Penyakit jantung kelas 1 2 3 pada ibu hamil

Penyakit jantung kelas 1 2 3 pada ibu hamil

Oleh: dr. Fajar H. Panjaitan

Menjadi ibu hamil merupakan anugerah bagi seorang wanita. Kehamilan sering menjadi hal yang sangat ditunggu tidak hanya oleh seorang wanita tetapi oleh keluarga. Proses kehamilan merupakan fenomena yang begitu menakjubkan untuk seorang wanita. Namun bagaimana dengan seorang wanita yang memiliki kelaianan jantung? Apakah masih bisa tetap hamil? Bagaimana dengan kondisi si janin?

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling banyak terjadi dari seluruh kehamilan. Di negara barat penyakit jantung bawaan menjadi penyakit kardiovaskular paling banyak selama kehamilan (75-82%) yang didominasi oleh lesi pirau (20-65%). Sedangkan di negara non barat penyakit katup rematik menjadi penyakit jantung terbanyak pada kehamilan sekitar 20-65%. Komplikasi terberat yang muncul adalah kardiomiopati, meskipun angka kejadiannya jarang. Salah satunya adalah Peripartum Cardiomyopathy.

Dalam merencanakan kehamilan seorang wanita yang memiliki penyakit kardiovaskular harus mendapat perhatian khusus. Seorang dokter wajib untuk memberikan informasi dan edukasi tentang segala resiko pada kehamilan yang akan dihadapi oleh sang ibu dan juga janinnya serta memastikan sang ibu dan keluarga memahami dengan baik. Selama merencanakan proses kehamilan hingga akhirnya hamil, ibu dengan penyakit kardiovaskular harus mendapat pemantauan ketat oleh tim dokter. Selain itu penilaian resiko dapat digunakan dalam memutuskan apakah seorang wanita dengan penyakit kardiovaskular dapat hamil atau melanjutkan kehamilannya atau tidak. Prinsip umum dalam pengelompokkan resiko telah dibuat oleh WHO.

Tabel 1. Prinsip Klasifikasi WHO untuk Resiko Kardiovaskular pada ibu hamil

Kelas

Resiko kehamilan berdasarkan kondisi medis

I

Tidak didapati peningkatan resiko kematian ibu dan tidak ada atau terdapat angka kesakitan yang rendah

II

Peningkatan kecil resiko kematian ibu atau peningkatan ringan angka kesakitan

III

Peningkatan signifikan resiko kematian ibu atau angka kesakitan yang tinggi. Pada kondisi ini dibutuhkan konseling ahli. Jika merencanakan kehamilan, dibutuhkan pengawasan ketat oleh dokter spesialis jantung dan spesialis kandungan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas

IV

Peningkatan resiko kematian ibu yang sangat tinggi atau angka kesakitan yang tinggi. Pada kondisi ini, kehamilan merupakan kontraindikasi. Jika kehamilan terjadi, terminasi kehamilan harus dipertimbangkan. Jika kehamilan dilanjutkan, pasien diperlakukan seperti kelas 3.

Selain itu, kondisi janin pada ibu degan kardiovaskular juga menjadi perhatian. Merokok saat kehamilan, obstruksi pada sisi jantung kiri, NYHA kelas >II atau sianosis, penggunaan antikoagulan saat kehamilan, dan penggunaaan katup mekanik merupakan beberapa prediktor yang dapat memunculkan kejadian pada neonates dari ibu dengan penyakit jantung. Beberapa kejadian yang muncul pada neonatus seperti kelahiran premature, Kecil masa kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, dan sindrom distress pernapasan.

Metode persalinan yang dipilih akan didasari oleh rencana yang sudah diatur sejak awal perencanaan kehamilan dengan mempertimbangkan kondisi ibu saat mendekati waktu bersalin. Penggunaan induksi, metode induksi, dan obat analgesik juga harus dipertimbangkan saat persalinan.   Proses persalinan secara normal di rumah sakit lebih dipilih dibandingkan dengan operasi selama bukan merupakan kasus yang berat. Hal ini dikarenakan pada persalinan normal darah yang hilang lebih sedikit dan juga resiko terjadinya infeksi lebih rendah dibandingkan operasi Caesar. Selain itu resiko terjadinya thrombosis vena dan tromboembolisme  meningkat pada operasi Caesar. Pasien dianjurkan dalam posisi Left Lateral Decubitus untuk meningkatkan aliran balik vena ke jantung. Pasien juga tidak dianjurkan untuk mengedan dengan tujuan mengurangi efek valsava yang dapt timbul. Persalinan dapat dibantu dengan menggunakan forceps. Operasi Caesar harus dipertimbangkan pada ibu hamil dengan penggunaan obat antikoagulan, Sindrom Marfan dengan diameter aorta >45mm, diseksi aorta akut atau kronik, dan gagal jantung. Pada kasus persalinan dengan resiko tinggi, persalinan harus dilakukan di Rumah Sakit dengan fasilitas dan tim multidisiplin yang memadai. Perubahan hemodinamik setelah melahirkan sangat rentan terjadi dalam 12-24 jam pertama yang dapat memicu gagal jantung pada ibu dengan penyakit jantung struktural, sehingga pemantauan ketat harus dilakukan minimal dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.

Sumber: ESC 2011 ESC Guidelines on the management of cardiovascular diseases during pregnancy

Penyakit jantung kelas 1 2 3 pada ibu hamil

iStock

TIngkatan penyakit jantung yang perlu diperhatikan jika igin hamil

Nakita.id – Gangguan penyakit jantung ternyata memiliki tingkatannya.

Dari kelas satu, hingga kelas empat yang dimana semakin tinggi kelasnya semakin parah gangguannya.

Berikut tingkat penyakit jantung agar Moms selalu waspada, seperti dijelaskan oleh dr. Oni Khonsa, SpOG, dokter ob-gyn di RS Tambak, Jakarta Selatan.

Baca Juga : Cara Minum Air Putih Ala Terapi Air Jepang, Bisa Turunkan Berat Badan!

Gangguan Jantung Kelas Satu

Gangguan ini dikategorikan masih ringan karena penderita biasanya tidak merasakan gangguan yang berarti.

Moms masih bisa beraktivitas seperti biasa, tidak mengalami jantung berdebar, tidak mudah lelah, tidak sesak napas, dan lainnya.

Namun jika diperiksa kesehatan jantungnya, sebenarnya Moms mengalami gangguan jantung yang ditunjukkan dengan detak jantung tidak stabil.

Untuk gangguan jantung seperti ini, biasanya dokter mengizinkan untuk hamil.

Asal Moms memperbaiki pola hidup lebih sehat, mengontrol gangguan jantungnya agar tidak lebih parah, dan terus kontrol kesehatan sebelum dan saat hamil.

Gangguan Jantung Kelas Dua

Gangguan ini dikategorikan sedang.

Seperti pada gangguan kelas satu, Moms masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, semisal, melakukan pekerjaan rumah.

Baca Juga : Rutin Minum Campuran Air Hangat dan Sari Jeruk Nipis, Tubuh Akan Alami Manfaat Ini!

Akan tetapi, Moms tidak boleh terlalu letih karena akan muncul gejala, seperti: sesak napas, jantung berdebar, sangat letih, muncul keringat dingin, dan lainnya.

Pada kondisi ini, dokter biasanya masih mengizinkan Moms hamil.

Tetapi Moms harus memperbaiki dan mengontrol kesehatan jantungnya dengan melakukan terapi obat, menjaga asupan nutrisi yang sehat untuk jantung, menjaga kebugaran tubuh, dan lainnya.

Dokter biasanya mengingatkan Moms harus lebih ekstra dalam memerhatikan aktivitasnya agar tidak terlalu letih, mengalami stres, kurang istirahat, dan lainnya.

Gangguan Jantung Kelas Tiga

Gangguan pada tahap ini biasanya sudah dalam kategori berat karena penderita harus lebih banyak beristirahat agar tidak muncul keluhan sesak napas, lemah dan lemas, jantung berdebar, nyeri di dada, serta lainnya.

Biasanya Moms disarankan tidak melakukan aktivitas pekerjaan rumah meskipun terlihat ringan dan mudah.

Misalnya seperti mencuci piring, mengepel, menyapu, apalagi mencuci pakaian.

Pada kondisi gangguan jantung kelas tiga, sebaiknya Moms tidak hamil karena kondisi hamil akan membahayakan kesehatan Moms.

Saat hamil, beban tubuh semakin berat sehingga butuh tenaga lebih untuk bergerak dan hal ini akan semakin membebani kerja jantung.

Belum lagi dengan keluhan lain yang umumnya muncul saat hamil yang dikhawatirkan membahayakan kinerja jantung.

Akan tetapi, gangguan jantung kelas tiga ini bisa diturunkan menjadi kelas satu atau dua melalui tindakan operasi untuk mengatasi gangguan tersebut, misalnya.

Jika sudah turun kelas, Moms bisa aja diizinkan hamil.

Baca Juga : 7 Manfaat Kesehatan Tak Terduga Daun Salam, Lebih dari Bumbu Dapur!

Gangguan Jantung Kelas Empat

Pada kondisi ini, jangankan untuk hamil, beraktivitas sedikit saja, Moms sudah mengalami kesulitan karena kesehatan jantungnya sudah sangat menurun.

Moms pun perlu bantuan obat-obatan, bantuan pernapasan, diet makanan, dan lainnya.

Biasanya dokter tidak mengizinkan Moms untuk hamil dan Moms harus fokus mengatasi gangguan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News