Dilihat 20,567 pengunjung Hari Kebangkitan Nasional selalu diperingati pada tanggal 20 Mei. Peringatan tersebut tak lepas dari peranan para tokoh nasional dan juga organisasi Boedi Oetomo dalam membangkitkan semangat perjuangan bangsa untuk menuju kemerdekaan. Salah satu Kebijakan Politik Etis dari Belanda di bidang edukasi secara tidak langsung telah menciptakan perkembangan dalam pendidikan kaum bumiputera, seperti melahirkan tokoh-tokoh intelektual yang menggagas pergerakan nasional. STOVIA Pergerakan nasional diawali dengan didirikannya sekolah kedokteran Belanda, STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Di penghujung abad ke-19, berbagai wabah penyakit tersebar di Pulau Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah ini karena sangat mahal untuk mendatangkan dokter dari Eropa. Maka dari itu, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan STOVIA untuk menghasilkan dokter-dokter yang berasal dari kalangan pribumi. STOVIA membebaskan biaya pendidikan bagi mahasiswanya untuk menarik minat kaum bumiputera. Tidak hanya melahirkan dokter yang cakap dalam bidang kesehatan, STOVIA juga melahirkan tokoh-tokoh aktivis cendekiawan yang berintelektual. Aktivis-aktivis kritis ini membuka jalan menuju kemerdekaan Indonesia. Sebut saja dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Mereka semua adalah para aktivis intelektual sekaligus pendiri Boedi Oetomo, yakni organisasi pertama di masa pergerakan nasional. STOVIA berperan menjadi tempat persemaian para remaja-remaja pribumi dalam menumbuhkan semangat nasionalisme. Di sana mereka bertukar pikiran dan ide untuk memajukan bangsa ini serta bangkit dari keterpurukan kolonialisme pemerintah Hindia-Belanda. Boedi Oetomo Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti yang telah disebutkan tadi. Boedi Oteomo didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Berdirinya Boedi Oetomo tidak terlepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA. Wahidin sebelumnya bertemu dengan dr. Sutomo dan Suraji untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah pertemuan tersebut dr. Sutomo pun mengadakan pertemuan secara nonformal dengan pelajar-pelajar STOVIA untuk membahas berdirinya organisasi yang bersifat nasional. Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang positif, yaitu lahirnya “Perkumpulan Boedi Oetomo”. Boedi Oetomo selaku organisasi pelajar ini secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Tanah Air, di mana jangkauan geraknya yang semula hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk masyarakat Tanah Air seluruhnya dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan juga agama. Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan. Karena hanya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, beberapa anggotanya seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) keluar dari Boedi Oetomo sebab menginginkan gerakan yang lebih militan dan langsung bergerak dalam bidang politik. Namun, Boedi Oetomo tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk berjuang di bidang sosial-budaya dan pendidikan. “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”, itulah semboyan Boedi Oetomo yang menggunakan filsafat Pohon Beringin. Meski tumbuhnya lambat, semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang. Bangkitnya pergerakan nasional Meskipun Boedi Oetomo tidak langsung terjun ke bidang politik, namun semangat dan pemikiran para anggotanya telah menjadi pemicu api perjuangan untuk melepaskan bangsa ini dari jajahan kolonialisme. Hal ini terbukti dengan tumbuhnya organisasi-organisasi yang juga berjuang di bidang politik secara diplomatis seperti Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, Muhammadiyah, dan masih banyak yang lainnya. Boedi Oetomo telah mengubah perjuangan bangsa Indonesia yang awalnya secara dilakukan secara fisik menjadi perjuangan secara diplomatis. Boedi Oetomo juga mengubah perjuangan yang bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional. Terakhir, Boedi Oetomo telah memprakarsai satu hal yang paling penting, yaitu membangkitkan semangat nasional untuk mencapai Indonesia merdeka. Hari Kebangkitan Nasional 2021: Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh! Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-113 ini, tema yang diusung adalah “Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh!”. Tema ini mengingatkan kita bahwa semangat kebangkitan nasional mengajari untuk selalu optimis menghadapi masa depan. Mari kita hadapi semua tantangan dan persoalan bersama-sama sebagai pewaris ketangguhan bangsa ini. Selamat Hari Kebangkitan Nasional Sobat SMP! Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP Referensi: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/budi-utomo-20-mei-1908-awal-pergerakan-nasional-indonesia-menuju-indonesia-merdeka/ Buku Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1997
Mata pelajaran: IPS Sejarah Kelas: XI SMA Kategori: Gerakan Kemerdekaan di Asia dan Afrika. Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.6 Kata kunci: Pergerakan kebangsaan, kaum muda Jawaban: "Pergerakan kebangsaan dapat tumbuh karena digerakkan oleh kaum muda yang terdidik." Maksud pernyataan tersebut:gerakan yang bersifat kebangsaan atau nasional dipelopori oleh para pelajar yang terdidik. Mereka menuntut ilmu di sekolah yang didirikan oleh belanda, aada juga yang berasal dari pribumi yang menuntut ilmu di luar negeri kemudian kembali ke Indonesia. Pergerakan Kebangsaan timbul dari kaum muda yang sadar bahwa perjuangan dengan cara sederhana atau cara tradisional melawan penjajah Belanda tidaklah berhasil malah banyak menimbulkan korban jiwa. Oleh karena itu mereka membentuk organisasi kebangsaan yang beranggotakan pelajar yang berbeda-beda ras, agama,suku dan budaya. Organisasi kebangsaan bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pembahasan: Munculnya golongan terpelajar setelah mereka mendapat pendidikan Barat Masyarakat Indonesia tersebut mempelajari berbagai paham yang ada di Eropa, salah satunya yaitu nasionalisme Indonesia. Golongan terpelajar menyadari bahwa berada dalamkeadaan yang serba terbelakang. Golongan terpelajar bangkit membentuk kekuatan sosial baru yang berjuang tidak hanya untuk perbaikan nasib dan kesejahteraan, tetapi juga untuk kemerdekaan nasional. Golongan terpelajar berjuang untuk menghapuskan penjajahan. Golongan terpelajar menyadari perlunya persatuan dan kesatuan seluruh lapisan masyarakat. Cita-cita nasionalisme Indonesia harus ditumbuhkembangkan. Kemerdekaan tidak mungkin tercapai apabila persatuan dan kesatuan segenap lapisan rakyat tidak dapat diwujudkan. Golongan terpelajar mengubah pandangan bersifat kedaerahan menjadi pandangan yang bersifat nasional. Golongan terpelajar yakin bahwa dengan rasa nasionalisme yang tinggi dapat mengusir para penjajah dari tanah air . Nasionalisme Indonesia merupakan ikatan kekuatan yang kuat bagi semua suku untuk terciptanya persatuan nasional Indonesia. Golongan terpelajar sadar bahwa untuk menghimpun kekuatan rakyat Indonesia diperlukan organisasi yang anggotanya dari berbagai profesi sebagai wadah dan alat perjuangan. Tokoh-tokoh pimpinan pergerakan nasional sadar bahwa nasionalisme Indonesia dapat berkembang apabila pendidikan diterapkan. Dalam rangka mewujudkan gagasan tersebut, organisasi-organisasi dan tokoh-tokoh nasional mendirikan sekolah-sekolah. Sekolah tersebut bertujuan guna mendidik kader pimpinan organisasi yang tangguh serta menanamkan nasionalisme kepada anak didik. Program pendidikan dari pemerintah kolonial direspon baik oleh rakyat Indonesia. Tetapi ada kesalahan tafsir mengenai guna sekolah. Rakyat senang bersekolah karena akan menaikkan status mereka bukan karena mendapatkan banyak ilmu dari pendidikan yang ditempuhnya. Dibentuklah pergurunan kebangsaan yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara, Mohammad Syafei, dan E.F.E. Douwes Dekker. Ki Hajar Dewantara pada tahun 1920, mendirikan Perguruan Taman Siswa. Tujuan dibentuknya Perguruan Taman Siswa ialah mendidik generasi muda agar menjiwai kebangsaan Indonesia, semangat anti penjajahandan rasa nasionalisme. INS (Indonesische Nederlandsche School) Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei. Tujuannya guna mendidik generasi muda untuk mengabdi kepada kepentingan bangsa Indonesia. Untuk itu perguruan ini menanamkan tradisi semangat kerja, aktif-kreatif, dan mandiri. Tradisi amat dibutuhkan sebagai modal perjuangan menuju kemerdekaan sekaligus mengisi kemerdekaan nantinya. Pada tahun 1924 E.F.E. Douwes Dekker membangun Ksatrian School. Tujuannya guna menumbuhkan harga diri dan kepercayaan sebagai manusia merdeka di kalangan murid bumiputera. Pada tahun 1928, didirikan Perguruan Rakyat guna menyelenggarakan kursus lanjutan mengenai bahasa, ilmu bangsa-bangsa, ilmu sosial, tata negara, geografi, dan tata buku. ∆Semoga membantu dan bermanfaat ^_^∆ |