Sebutkan dampak negatif sifat tamak terhadap harta

Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya memperingatkan umat manusia tentang bahayanya sifat tamak atau serakah. Meski sudah berusia tua dan mungkin ajal akan segera tiba, sifat tamak atau serakah masih bisa muncul pada dirinya jika tidak bisa mengontrol hawa nafsunya.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap manusia pasti akan menjadi tua. Namun jiwanya tetap muda mengenai dua perkara, yaitu tamak akan harta benda dan selalu ingin panjang umur." (HR Muslim).

Dalam sabda Nabi Muhammad SAW lainnya, dijelaskan bahwa keinginan manusia akan harta benda tidak ada habisnya karena tamak atau serakah. Seorang manusia yang tamak akan berhenti menginginkan harta benda setelah mati dan dikubur hingga tanah memenuhi mulutnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Andai kata manusia itu telah mempunyai harta benda sebanyak dua lembah, mereka masih ingin untuk mendapatkan satu lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya tanah (maut atau kematian). Dan Allah menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya." (HR Muslim).

Di akhir hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW menyampaikan bahwa Allah menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya. Artinya sebelum ajal tiba, orang-orang masih bisa bertaubat dari ketamakan atau keserakahannya pada dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham

Hati-hati dengan sifat tamak atau rakus. Tamak harta melahirkan dosa; menipu, mencuri, merampok, korupsi dan kikir alias bakhil bin medit.

Tamak dengan wanita juga bisa berbahaya; padahal sudah ada di rumah yang halal; karena ia rakus, diterabaslah rambu syar'i; akhirnya ia zina dan menumpuk kebohongan yang satu ke kebohongan yang lain.

Tamak akan kekuasaan juga lebih dahsyat dampaknya! Akan tumbuh kembang kezaliman yang menumbuh-subur praktik oligarki, kolusi, berkuasa dengan tangan besi, menghalalkan segala cara; sikut-sikutan dengan yang dulu padahal teman dan kerabat, bahkan saling jegal-menjatuhkan serta tidak sedikit saling angkat parang dan pistol kemudian saling bunuh; menjilat yang di atas; menyikut yang di samping; menginjak yang di bawah.

Hmm, ngeri bukan bahaya sifat tamak ini? Meski ada pula tamak yang halus lagi indah bahkan akan membuat pesona dengan celetar yang membahana terutama bagi para Penghuni langit! Apa itu? Ya, tamak akan ilmu dan rahmat-Nya. 

Tamak ilmu mengangkat derajat dan kelas kita di hadapan Allah (QS. Al Mujadilah [58]: 11); tamak rahmat-Nya, insya Allah menaburkan kasih-sayang yang menyemesta (QS al-Furqan[ 25]: 63-77).

Dalam kajian tashawwuf lawan kata tamak adalah qonaah (menerima dengan lapang dada). Jika tamak adalah yang tumbuh dari akar hati yang buruk maka qonaah adalah yang tumbuh karena hati yang baik.

Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya. Sedang menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar.

Sifat ini dijelaskan oleh Syeikh Ahmad Rifai dalam Riayah Akhir sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya, yang kemudian pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah SWT, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama.

Sifat rakus terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan oleh beliau seperti orang yang haus yang hendak minum air laut, semakin banyak ia meminum air laut, semakin bertambah rasa dahaganya.

Maksudnya, bertambahnya harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena keberhasilan dalam mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta benda baru yang lebih banyak.

Tabiat orang tamak senantiasa lapar dan dahaga dengan urusan dunia. Makin banyak yang diperoleh dan menjadi miliknya, semakin rasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih banyak lagi.

Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan dari apa yang dimiliki, tetapi sebaliknya menjadi satu beban hidup. Semoga Alllah jauhkan kita dari sifat menghina-hancurkan ini. Wallahu A’lam.

Sebutkan dampak negatif sifat tamak terhadap harta

Sebutkan dampak negatif sifat tamak terhadap harta

refleksi


sumber ilustrasi : GOOGLE

1.  Tamak terhadap Harta

Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja mencari nafkah dengan cara baik dan halal. Dengan bekerja, manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, harta benda juga harus dimanfaatkan untuk tujuan beribadah kepada Allah Swt.

Tahukah kalian, kepemilikan harta yang melimpah terkadang bisa memunculkan perilaku buruk, yaitu kecintaan berlebihan terhadap harta benda atau tamak? Dikarenakan kecintaannya terhadap harta yang mendalam, sebagian manusia hendak menimbun harta untuk kepentingan pribadi. Semakin bertambah jumlah harta seseorang maka akan memunculkan sikap serakah dan hasrat yang tak terkendali terhadap harta kekayaan. Ia akan selalu berusaha mengejar dan mencari kekayaan dengan segala macam cara. Tak peduli halal atau haram, yang penting harta benda dapat terkumpul dalam genggamannya. Ia pun tidak akan pernah merasa puas dan bersyukur terhadap apa yang dimilikinya, dan senantiasa berusaha meraih segala sesuatu yang belum menjadi miliknya. Sikap seperti inilah yang disinyalir Allah dalam al-Quran surat at-Takatsur bahwa sejatinya manusia memiliki kecenderungan untuk tamak dan serakah terhadap harta. Keinginan untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya tidak pernah berakhir dalam diri manusia sampai ia masuk ke liang lahat.

a. Pengertian tamak

Pada zaman sekarang, banyak manusia yang lebih mengejar kehidupan mewah dan berlaku konsumtif daripada hidup sederhana dan apa adanya. Padahal, salah satu efek negatif dari gaya hidup konsumtif adalah menumbuhkan sifat tamak terhadap harta. Lantas, apakah yang dimaksud dengan tamak terhadap harta?

Tamak terhadap harta adalah suatu keinginan yang besar untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Hal ini didorong oleh kecintaan yang berlebihan terhadap harta, atau bisa juga dipicu lewat pergaulan dan gaya hidup hedonis dan konsumtif.

Islam tidak melarang seseorang untuk mencintai harta. Hanya saja Islam mengingatkan agar kecintaannya terhadap harta itu bukan dijadikan sebagai tujuan hidup. Sebab tujuan hidup manusia tidak terletak pada kecukupan harta, tetapi kepuasan ruhani yang mengantarkan manusia pada kenikmatan hidup yang hakiki di masa yang akan datang.

Selain itu, al-Quran juga mengungkapkan bahwa harta dan anak-anak tidak lain hanyalah perhiasan dunia. Namun, yang lebih hakiki dan abadi yaitu amal-amal saleh manusia sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Coba renungkan firman Allah dalam surah al-Kahfi [18] ayat 46, berikut :

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا ٤٦

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS. al-Kahfi [18]: 46)

Lain halnya dengan pernyataan dalam surah at-Takatsur. Kecenderungan manusia untuk berbanyak-banyak harta tidak akan selesai hingga kematian menjemputnya. Sepanjang hayat masih dikandung badan, keinginan manusia untuk menambah dan mengumpulkan harta tidak akan putus. Semakin bertambah kekayaan yang diperoleh dan dikuasainya, semakin tinggi pula semangatnya untuk menambah kekayaan. Bahkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya manusia ada yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas maka dia akan tetap mengharapkan mempunyai lembah yang ketiga.”

Jakarta -

Tamak merupakan salah satu sikap rakus yang sangat dilarang dalam ajaran Islam. Karena sifat tamak akan memberi dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Tamak juga merupakan salah satu penyakit hati. Adapun yang menggoda seseorang untuk berbuat tamak bisa karena harta dan kekuasaan.

Sebab Tamak karena harta, manusia pada umumnya sangat mencintai harta, tidak merasa puas dengan harta yang sedikit maupun yang banyak, terus mencari harta dan manusia sesungguhnya sangat tamak pada harta dan senang memanjangkan angan-angan.

Ini firman Allah Swt dan sabda Rasulullah :
"Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." ( QS Al-Fajr [89] : 20 ). "Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan". ( QS. Al- Adiyat [100] : 8 ).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta."

Harta menjadikan tujuan sehingga seseorang menjadi sangat mencintainya, lupa bahwa sifat harta ini adalah fana. Sebetulnya harta yang dimiliki seorang hambah adalah hartanya yang digunakan untuk sedekah dan harta yang digunakan pada jalan Allah lainnya. Pakaian yang bermerk terkenal dan asesorisnya akan habis terpakai. Makan makanan di restauran yang premium dengan sekali makan berharga jutaan rupiah per orang, terasa enak di lidah hanya sebentar dan nantinya habis terbuang. Dalam firman Allah diatas jelas sekali bahwa kita diingatkan untuk tidak mencintai harta yang berlebihan. Harta diperlukan dalam kehidupan dan jadikanlah harta ini menjadi sarana bekal akhirat nanti. Harta dan panjang angan-angan membuat seorang hamba dengan hati yang tua renta menjadi muda karena keduanya.

Kecintaan terhadap harta, terbukti telah banyak menggelincirkan para pemimpin (daerah maupun kementerian). Cara hidup atau gaya hidup yang hedonis dan menjadikan seperti saling berlomba, hal ini mempercepat seseorang yang 'mempunyai wewenang' untuk berkreasi dalam mendapatkan harta. Jika seorang hamba yang telah tergelincir dengan hukum dunia telah terhukum, namun dalam hatinya masih merasa benar, bagaimana nanti hisabnya dikehidupan kekal kelak ? Semoga Allah memberikan hidayah agar hatinya menjadi lembut dari hati yang keras.

Panjang angan-angan, merasa masih berusia panjang adalah penyakit berbahaya dan kronis bagi manusia. Jika penyakit ini menjangkiti seorang Hamba, maka itu akan membawa kepada indikasi yang lebih serius. Misalnya ia mulai menjauhi perintah Allah Swt, enggan bertaubat, cinta kepada dunia, lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, dan membuat hati menjadi keras. Manusia tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah diperolehnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.' Kemudian Allah mengampuni orang yang bertaubat." ( Diriwayatkan Al-Bukhari ).

Adapun orang yang tamak kepada harta dan tidak menggunakannya di jalan Allah Swt. maka orang yang demikian pasti celaka dan binasa. Ia akan mengalami kesusahan di dunia dan akhirat. Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat adalah orang yang paling kurang beruntung. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa daripada tempat tinggal yang kekal, dan menukar kehidupan yang abadi nan nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang.

Sebab tamak karena kekuasaan, kita simak sabda Rasulullah dan Firman Allah Swt. Sabda Rasulullah, "Sesungguhnya kalian akan berambisi kepada kempemimpinan. Dan hal itu nantinya akan jadi penyesalan pada hari Kiamat, maka kenikmatan (bayi) yang menyusu dan kejelekan (bayi) yang disapih." ( Diriwayatkan Al-Bukhari ). Kenikmatan bayi yang menyusu maksudnya nikmat mendapat kedudukan, harta, kelezatan yang nyata dan tidak nyata ketika ia mendapatkan kepemimpinan tersebut. Dan kejelekan bayi yang disapih maksudnya ketika ia berpisah (lengser) dari kepemimpinan, apakah dengan sebab kematian atau dengan sebab lainnya, dan juga keburukan ketika mendapatkan hukuman di akhirat atas kepemimpinan tersebut.

Seorang Guru berkata, "Ambisi manusia kepada jabatan dan kedudukan (kepemimpinan) merupakan sebab terjadinya peperangan di antara manusia sampai banyak orang yang terbunuh, harta mereka dirampas dan juga berbagai kerusakan besar terjadi di muka bumi dengan sebab ketamakan manusia kepada kepemimpinan." Rasulullah Saw sudah mengingatkan manusia agar tidak tamak, tidak bercita-cita dan tidak berambisi kepada jabatan dan kekuasaan, karena kalau itu diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya, atau kepada orang yang tidak mampu atau tidak jujur dan amanah, maka pasti akan terjadi kerusakan di muka bumi dan pemutusan silaturrahim.

Allah Swt berfirman, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya. ( QS. Muhammad [47] : 22-23 ). Atas peringatan ini sebenarnya menjadi seorang pemimpin bukanlah mudah karena jika membuat kerusakan di muka bumi, maka janji Allah akan jatuh padanya.

Tamak yang disebabkan karena kedudukan / jabatan / kekuasaan, hal ini menjadi daya tarik yang sangat dahsyat, karena jk kekuasaan dipegang maka hartapun mudah didapat. Disini penulis tidak akan memberikan gambaran atau contoh, karena mudah ditemukan di masyarakat.

Ketamakan ini merupakan sikap tercela yang dapat merusak 'ubudiyah. Bahkan menjadi pangkal semua kesalahan. Ketamakan menandakan adanya ketergantungan dan penghambaan manusia terhadap manusia. Disini terlihat kehinaan dan kenistaan dari sikap tamak. Nasihat dari Ibnu Atha'illah, " Tidaklah tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan." Oleh karena itu, janganlah menanam benih ketamakan dalam hati sehingga tumbuh pohon kehinaan yang dahan dan rantingnya akan bercabang-cabang.

Bagaimana dengan kita? Untuk menghindari sikap tamak ini hendaknya kita memperkuat keyakinan pada sifat-sifat Allah Yang Maha Kuasa, bahwa Dia Maha Pemberi rezeki juga menjamin rezeki semua makhluk. Semoga kita termasuk golongan hamba yang selalu menyakini sifat-sifat Allah tersebut.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)

(erd/erd)