Perpaduan antara kamera objektif dengan subjektif disebut dengan

Ilustrasi patung sebagai seni rupa tiga dimensi. Foto: Pexels.com

Setiap karya seni tiga dimensi memiliki nilai estetis seni rupa tiga dimensi tersendiri yang menjadi daya tarik para penikmat seni. Nilai ini berfokus pada keindahan suatu karya seni yang dihasilkan seorang seniman.

Bedasarkan buku Analisa Karya Seni Rupa Tiga Dimensi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seni rupa tiga dimensi adalah seni rupa yang memerlukan ruang karena memiliki ukuran panjang, lebar, dan volume ruang pada setiap karyanya.

Dengan begitu, karya seni rupa tiga dimensi terlihat sangat jelas secara visual. Selain itu, wujud karya tersebut juga dapat dinikmati dari berbagai arah.

Contoh karya seni rupa tiga dimensi yang sering kita temui, yaitu patung, topeng, keramik, kriya, bangunan, dan boneka.

Nilai Estetis Seni Rupa Tiga Dimensi

Menurut buku Modul Pembelajaran SMA, Seni Budaya yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mempelajari seni tidak terlepas dari persoalan estetika yang identik dengan keindahan suatu karya seni.

Nilai estetis seni rupa tiga dimensi dapat bersifat objektif dan subjektif. Nilai estetis objektif memandang keindahan karya seni rupa berada pada wujud karya seni itu sendiri. Dalam artian, keindahan tampak kasat mata.

Keindahan suatu karya seni rupa tersusun dari komposisi yang baik, perpaduan warna yang sesuai, dan penempatan objek yang membentuk suatu kesatuan. Keselarasan dalam menata unsur-unsur visual pada suatu karya seni juga dapat meningkatkan nilai estetis karya tersebut.

Selanjutnya, nilai estetis subjektif juga menekankan bahwa keindahan suatu karya seni bergantung pada selera penikmatnya. Sebagai contoh kamu sangat tertarik dengan suatu karya seni patung, tetapi teman kamu yang lainnya tidak tertarik.

Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat subjektif.

Unsur Seni Rupa Tiga Dimensi

Ilustrasi patung sebagai seni rupa tiga dimensi. Foto: Pexels.com

Nilai etetis seni rupa tiga dimensi akan selalu berkaitan dengan unsur-unsur karya seni yang membuatnya menjadi suatu kesatuan. Berikut ini unsur seni rupa tiga dimensi menurut buku Modul Pembelajaran SMA, Seni Budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Titik merupakan unsur karya seni rupa yang paling dasar dan paling kecil. Dengan sebuah titik, seseorang bisa mendapatkan ide baru dalam berkarya seperti membuat garis dan ruang.

Garis merupakan goresan atau batas pada suatu benda, ruang, dan bidang. Penggunaan garis dalam sebuah gambar juga memiliki kesan tertentu. Misalnya, garis lurus mempunyai kesan keras, sedangkan garis patah-patah memiliki kesan kaku.

Salah satu karya seni rupa yang dibentuk atau terbentuk dari hubungan beberapa garis disebut bidang. Unsur ini memiliki dimensi panjang, lebar, atau disebut juga pipih.

Berdasarkan jenisnya, tekstur terbagi menjadi dua macam, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata mempunyai nilai dan kandungan yang sama dengan indra penglihatan dan peraba. Sedangkan tekstur semu tidak mempunyai nilai dan kandungan yang sama dengan indra penglihatan dan peraba.

Pengenrtian bentuk menurut bahasa, dapat berarti bangun atau bentuk plastis. Bangun ialah bentuk benda yang polos, seperti yang terlihat oleh mata. Sedang bentuk plastis ialah bentuk benda yang terlihat dan terasa karena adanya unsur nilai benda tersebut.

Camera angle atau sudut penempatan kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action yang ada dalam film, misalnya dengan teknik close up dan lain sebagainya. Penempatan sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor di antaranya analisa pada skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman panjang dan ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif sifatnya. Akan tetapi jika kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita dalam membuat sebuah shot.

Penempatan sudut kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya adalah jika kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis axis kamera, maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih kecil baik secara fisik atau lebih rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan untuk memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. Sedangkan penggunaan Low Angle – Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton diposisikan lebih rendah dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajatnya dalam tatanan sosial. Hal seperti ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja, hakim, dan sebagainya. Kemudian ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama tingginya dengan level subjek atau jika subjek berdiri/duduk kamera berada pada aksis yang sama dengan posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan tapi bukan Point of View.


Pada dasarnya kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu:
Angle objektif maksudnya adalah kamera menjadi point of view cerita, artinya penonton melihat semua elemen visual yang sutradara berikan dalam filmnya. Contoh yang paling gampang adalah dalam film dokumenter di mana orang-orang tidak melihat ke arah lensa kamera atau dalam candid shot/kamera tersembunyi.
Angle subjektif maksudnya adalah seperti personal view point artinya penonton berpartisipasi dalam sebuah shot seperti pengalaman sendiri. Contohnya adalah shot dari udara atau aerial shot yang memperlihatkan pemandangan kota. Atau birds point of view. Jika seorang aktor melihat langsung ke arah lensa/penonton maka penonton di sini juga berpartisipasi dalam sebuah shot tersebut, maka bisa juga disebut angle subjektif. Point of view adalah pandangan subjektif dari subjek dalam scene. Maksudnya jika kita melihat seorang aktor melihat ke arah langit kemudian shot selanjutnya adalah arak-arakan mega di langit maka shot ke dua tersebut adalah point of view subjek tersebut.
Shot sering didefinisikan sebagai sebuah aktivitas perekaman dimulai dari menekan tombol rekam pada kamera hingga diakhiri dengan stop. Sedangkan Scene adalah sering diartikan sebagai tempat atau setting di mana sebuah cerita akan dimainkan, hal ini tentu saja terpengaruh dari dunia teater atau panggung. Sebuah Scene bisa terdiri dari beberapa shot atau bisa saja satu shot panjang yang disebut sebagai Sequence shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa scene dan shot dalam satu kesatuan yang utuh.
Tipe-tipe dari shot dibagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada komunikasi visual, ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan informasi kepada penonton maka kita memerlukan beberapa penekanan atas informasi penting tersebut, maka dari itu kita memerlukan detail penyampaian informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot, misalnya kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat detail atau menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan.
Type of shot:
  • Long shot
  • Medium close up
  • Medium shot
  • Knee shot
  • Full shot
  • Close shot
  • Extreme close up
  • Close up
  Pergerakan kamera atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha menggerakan kamera atau subjek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan tiga dimensi sebuah ruangan, di mana penonton seakan bergerak masuk/keluar atau bergerak ke kanan/ke kiri mengikuti atau meninggalkan subjek.
Pada dasarnya Camera Movement terbagi dalam beberapa bagian besar yaitu:
  1. Subjek bergerak ke arah kamera/meninggalkan kamera
  2. Kamera bergerak ke arah subjek/meninggalkan subjek
  3. Kamera dan Subjek bergerak/mengikuti subjek
  4. Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg bergerak di dalam lensa.
Sebelum menggerakan kamera/subjek sebenarnya ada hal yang paling mendasar bagi cinematographer maupun filmmakernya yaitu:
  1. Kapan kamera/subjek harus bergerak
  2. Mengapa kamera/subjek harus bergerak
Dikutip Dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi


Page 2