seseorang meninggal dunia, maka sebagai umat Muslim yang baik, Anda tidak boleh membiarkannya begitu saja. Anda diwajibkan untuk mengurusnya, mulai dari memandikan hingga menguburkan jenazah.

Semua itu harus dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada mayit dan rasa cinta kepada Allah SWT dengan mengikuti aturan-Nya. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat iring-iringan pengantar jenazah yang jumlahnya hingga ratusan, bahkan ribuan orang.

Melalui artikel ini, Okezone hendak membahas seperti apa etika mengantarkan jenazah yang sesuai dengan ajaran Islam. Berdasarkan penuturan Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Ustadz Fauzan Amin, sebetulnya ada beberapa etika yang harus diperhatikan saat hendak mengantarkan jenazah.

Baca juga :

Pertama, hukumnya sunnah mengantarkan jenazah dengan berjalan kaki dan makruh jika memakai kendaraan. Kedua, dimakruhkan bila mengantar jenazah beramai-ramai hingga menimbulkan suara bising, atau membicarakan masalah dunia jenazah.

Ketiga, mengantarkan jenazah harus dilakukan sampai proses penguburan betul-betul selesai. Keempat, sang pengantar jenazah diperkenankan untuk berjalan di depan dan di dekat mayit.

“Bagi para pengantar, makna dari kegiatan ini adalah untuk merenungi sebuah kematian (tafakkur),” tutur Ustadz Fauzan Amin, saat dihubungi Okezone via pesan singkat, Selasa (19/3/2019).

Lebih lanjut, Fauzan menjelaskan, Rasullullah SAW pernah bersabda:

مَنْ شَهِدَالْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّي عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاتٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ قِيْلَ "وَمَا الْقِيْرَاطَانِ؟"قاَلَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ (متفق عليه)

Artinya : "Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya, maka ia mendapatkan pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan penguburannya, maka mendapatkan dua qirath. Nabi ditanyakan: " Apa maksud satu qirath? Nabi menjawab, satu qirath seperti gunung yang besar,” (HR. Imam Bukhari & Muslim).

Lalu, apakah benar jika semakin banyak jumlah iring-iringan menandakan bahwa orang yang meninggal itu baik semasa hidupnya?

Fauzan menceritakan sebuah riwayat yang menjelaskan, ketika ada orang meninggal, masyarakat di sekitar diajak melakukan persaksian bahwa si mayat adalah orang sholeh. Ini biasanya di lakukan paska sholat janazah oleh imam.

“Namun, banyak tidaknya yang datang lawatan tidak bisa jadi ukuran baik buruknya si mayat. Bisa jadi karena orang terkenal maka yang datang banyak. Wallahu a'lam,” tutup Fauzan.

(ren)

  • #Menguburkan Jenazah
  • #Pengantar Jenazah
  • #Iringan Jenazah

Tanggapan tentang pesan pesan mengantarkan jenazah ke tempat Pemakaman

Pertanyaan :

Assalamualaikum Ustadz,

Selama ini saya sering melihat banyak orang yang mengantarkan jenazah sebelum dimakamkan. Yang jadi pertanyaan saya yaitu:

1. Apa keutamaan mengantarkan jenazah?

2. Bagaimana tata cara melakukannya? Seringkali orang-orang yang mengantarkan jenazah seperti terburu-buru atau bahkan ngebut di jalan raya sehinnga membahayakan keselamatan orang lain.

Terima kasih atas jawaban Ustadz.

Wassalamualaikum

Donny

Jawaban :

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Mengantarkan jenazah atau mengiringinya merupakan bentuk ibadah yang dijanjikan mendapat pahala sebesar dua gunung Uhud. Sebagaimana yang kita dapat dari hadits berikut ini.

Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Siapa yang mengantarkan jenazah seorang muslim dengan iman dan ihtisab hingga menyalatkannya dan selesai penguburannya, sesungguhnya dia akan kembali dengan membawa 2 qirath. Masing-masing qirath seperti gunung Uhud. Siapa yang menyalatinya saja kemudian pulang sebelum dikuburkan, sesungguhnya dia pulang membawa 1 qirath"

Tanggapan tentang pesan pesan mengantarkan jenazah ke tempat Pemakaman

Sedangkan tata cara mengantarkannya serta adab-adabnya antara lain:

1. Hendaknya para pengantar jenazah mengambil pelajaran berharga atas pengalamannya mengusung dan mengantarkan jenazah. Yaitu sebuah penggambaran bahwa dirinya suatu ketika akan menjadi yang diantarkan.

Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda,"Jenguklah orang sakit dan iringilah jenazah, dengan demikian kalian akan mengingat akhirat."

2. Tidak bercanda atau bicara masalah dunia

Sambil mengantar kepergian jenazah itu, tentu bukan pada temptnya untuk ngobrol atau bicara di luar konteks. Para pengantar itu harus berkonsentrasi untuk memikirkan bekal apa yang sudah disiapkannya untuk perjalanan ke negeri akhirat.

Sedangkan pembicaraan duniawi atau bahkan bercanda-riapada momentum itu termasuk adab yang buruk dan tidak layak dilakukan.

3. Tidak mengeraskan suara

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. bahwa ketika beliau berjalan mengiringi jenazah, beliau mendengar seseorang bersuara keras, "Mintakan ampunan untuk mayit ini, semoga Allah SWT mengampunimu." Maka Ibnu Umar ra. berkata,"Allah tidak mengampunimu, mungkar bila mengeraskan suara dan bertentang dari apa yang seharusnya dilakukan dalam suasana ini, seharusnya bertadabbur dan tafakkur dan mengambil pelajaran dari kematian"

4. Boleh naik kendaraan

Bila seseorang sudah tua dan tidak mampu berjalan kaki, atau bila jarak ke pemakaman cukup jauh, dibolehkan untuk naik kendaraan. Adapun bila sebagian berjalan kaki dan sebagian naik kendaraan, maka posisi kendaraan ada di belakang barisan. Sedangkan posisi orang yang berjalan kaki boleh di depan, boleh di belakang, serta boleh di samping kanan dan kiri jenazah.

Dari Tsauban ra. berkata bahwa Rasulullah SAW dibawakan tunggangan ketika mengantarkan jenazah. Namun beliau menolak untuk menaikinya. Sehingga beliau ditanya sebabnya dan menjawab, "Sesungguhnya para malaikat berjalan kaki dan aku tidak mau naik tunggangan sementara mereka berjalan kaki." Ketika para malaikat itu sudah pergi, maka beliau pun naik kendaraan.

Bahwa Rasulullah SAW keluar mengiringi jenazah Abi Dahdah ra. dengan berjalan kaki, kemudian pulangnya dengan berkendaraan.

Tanggapan tentang pesan pesan mengantarkan jenazah ke tempat Pemakaman

5. Bersegera atau Bergegas

Apabila seorang mayit itu orang shalih, maka ketika diusung dia akan minta dipercepat. Sehingga barangkali dari sinilah ada kebiasaan untuk mengusung jenazah dengan cepat. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan:

Dari Abi Said Al-Khudhri ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila jenazah diangkat dan orang-orang mengusungnya di atas pundak, maka bila jenazah itu baik, dia berkata, "Percepatlah perjalananku." Sebaliknya, bila jenazah itu tidak baik, dia akan berkata,"Celaka!, mau dibawa ke mana aku?" Semua makhluk mendengar suaranya kecuali manusia. Bila manusia mendengarnya, pasti pingsan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun membawa jenazah dengan cepat hingga membahayakan orang lain, tentu harus dihindari. Sebab kaau pun disunnahkan untuk menyegerakan penyelenggaraan jenazah hingga ke pemakaman, bukan berarti harus mengambil resiko yang membahayakan.

Wallahu a'lam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Yusuf Ashidiqie

Iring-iringan pengantar jenazah bergegas meninggalkan pelataran masjid usai melaksanakan shalat jenazah. Masing-masing orang pun berusaha meraih usungan jenazah itu dalam perjalanan menuju ke perkuburan.

Pemandangan tersebut lazim terlihat saat berlangsung pemakaman. Belasan, puluhan bahkan ratusan orang ikut mengantarkan, menguburkan hingga mendoakan yang meninggal agar segala amal ibadahnya di dunia diterima di sisi-Nya.

Agama Islam memang menganjurkan umat untuk menghadiri pemakaman, baik  kerabat, sahabat, kenalan, terlebih jika yang meninggal adalah anggota keluarga. Rasulullah SAW menegaskan hukum sunnah dalam mengantarkan jenazah sekaligus menggotong keranda jenazah itu.

Mengikuti pemakaman adalah satu dari lima hak Muslim atas Muslim yang lain. Lima hak tersebut antara lain menjawab salam, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin serta mengikuti pemakaman.

Dalam kaitan ini, Nabi mengajarkan agar dalam mengantar jenazah hendaknya mempercepat langkah. Sebagaimana tertera dalam satu hadis yang diriwayatkan Bukhari Muslim, bahwa dengan bergegas membawa jenazah, bila jenazah itu orang yang saleh, berarti segera membawanya menuju kebaikan.

Secara garis besar dalam memuliakan jenazah, Nabi SAW telah memberikan petunjuk terperinci. Dimulai dari melayat ke rumah keluarga yang ditinggalkan, menasehati keluarga yang ditinggalkan dengan kesabaran, ikut menshalatkan jenazah, ikut mengiringi jenazah ke pemakaman dan mendoakannya.

Bukan hanya terhadap kerabat orang yang meninggal saja, tuntunan untuk menghormati jenazah juga ditujukan bagi orang-orang sekitar, yakni mereka yang dilewati iring-iringan jenazah. Nabi meminta supaya umat ikut menghormati jenazah tersebut.

Sabda Nabi, ''Kalau kamu melihat jenazah, maka berdirilah, barangsiapa yang mengikuti jangan duduk sampai jenazah diletakkan.''

Turut menghadiri pemakaman, serta tetap tinggal hingga orang yang meninggal dikuburkan, akan bernilai pahala besar. Hal ini dijabarkan oleh Nabi SAW agar menjadi pedoman umat.

''Barangsiapa menghadiri pemakaman sehingga shalat jenazah dilaksanakan akan menerima pahala satu qirat, dan barang siapa menghadiri pemakaman dan tetap tinggal hingga jenazah dimakamkan, ia akan menerima pahala dua qirat.'' (Muttafaq'alaih)  Adapun dua qirat yang dimaksudkan Nabi SAW setara dengan dua gunung besar.

Menguatkan kesetiaan

Nabi tak lupa menganjurkan agar usai pemakaman, seseorang hendaknya berdoa sekaligus memohonkan ampunan atas orang yang meninggal. Inilah yang senantiasa dilaksanakan Nabi SAW sekaligus beliau memerintahkannya pula kepada para sahabat.

Ustman bin Affan RA meriwayatkan, ''Ketika Nabi SAW menyelesaikan pemakaman orang yang meninggal, beliau akan berdiri di atasnya dan bersabda, ''Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mohonkan untuknya agar memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan dari para malaikat, karena bahkan saat ini ia ditanya oleh malaikat.''

Apa hikmah dari amalan tersebut? Dr Muhammad Ali al-Hasyimi menerangkan bahwa anjuran menghadiri pemakaman berguna untuk menguatkan ikatan persaudaraan dan memperdalam rasa kesetiaan di antara mereka.

Melalui keikutsertaan ini, lanjutnya, maka keluarga yang ditinggalkan juga akan merasa nyaman, terhibur, dan terbantu dalam menghadapi kehilangan anggota keluarga mereka dengan sabar dan ikhlas.

Lebih jauh diungkapkan, menghadiri pemakaman merupakan indikasi pemahaman atas kehidupan sosial dalam semua dimensinya. Kehidupan, menurutnya, bukan sekadar persoalan peristiwa-peristiwa yang menggembirakan dan menyenangkan.

''Namun ia adalah juga kegembiraan dan kesedihan, kesenangan dan duka cita, kemudahan dan kesulitan, tawa dan air mata,'' papar Dr Muhammad dalam bukunya The Ideal Muslim.

Tanggapan tentang pesan pesan mengantarkan jenazah ke tempat Pemakaman