Penguasaan tempat panggung pementasan merupakan unsur

Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:

1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.

II. Unsur-unsur dalam lighting.

Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan. 2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah. 3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna. 4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.

5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.

Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.

Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.

III. Istilah dalam tata cahaya.

1. lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light, dll.

2. holder: dudukan lampu.

3. kabel: penghantar listrik.

4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.

5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.

6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.

7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.

8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.

9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.

10. silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.

11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.

12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.

13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)

14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).

Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).

ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA

Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:

• Fungsi dan kualitas cahaya

• Aspek rekabentuk dalam cahaya

• Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.

• Aspek optik – iaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.

• Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater

• Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna

• Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory

• Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues’

10 TRIK APLIKASI WARNA

1. Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.

2. Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.

3. Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.

4. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.

5. Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.

6. Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.

7. Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.

8. Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.

9. Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.

10. Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.

Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.

paket-wisatabromo.com-Sebutkan Sembilan Unsur Pementasan Drama yang Kamu Ketahui! Jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut tersaji berikut ini.

Sembilan Unsur Pementasan Drama yang Kamu Ketahui!

Berikut ini adalah unsur-unsur pementasan drama. setidaknya ada delapan unsur pementasan drama, yaitu naskah drama, pemain atau aktor/aktris, sutradara, tata rias, tata busana, tata pentas, tata lampu, tata suara, dan penonton.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur pementasan drama tersebut.

1. Naskah Drama

Pementasan drama dilakukan berdasarkan naskah drama. Dalam naskah drama terdapat dialog dan teks samping yang akan menjadi panduan pementasan.

Naskah drama ini biasanya dibagi menjadi babak demi babak dan adegan demi adegan.

Dalam naskah drama termuat nama-nama tokoh dalam cerita, peran tokoh, dialog yang diucapkan, lakuan yang dilakukan para tokoh, alur cerita, dan penataan panggung.

2. Pemain (Aktor dan Aktris)

Pemain merupakan orang yang memerankan cerita di atas pentas. Aktor adalah pemain laki-laki, sedangkan aktris adalah pemain perempuan.

Pemain ini akan menentukan jalan cerita drama. Karena itu, seorang pemain harus dapat memahami tokoh yang diperankan dan harus dapat memerankannya dengan penghayatan yang tepat.

Dengan alasan ini, peran pemain ini sangat penting dalam pementasan sehingga Waluyo (2003:35) menyatakan bahwa aktor dan aktris menjadi tulang punggung pementasan.

Dengan aktor dan aktris yang tepat dan berpengalaman, serta didukung naskah dan sutradara yang baik, sebuah pementasan akan menjadi bermutu.

3. Sutradara

Tugas sutradara adalah mengkoordinasi segala anasir pementasan, sejak latihan sampai dengan pementasan selesai.

Tugas sutradara meliputi mengurus acting para pemain, mengurus kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis.

Bahkan, urusan musik, tata panggung, tata lampu, tata rias, kostum, dan sebagainya diatur atas persetujuan sutradara.

Dengan tugas- tugas ini, dapat dipahami bahwa tugas sutradara tidaklah ringan dan mudah.

Selain penguasaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pentas, seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan manajemen dan komunikasi yang bagus.

Sebagai pemimpin pementasan, seorang sutradara mengkoordinir banyak sekali orang, mulai dari pemain, tim tata rias, tim kostum, tim teknis panggung, dan sebagainya.

Meskipun sebagai pemimpin pementasan, seorang sutradara tetap harus mengakomodasi usulan dari tim.

4. Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:131).

Karena itu, penata rias dalam pementasan drama harus memahami peran apa yang akan dimainkan oleh pemain yang diriasnya.

Terkait dengan watak dimensional, penata rias harus memahami dimensi fisiologis, psikologis, dan sosiologis tokoh.

Karena itu, tugas penata rias tidak sekadar membuat aktor menjadi ganteng dan aktris menjadi cantik, tetapi lebih dari itu adalah merias sesuai karakternya.

Penata rias memahami teknik membuat kumis atau jenggot buatan, teknik membuat pemain tampak galak, bahkan teknik membuat pemain menjadi menakutkan seperti hantu.

Secara lebih spesifik, seorang penata rias harus memiliki teknik seni dalam merias, seperti teknik shading hidung, meniruskan pipi, memajukan gigi, menebalkan mata, membuat keriput, membentuk alis dan teknik lainnya.

Selain itu, penata rias juga harus terampil dan cekatan mengingat pemain yang dirias bisa jadi banyak dengan teknik rias yang membutuhkan waktu yang lama.

Penata rias harus memiliki manajemen waktu yang baik sehingga pemainnya bisa siap sebelum pementasan dimulai.

5. Tata Busana

Penata busana dalam pementasan drama membantu aktor membawakan perannya sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:134).

Penata busana mengatur pakaian pemain, seperti bahan, model, dan cara mengenakannya.

Tata busana tidak bisa dipisahkan dengan tata rias. Karena itu, penata rias dan penata busana harus bekerja sama untuk saling menyesuaikan dan saling membantu untuk menciptakan tokoh yang hidup dalam pementasan.

Untuk pementasan dengan latar waktu dan latar sosial yang khas, penata busana harus melakukan riset untuk menentukan kostum yang tepat.

Sebagai contoh, pementasan drama dengan latar waktu sebelum kemerdekaan memerlukan busana-busana yang sesuai dengan masanya.

Begitupun untuk pementasan dengan latar sosial tipikal Suku Dayak. Penata busana harus detil memahami jenis kostum yang tepat.

6. Tata Pentas

Tata pentas adalah segala hal yang terkait dengan penataan tempat pementasan. Istilah tata panggung biasanya digunakan untuk pementasan di panggung.

Namun, pementasan dapat juga dilakukan di arena, tanah lapang, ruangan, atau tampat yang lain. Penata pentas biasanya dilakukan secara tim.

Panggung atau tempat pentas lainnya mendeskripsikan tempat, waktu, dan suasana yang terjadi. Tata pentas ini berhubungan dengan tata lampu dan tata suara.

7. Tata Lampu

Penata lampu bertugas mengatur pencahayaan di panggung. Karena itu, bagian ini sangat terkait dengan tata panggung.

Tata lampu dalam pementasan tidka sekadar memberi penerangan selama pementasan. Lebih dari itu, lampu memiliki banyak fungsi.

Fungsi tata lampu menurut Waluyo (2003:137-138) di anataranya adalah memberi efek alamiah dari waktu (misalnya jam, musim, cuaca, dan suasana), membantu melukis bayangan, mengekspresikan mood dan atmosfer lakon, dan sebagainya.

8. Tata Suara

Tata suara bisa terkait pengaturan pengeras suara (sound system), microphone, musik latar, musik dan suara-suara pengiring, dan sebagainya.

Menurut Waluyo (2003:148), musik dapat menjadi bagian lakon, tetapi yang terbanyak justru digunakan seabgai ilustrasi, baik sebagai pembuka seluruh lakon, pembuka adegan, memberi efek pada lakon, maupun sebagai penutup lakon.

Tata suara berfungsi memberikan efek suara yang diperlakukan lakon, seperti bunyi suara burung, suara tangis, suara kereta api, dan sebagainya.

Untuk memberikan efek tertentu, musik sering digabung dengan suara (sound effect).

Di dalam naskah, tata suara ini sering kali tidak tidak dijelaskan secara detil. Informasi dalam teks samping biasanya bersifat umum, seperti musik pelan, gaduh, sendu, atau sedih.

Musik pengiring sebaiknya berada di balik layar agar tidak mengganggu para pemain dengan volume yang tepat.

9. Penonton

Penonton menjadi unsur penting dalam pementasan drama. Kesuksesan sebuah pementasan drama dapat dilihat dari respon para penonton.

Penonton akan mengapresiasi pementasan sesuai dengan latar belakang pendidikan, ekonomi, ideologi, minat, dan sebagainya.

Baca:

Demikianlah jawaban yang tepat atas pertanyaan mengenai sebutkan sembilan unsur pementasan drama yang kamu ketahui! Semoga bermanfaat.