Sedangkan orang utan merupakan fauna yang ada di wilayah indonesia bagian

Indonesia memiliki tiga spesies orangutan, yakni orangutan Sumatera (Pongo abelii), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Ketiganya berstatus Kritis (Critically Endangered/CR) berdasarkan daftar merah IUCN. Ini diakibatkan karena hilangnya hutan yang menjadi habitat primata satu ini, padahal orangutan memiliki peran penting untuk menjaga regenerasi hutan, yakni sebagai penebar biji.

Orangutan merupakan satwa yang dilindungi dalam hukum nasional, berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam CITES, status ketiga spesies orangutan ini adalah Appendix I yang artinya spesies ini tidak boleh diperdagangkan. Sayangnya, primata ini banyak diburu karena dianggap hama oleh masyarakat di sekitar habitatnya. Tidak hanya itu, bayi orangutan juga banyak diperjualbelikan secara illegal dan ini adalah sebuah tindak kejahatan.

A. ORANGUTAN SUMATERA

Ciri-ciri fisik:

  • Orangutan Sumatera (Pongo abelii) mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan. 
  • Panjang tubuhnya sekitar 1,25 meter sampai 1,5 meter. 
  • Berat orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sedangkan yang jantan sekitar 50-90 kilogram. Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan.
  • Jantan dewasa umumnya penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdiri dari 1-2 orangutan dan kedua jenis kelamin mempunyai daya jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah disapih pada umur 3,5 tahun, anak orangutan akan berangsur-angsur independen dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih kecil. Orangutan Sumatera betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun.

Sekitar 60% makanan orangutan adalah buah-buahan seperti durian, nangka, leci, mangga dan buah ara, sementara sisanya adalah pucuk daun muda, serangga, tanah, kulit pohon dan kadang-kadang telur serta vertebrata kecil. Mereka juga tidak hanya mendapatkan air dari buah-buahan tetapi juga dari lubang-lubang pohon. Orangutan Sumatera diketahui menggunakan potongan ranting untuk mengambil biji buah. Hal ini menunjukkan tingkat intelegensi yang tinggi pada orangutan Sumatera.

MENGAPA SPESIES INI PENTING

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) adalah jenis orangutan asli Indonesia yang paling terancam di antara dua spesies orangutan yang ada di Indonesia. Orangutan Sumatera mempunyai perbedaan dalam hal fisik maupun perilaku dibandingkan dengan 'saudaranya' di Borneo. Spesies yang saat ini hanya bisa ditemukan di provinsi-provinsi bagian utara dan tengah Sumatera ini kehilangan habitat alaminya dengan cepat karena pembukaan hutan untuk perkebunan dan pemukiman serta pembalakan liar.

Saat ini terdapat 13 kantong populasi orangutan di Pulau Sumatera. Dari jumlah tersebut, kemungkinan hanya tiga kantong populasi yang memiliki sekitar 500 individu dan tujuh kantong populasi terdiri dari 250 lebih individu. Enam dari tujuh populasi tersebut diperkirakan akan kehilangan 10-15% habitat mereka akibat penebangan hutan sehingga populasi ini akan berkurang dengan cepat.

Menurut IUCN, selama 75 tahun terakhir, populasi orangutan sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%. Dalam IUCN Red List, Orangutan Sumatera dikategorikan Kritis (Critically Endangered).

B. ORANGUTAN KALIMANTAN

Ciri-ciri fisik:

  • Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) adalah bagian dari keluarga besar kera dan merupakan mamalia arboreal terbesar.
  • Satwa ini memiliki rambut panjang dan kusut berwarna merah gelap kecoklatan, dengan warna pada bagian wajah mulai dari merah muda, merah, hingga hitam.
  • Berat orangutan Borneo jantan dewasa bisa mencapai 50 hingga 90 kg dan tinggi badan 1,25 hingga 1,5 m. Sementara jantan betina memiliki berat 30 - 50 kg dan tinggi 1 m.
  • Bagian tubuh seperti lengan yang panjang tidak hanya berfungsi untuk meraih makanan seperti buah-buahan, tetapi juga untuk berayun dari satu pohon ke pohon lainnya, menggunakan jangkauan dan kaki untuk pegangan yang kuat.
  • Pelipis seperti bantal yang dimiliki oleh orangutan Borneo jantan dewasa membuat wajah satwa ini terlihat lebih besar. Akan tetapi, tidak semua orangutan Borneo jantan dewasa memiliki pelipis seperti bantal.
  • Jakun yang dimiliki dapat digelembungkan untuk menghasilkan suara keras, yang digunakan untuk memanggil dan memberitahu keberadaan mereka.

Ekologi dan Habitat

  • Orangutan Borneo lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah (di bawah 500 m diatas permukaan laut) dibandingkan di dataran tinggi.
  • Hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari daerah jelajah Orangutan, karena lebih banyak menghasilkan tanaman berbuah besar dibandingkan dengan hutan Dipterocarpaceae yang kering dan banyak mempunyai pohon-pohon tinggi berkayu besar, seperti keruing.
  • Orangutan Borneo sangat rentan dengan gangguan-gangguan di habitatnya, meskipun P.P. Morio menunjukkan toleransi yang relatif tak terduga mengenai degradasi habitat di bagian utara Pulau Borneo.

MENGAPA SPESIES INI PENTING

Pada tahun 2004, ilmuan memperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Diantara ketiga sub-spesies orangutan Borneo tersebut, P.p. pygmaeus merupakan sub-spesies yang paling sedikit dan terancam kepunahan, dengan estimasi jumlah populasi sebesar 3,000 hingga 4,500 individu di Kalimantan Barat dan sedikit di Sarawak, atau kurang dari 8% dari jumlah total populasi orangutan Borneo.

"HUTAN kita dan segala isinya merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Bukan saja bagi kita di Indonesia, namun juga bagi seluruh umat manusia. Hutan yang berkualitas mendukung kehidupan seluruh mahluk hidup, termasuk manusia, satwa dan tumbuhan.".

Pernyataan itu disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya pada 2017, saat merayakan Hari Orang Utan Sedunia yang diperingati setiap 19 Agustus.

Orang utan, adalah salah satu spesies satwa primata endemik Indonesia yang dinilai memilik kecerdasan lebih ketimbang lainnya. Satwa ini merupakan satu-satunya primata jenis kera besar di Asia

Baca juga: Gelombang Capai 6 Meter Berpotensi Terjadi di Perairan Indonesia

Di luar Indonesia, dikenal juga simpanse, yang bahkan diklaim sebagai makhluk paling cerdas di dunia setelah manusia.

Simpanse, dalam bahasa Inggris sering disingkat chimp adalah nama umum untuk dua spesies yang masih hidup dari kera dalam genus Pan.

Sungai Kongo membentuk batas habitat alamiah dari kedua spesies ini, yakni simpanse biasa (Pan troglodytes) di Afrika Barat dan Afrika Tengah) dan Bonobo (Pan paniscus) di hutan Republik Demokrasi Kongo.

Selama ini, publik di Indonesia lebih banyak mengetahui bahwa orang utan ada dua spesies saja, yakni orang utan yang ada di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera.

Dalam bahasa ilmiah, para ilmuwan sepakat menggolongkan orang utan yang hidup Kalimantan dengan sebutan Pongo pygmaeus sedangkan di Pulau Sumatra sebagai Pongo abelii.

Pada laman https://indonesia.go.id disebutkan bahwa spesies orang utan Kalimantan terdiri atas tiga subspesies, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus, yang ditemukan berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak (Malaysia), Pongo pygmaeus wurmbii ditemukan dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito, dan Pongo pygmaeus morio, tersebar mulai dari Sabah sampai ke selatan mencapai Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.

Sebaran orang utan di Kalimantan ditemukan di hampir seluruh hutan dataran rendah, kecuali Kalimantan Selatan, Brunei Darussalam, dan sedikitnya ditemukan di Sabah dan Serawak, Malaysia.

Kemudian di Sumatra, sebaran orang utan hanya menempati bagian sisi utara pulau tersebut, yakni dari Timang Gajah, Aceh Tengah, hingga daerah Sitinjak di Tapanuli Selatan.

Spesies Pongo tapanuliensis

Dalam perkembangannya, ternyata Indonesia memiliki lagi satu spesies lain orang utan, yang dikenal sebagai orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis).

Memang masih berada di Pulau Sumatra, namun spesis orang utan Tapanuli ini berbeda.

Dari morfologi dan perilaku, orang utan Tapanuli memiliki tengkorak dan tulang rahang yang lebih halus ketimbang orang hutan Sumatra dan Kalimantan.

Selain itu, orang utan Tapanuli memiliki bulu lebih tebal dan keriting, dengan orang utan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar, yang dipenuhi rambut halus berwarna pirang.

Dari persebaran habitat, spesies orang utan baru ini hanya dapat ditemukan di ekosistem Batang Toru, di tiga kabupaten, yakni Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.

Dalam laman indonesia.go.id disebutkan penemuan spesies ketiga orang utan ini diawali dari penelitian populasi orang utan sumatra, sebagai hasil kerja sama antara KLHK, LIPI, IPB, Universitas Nasional, serta Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orang Utan Sumatra (YEL-SOCP), yang telah berlangsung sejak 1997.

Sebelumnya, orang utan di hutan Tapanuli dianggap sebagai populasi orang utan paling selatan dari orang utan Sumatra, yaitu termasuk spesies Pongo abelii.

Merujuk sumber sumatranorangutan.org, perbedaan genetika adalah alasan pertama untuk menjadikan orang utan Tapanuli sebagai spesies tersendiri yang berbeda dengan spesies Pongo abelii.

Secara historis, konon pemisahan genetika dari orang utan Sumatra terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari orangutan Kalimantan terjadi sekitar 670.000 tahun yang lalu.

Penelitian dimaksud juga mengindikasikan, orang utan Tapanuli justru merupakan moyang dari kera besar tersebut.    

Flagship species

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno saat melepasliarkan lima individu orang utan pada peringatan Hari Orang Utan Sedunia, 19 Agustus 2021, di dalam kawasan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TANAKAYA) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat dan Yayasan IAR Indonesia (YIARI) menyampaikan pesan pentingnya optimisme dalam setiap upaya yang kita lakukan untuk pelestarian satwa liar.

"Orang utan merupakan salah satu flagship species yang terus menjadi prioritas Kementerian LHK melalui berbagai upaya konservasi agar keberadaannya di alam tetap terjaga dan berkembangbiak dengan baik," katanya.

Ia menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang mendukung kegiatan pelepasliaran itu.

Perlu menjadi kesadaran bersama upaya konservasi tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri, dan perlu bergandengan dengan pihak terkait, seperi pemerintah daerah, kementerian/ lembaga lain, perguruan tinggi, masyarakat setempat, pelaku bisnis, lembaga-lembaga masyarakat dan media.

Orang utan merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang merupakan bagian penting dari kekayaan hayati Indonesia. Saat ini, diketahui ada tiga spesies orangutan yaitu orang utan Sumatra (Pongo abelii), orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), dan orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis).

Ketiganya digolongkan dalam kategori Critically Endangered atau spesies yang kritis oleh IUCN Red List 2017 dan kategori Dilindungi Peraturan Menteri LHK no.106/Menlhk/2018 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Karenanya, peringatan Hari Orang Utan Sedunia menjadi ajang guna mengajak masyarakat untuk lebih peduli juga melindungi habitat dan keberadaan orang utan agar terhindar dari kepunahan. (Ant/OL-1)