Setelah tewasnya Jenderal Mallaby siapakah yang menggantikan kedudukannya?

Setelah tewasnya Jenderal Mallaby siapakah yang menggantikan kedudukannya?
Lihat Foto

Istimewa

BrigJen Mallaby memegang bendera putih dan Residen Sudirman duduk di muka mobil

KOMPAS.com - Setelah Jepang menyerah dan Perang Dunia II selesai, pasukan Sekutu yang diwakili oleh militer Inggris tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945.

Tujuan kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia saat itu adalah untuk melucuti tentara Jepang dan membebaskan orang-orang Eropa yang menjadi tawanan perang.

Namun, tentara Sekutu justru menyulut amarah para pemuda Surabaya karena mempersenjatai orang-orang Belanda yang ditawan Jepang.

Konflik ini pecah menjadi pertempuran yang menewaskan jenderal Inggris. Jenderal inggris yang tewas dalam pertempuan di Surabaya bernama AWS Mallaby.

Aubertin Walter Sothern Mallaby atau juga dikenal dengan Brigadir AWS Mallaby berasal dari Brigade Infanteri India 49 Maratha.

Keluarnya ultimatum AFNEI pada tanggal 9 November 1945 bagi rakyat Surabaya disebabkan insiden di Gedung Internatio yang menewaskan AWS Mallaby.

Berikut kronologi tewasnya Mallaby di Surabaya.

Baca juga: Mengapa Sekutu Datang ke Indonesia Setelah Perang Dunia II Selesai?

Brigjen Mallaby tewas di Gedung Internatio

Setelah mendarat di Surabaya, Mallaby mengutus Kapten Douglas MacDonald untuk menghubungi pemimpin revolusioner Indonesia, yaitu Moestopo.

Dalam pertemuan itu, Moestopo menyatakan bahwa pihaknya tidak akan menentang pasukan Sekutu, yang diwakili Inggris, untuk menjalankan tugasnya.

Pasukan Sekutu kemudian bekerja di bawah pengawasan dari arek-arek Suroboyo.

Setelah tewasnya Jenderal Mallaby siapakah yang menggantikan kedudukannya?

Jenderal Mallaby. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10 November 1945, terjadi puncak perang antara warga Surabaya dan Inggris. Perang tersebut dipicu kematian Jenderal Mallaby di Surabaya saat ia hendak mengunjungi Gedung Internatio pada 30 Oktober 1945, dan ketidaksetujuan rakyat terhadap kedatangan pasukan Inggris di Surabaya.

Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby CIE OBE (12 Desember 1899 – 30 Oktober 1945) adalah seorang perwira Angkatan Darat India-Inggris yang tewas karena baku tembak selama Pertempuran Surabaya. Pada saat kematiannya, Mallaby merupakan seorang Komandan (CO) Brigade Infanteri India ke-49.

Mengutip dari BALL OF FIRE The Fifth Indian Division in the Second World War, Kematian Mallaby menjadi peristiwa besar permusuhan di Surabaya setelah kemerdekaan Indonesia yang memicu aksi militer pembalasan oleh pasukan Inggris di Kota Pahlawan yang diserukan oleh Divisi India ke-5.

Namun kematian Jenderal Mallaby masih menjadi misteri karena terdapat banyak versi akan kematian Sang Komandan tersebut.

Melansir dari LPM Manunggal, dalam film Sang Kiai karya Rako Prijanto yang tayang pada 2013 menceritakan kerusuhan yang terjadi karena perselisihan antara massa dengan tentara Inggris berujung bentrokan. Supir dan ajudannya lalu pergi ke Gedung Internatio untuk menyampaikan pesan sang jenderal dan meninggalkan komandan yang tengah mengamati kerusuhan massa dari dalam mobil sendirian.

Namun tiba-tiba mobil didatangi oleh seorang pemuda yang merupakan seorang santri Pondok Pesantren Tebuireng bernama Harun. Jenderal Mallaby lalu menoleh ke Harun setelah Harun mengetuk jendela mobilnya. Pintu depan terbuka dan Harun langsung menembak sang Jenderal Mallaby. Supir dan ajudannya yang melihat kejadian itu pun berusaha menolong sang Jenderal, namun seorang diantara mereka juga turut terkena terkena tembakan dari Harun.

Orang-orang yang selamat lalu melempar granat ke arah mobil dan sukses membunuh Harun serta Jenderal Mallaby yang terluka di dalamnya.

Tetapi apa yang ditayangkan dalam film Sang Kiai tidak sejalan dengan karya ilmiah yang ditulis J. G. A. Parrott dengan judul Who Killed Brigiader Mallaby. Dalam artikel ini, ditulis melalui perspektif Kapten R.C. Smith. Ia mengatakan bahwa seseorang yang masih berusia muda menembak Mallaby dari kaca pintu depan mobil dengan pistol.

Dalam artikel itu juga ada kesaksian Dr. Ruslan Abdulgani, dimana ia mendengar kabar dari beberapa pemuda bahwa mobil sang jenderal meledak. Sesaat sebelum meledak, mobil yang ditumpangi Jenderal Mallaby dihujani peluru oleh orang dari pihak Indonesia. Dr Ruslan pun terkejut dan memerintahkan untuk tutup mulut perihal masalah ini lantaran dapat membawa dampak negatif bagi masyarakat Surabaya.

Versi lainnya yaitu dikatakan oleh Tom Driberg yang merupakan anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Perdebatan yang terjadi di House of Commons atau Parleman Inggris, Tom mengatakan bahwa Mallaby tewas karena kesalahpahaman 20 tentara pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak dengan pejuang Indonesia. Padahal kala itu masa gencatan senjata masih berlaku. Peristiwa tersebut terjadi karena ada komunikasi yang terputus dari pasukan India.

Des Alwi juga menulis versi lain dalam bukunya yang berjudul Pertempuran Surabaya, November 1945. Dalam buku yang ia tulis, Mallaby tewas karena peluru yang salah sasaran (friendly fire) dari tentara Inggris sendiri. Versi tersebut berdasarkan pengakuan Muhammad, seorang tokoh pemuda yang masuk ke Gedung Internatio untuk mendinginkan suasana.

Di dalam Gedung Internatio, Muhammad mengatakan kepada Des Alw bahwa ia melihat tentara Inggris menyiapkan mortir yang diarahkan ke kerumunan massa yang mengelilingi mobil Mallaby.

Pengganti Jenderal Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh pun menerbitkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya agar pada 9 November 1945, paling lambat pukul 18.00 untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Pejuang Surabaya menolak, dan melakukan perlawanan sengit pada keesokan harinya, terjadilah pertempuran 10 November yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

VALMAI ALZEA KARLA

Baca: Kontroversi Kematian Jenderal Mallaby

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Liputan6.com, Jakarta - Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau lebih dikenal dengan sebutan Brigjen Mallaby adalah sosok penting yang memicu terjadinya pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Pertempuran Surabaya 10 November dinilai sebagai pertempuran terbesar yang terjadi di Indonesia setelah deklarasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Lebih dari itu, pertempuran Surabaya juga disebut sebagai pertempuran terberat bagi pejuang Indonesia melawan pasukan asing selama sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

Pertempuran Surabaya terjadi antara milisi Indonesia di Surabaya melawan pasukan sekutu dibawah pimpinan Brigjen Mallaby.

Brigjen Mallaby adalah Komandan Brigade 49 Divisi India dengan kekuatan kurang lebih 6.000 pasukan yang merupakan bagian dari Allied Force Netherlands East Indies (AFNEI).

Pasukan ini dikirim ke Indonesia setelah Perang Dunia II dinyatakan selesai. Tugasnya untuk melucuti persenjataan pasukan Jepang. Namun, pasukan ini ditunggangi oleh Netherlands Indies Civil Administration) yang berniat mengembalikan Indonesia ke tangan Hindia Belanda.

Sayangnya, niat tersebut tercium oleh arek-arek Suroboyo yang selanjutnya melakukan perlawan bertub-tubi dan berakhir dengan kemenangan di pihak Indonesia.

Mulai dari insiden Hotel Yamamoto, di mana sejumlah milisi Indonesia merobek bendera Belanda yang berkibar di atas hotel yang kini bernama Hotel Majapahit, hingga kematian Brigjen Mallaby merupakan pemicu terjadinya pertempuran Surabaya 10 November.

Di antara peristiwa yang paling dikenang saat pertempuran 10 November adalah kematian Brigjen Mallaby. Tewasnya seorang jendral dalam pertempuran adalah hal luar biasa, baik bagi pihak Inggris maupun Indonesia.

Lantas, siapa sebenarnya Brigjen Mallaby? Merangkum dari sejumlah sumber, Liputan6 mengumpulkan fakta menarik untuk mengenal lebih dekat sosok penting di balik pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Setelah tewasnya Jenderal Mallaby siapakah yang menggantikan kedudukannya?

Perbesar

Seorang tentara Inggris memeriksa bangkai mobil Brigjen Mallaby yang tewas pada 30 Oktober 1945 di Surabaya. (Istimewa)

Kelahiran

Brigjen Mallaby lahir di Britania Raya pada 12 Desember 1899 dari pasangan William Calthorpe Mallaby dan Katharine Mary Francis.

Bukan Tentara Perang

Patrick Heren, seorang penulis, mengatakan bahwa Brigjen Mallaby adalah seorang “tentara pemikir” yang lebih mengedepankan dialog daripada berperang.

Kehidupan Pribadi

Mallaby menikah dengan Margaret Catherine Jones dan dikarunia seorang anak bernama Sir Christopher Mallaby yang kelak menjabat sebagai Duta Besar Inggris untuk Jerman.

Dimakamkan di Menteng Pulo Jakarta

Mallaby tewas pada 30 Oktober di Surabaya, tepatnya di dekat Jembatan Merah akibat akibat tembakan dari milisi Indonesia. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Ereveld Meteng Pulo, Jakarta.

Identitas Pembunuh Tak Pernah Terungkap

Hingga kini tak ada yang tahu pasti siapa sebenarnya yang melepaskan tembakan kepada Mallaby di Jembatan Merah yang merenggut nyawanya itu. Meski begitu, ada sejumlah spekulasi terkait hal itu.

Spekulasi Kematian Mallaby, Bukan Tertembak?

Captain R.C. Smith, seorang yang berada dalam mobil bersama Mallaby membenarkan ada tembakan dari pihak milisi Indonesia yang mengarah pada Mallaby.

Tak lama setelah terkena tembakan, Mallaby pun tewas di tempat. Namun, R.C Smith menyebut dirinya melempar granat ke arah milisi, tetapi tak tahu apakah mengenai sasaran atau tidak.

Dari granat yang tak diketahui arahnya itu, terdapat spekulasi yang menyatkaan bahwa kematian Mallaby tidak disebabkan tembakan melainkan ledakan granat yang salah sasaran.

Lanjutkan Membaca ↓