PENGAWETAN daging dengan jalan mematikan kuman kuman pembusuk yang ada didalam daging disebut

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam keseharian kita pasti tidak terlepas dengan berbagai macam aneka makanan olahan daging. Sebut saja abon, dendeng sayat, dendeng giling, dendeng ragi, daging asap, kornet, daging kuring, sosis, kornetbif dan lain-lain. Makanan ini pastinya sudah sering kita makan sehari-hari, disadari atau tidak kita sadari kita tidak akan terlepas dari makanan olahan daging. Tapi Pernah tidak, kita berpikir apakah aman mengkonsumsi olahan daging ini atau bagaimana sih caranya sehingga daging bisa tahan sampai berhari-hari didalam kemasan ini. Pasti kita akan menjawab, ya dikasihpengawet aja, nggak susah-susah amat kok.

Itu salah satu metode pengawetan makanan tapi bukan itu saja, ternyata ada beberapa metode penyimpanan dan pengolahan agar daging olahan ini tidak menjadi rusak atau basi. Sebenarnya daging itu merupakan komoditas makanan yang paling cepat mengalami kerusakan, terutama disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Daging merupakan media yang ideal bagi perkembangbiakan mikroorganisme, hal ini disebabkan kadar air daging yang sangat tinggi (68-75%), kaya zat yang mengandung nitrogen, mengandung sejumlah zat yang dapat difermentasikan, kaya mineral dan mempunyai pH yang cocok untuk mikroorganisme (5,3-6,5). Daging juga mengalami kerusakan disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu daging, suhu lingkungan, kadar air, kelembapan, jumlah oksigen, tingkat pH, dan kandungan gizinya. Metode yang paling banyak digunakan untuk memperpanjang masa simpan daging dan daging proses adalah dengan pendinginan atau yang lazim disebut refrigerasi pada temperatur antara -2°C sampai 5°C. Disamping itu daging dan daging proses dapat diawetkan dengan proses pembekuan, proses termal (pemanasan) dan dehidrasi (pengeringan). Selain itu dilakukan metode preservasi yaitu suatu metode menghambat atau membatasi reaksi-reaksi enzimatis, kemis dan kerusakan fisik daging dan daging proses. Preservasi dilakukan dengan cara iradiasi, pengepakan, dan perlakuan kimiawi, misalnya dengan cara curing dan pengasaman.

Macam-macam Metode Penyimpanan:

a.Refrigerasi

Penyimpanan karkas atau daging pada temperatur dingin meskipun dalam waktu yang singkat diperlukan untuk mengurangi kontaminasi atau untuk mengendalikan kerusakan dan perkembangan mikroorganisme. Kemungkinan kerusakan daging atau karkas selama penyimpanan dingin dapat diperkecil dengan cara penyimpanan karkas dalam bentuk yang belum dipotong-potong. Penyimpanan dingin biasanya diartikan sebagai pengunaan suhu rendah dalam kisaran 1o sampai 3,50C, suhu yang jauh melebihi permulaan pembekuan otot, tetapi masih berada dalam suhu optimum -2oC dan 7oC bagi pertumbuhan mikroorganisme psikrofilik.

Temperatur internal karkas sesaat setelah pemotongan biasanya berkisar antara 30oC dan 39oC, dan selama proses pendinginan temperatur internal karkas ini harus diturunkan secepat mungkin sampai lebih kurang 5oC atau lebih rendah. Karkas sapi, babi, domba dan anak sapi dapat didinginkan dengan penggantungan di dalam ruang pendingin pada temperature chilling (dingin) −4oC sampai 0oC.

b.Pembekuan dan Penyimpanan Beku

Pembekuan adalah proses yang sangat baik untuk pengawetan daging dan daging proses. Proses pembekuan tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap sifat kualitatif maupun organoleptik termasuk warna dan flavor, tetapi penyimpanan beku bias mengakibatkan penurunan daya terima bau dan flavor. Nilai nutrisi daging secara relatif tidak mengalami perubahan selama pembekuan dan penyimpanan beku dalam jangka waktu terbatas.

Syarat untuk memperoleh hasil daging beku yang baik adalah daging segar harus beasal dari ternak yang sehat, pengeluaran darah pada saat pemotongan harus sesempurna mungkin, temperatur karkas atau daging harus secepatnya diturunkan pada temperatur dingin, periode pelayuan harus dibatasi, karkas atau daging dibungkus dengan menggunakan material yang berkualitas baik dan temperatur pembekuan setidak-tidaknya −18oC atau lebih rendah.

c.Proses Termal

Proses termal adalah metode yang dipergunakan untuk membunuh mikroorganisme pembusuk dan mikroorganisme toksikogenik di dalam daging atau daging proses. Jumlah panas yang dipergunakan pada preservasi daging atau daging proses ada dua macam yaitu pemanasan sedang atau moderat, temperature produk mencapai 58oC sampai 75oC dan pemanasan pada temperature tinggi biasanya lebih tinggi daripada 100oC.

d.Dehidrasi

Dehidrasi daging mempunyai pengaruh preservatif, karena penurunan aktivitas air yang relatif rendah, sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Produk daging kering mempunyai masa simpan yang relatif lama tanpa penyimpanan refrigerasi. Produk sosis kering atau agak kering dan sapi kering, misalnya dendeng telah banyak diproduksi.

Pengeringan dengan menggunakan udara panas banyak dilakukan untuk produk daging giling (lumat) masak. Faktor yang mempengaruhi kualitas produk daging kering udara panas ini adalah temperature, ukuran partikel dan gerakan udara panas. Produk daging kering masih mengandung air kira-kira 5% sampai 6%.

e.Pengeringan Beku

Proses pengeringan beku menghasilkan daging kering dengan kadar air kurang dari 2%. Kualitas daging kering beku tidaak berbeda dengan kualitas daging segar. Proses pengeringan beku dapat dilaksanakan di dalam ruang pembeku vakum dengan tekanan vakum 1,0-1,5 mm merkuri pada temperatur plat 43oC. Laju pengeringan beku tergantung pada transfer panas ke dalam produk daging yang diperlukan untuk kontinuitas proses sublimasi. Laju transfer panas dan pengeringan beku dapat ditingkatkan dengan menempatkan daging langsung pada rak yang dipanasi atau dengan menggunakan energi gelombang mikro.

f.Iradiasi

Metode preservasi daging dengan radiasi pada umumnya menggunakan radiasi mengion terhadap produk. Radiasi mengion adalah radiasi yang mempunyai energy dan cukup untuk melepaskan elektron dari atom serta menghasilkan ion. Dalam praktek, tipe radiasi mengion yang banyak dipergunakan adalah sinar katoda energi tinggi atau sinar X yang dihasilkan oleh elektron yang mengenai target logam berat dan sinar gamma dari sumber-sumber radioaktif.

PENGAWETAN daging dengan jalan mematikan kuman kuman pembusuk yang ada didalam daging disebut
ilustrasi mesin. tecnosoft.eu

JABAR | 11 April 2021 08:01 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Makanan terdiri dari berbagai nutrisi utama seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Karena kandungan nutrisi yang kaya dalam makanan segar, mereka sangat rentan terhadap pembusukan mikroba.

Oleh karena itu, makanan sering dipasteurisasi atau disterilkan untuk menghancurkan muatan mikroba di dalamnya. Makanan yang dipasteurisasi dan disterilkan masing-masing dapat disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama dalam kondisi berpendingin atau kondisi atmosfer normal.

Istilah "pasteurisasi" dan "sterilisasi" terkadang digunakan secara bergantian dan dianggap sama. Padahal, terdapat perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi, mulai dari proses hingga manfaat yang berbeda satu sama lain.

Mengetahui perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi akan membantu Anda memahami mengapa ilmuwan dan produsen dari berbagai industri memilih untuk menggunakan salah satu dari yang lain saat mereka menguji dan membuat makanan, obat-obatan, kosmetik, bahan kimia, dan lainnya.

Berikut ini, akan kami sampaikan apa saja perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi dalam pengolahan makanan yang dilansir dari differencebetween.com.

2 dari 4 halaman

Pasteurisasi adalah metode pengawetan makanan dengan cara memanaskannya untuk membunuh sebagian mikroorganisme yang ada dalam makanan. Oleh karena itu, teknik ini digunakan untuk makanan yang dapat disimpan dan ditangani lebih lanjut dalam kondisi pertumbuhan mikroba yang ditekan. Karena dilakukan dengan pemanasan rendah, sifat makanan tidak akan berubah, dan dapat menjaga nilai gizi makanan.

Dalam proses pasteurisasi, biasanya cairan dipanaskan hingga suhu tertentu untuk jangka waktu yang telah ditentukan diikuti dengan langkah pendinginan segera (Misalnya 63-66 ° C selama 30 menit atau 71 ° C selama 15 detik). Cara ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia dan mikrobiologi Prancis, Louis Pasteur. Teknik ini pertama kali digunakan untuk mencegah asam anggur dan bir, tetapi belakangan ini susu juga dipasteurisasi menggunakan teknik ini. Saat ini, metode ini banyak digunakan untuk memperpanjang umur simpan susu.

Tujuan utama pasteurisasi adalah untuk menghilangkan atau menghancurkan bakteri dan mikroorganisme patogen, namun tidak menghancurkan spora tahan panas seluruhnya karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi. Ini juga ditargetkan untuk menekan aktivitas mikroorganisme tertentu pada makanan tertentu. Oleh karena itu, tidak memberikan produk yang stabil di rak tanpa penyimpanan yang tepat pada suhu rendah.

Tujuan kedua adalah untuk mengurangi aktivitas enzimatis dalam produk. Pasteurisasi bergantung pada ketahanan panas dari mikroorganisme tertentu dan kepekaan panas produk. Dua metode utama pasteurisasi adalah suhu tinggi, waktu singkat (HTST) dan suhu rendah, waktu lama atau Extended Shelf Life (ESL).

3 dari 4 halaman

Sterilisasi adalah bentuk lain dari teknik pemrosesan termal yang menggunakan suhu yang relatif tinggi untuk memperpanjang umur simpan hingga beberapa bulan. Karena spora bakteri jauh lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menghancurkan spora tersebut.

Sterilisasi komersial bergantung pada banyak faktor, termasuk sifat makanan, kondisi penyimpanan makanan setelah proses termal, ketahanan panas mikroorganisme atau spora, dan jumlah awal mikroorganisme yang ada dalam makanan.

Proses sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kategori utama. Yang pertama adalah 'in-container', yang digunakan untuk makanan, yang ditempatkan di wadah seperti kaleng, botol, dan kantong plastik. Yang kedua adalah 'Sistem aliran kontinu untuk proses pengolahan sangat tinggi (UTH), yang umumnya melibatkan pemanasan pada 140 ° C hingga 150 ° C selama 1 hingga 3 detik.

4 dari 4 halaman

PENGAWETAN daging dengan jalan mematikan kuman kuman pembusuk yang ada didalam daging disebut
steriflow.com

Setelah memahami penjelasan sebelumnya, kita bisa tahu bahwa terdapat perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi. Sederhananya, perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi adalah sebagai berikut:

  • Perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi pertama yaitu terlihat dari usia simpan produk, di mana produk yang disterilkan memiliki umur simpan yang lama dibandingkan produk yang dipasteurisasi.
  • Perbedaan pasteurisasi dan sterilisasi kedua yaitu sterilisasi melibatkan pemanasan makanan antara kisaran suhu 110 ° C hingga 120 ° C, sedangkan pasteurisasi melibatkan pemanasan antara 70 hingga 80 ° C.
  • Teknik sterilisasi dapat menghancurkan baik sel vegetatif maupun spora banyak mikroorganisme karena metodenya yang menggunakan suhu tinggi, tetapi pasteurisasi digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroba dan hanya dapat menghancurkan sel vegetatif dari banyak mikroorganisme dan bukan spora mereka.
  • Sifat-sifat makanan dapat sangat berubah dengan proses sterilisasi, namun tidak dengan proses pasteurisasi.
  • Karena suhu yang rendah, pasteurisasi dapat diterapkan untuk makanan yang sangat sensitif terhadap panas dengan tingkat nutrisi yang tinggi. Dan sterilisasi hanya dapat diterapkan untuk makanan tertentu yang tidak terlalu tahan panas.
  • Berbeda dengan proses pasteurisasi, nutrisi pangan dapat dengan mudah hancur pada proses sterilisasi meskipun hal tersebut memperpanjang umur simpan pangan.
(mdk/ank)