Pelajaran apa yang bisa kamu ambil dari puisi di atas

Pahlawan tanpa tanda jasa
Ialah Guru

Show

Yang mendidik ku Yang membekali ku ilmu

Dengan tulus dan sabar

Senyummu memberikan semangat untuk kami
Menyongsong masa depan yang lebih baik

Setitik peluhmu Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar

Untuk murid-muridnya

Terima kasih Guru Perjuanganmu sangat berarti bagiku

Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini

Akan selalu ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku

Puisi Tengang Guru :Kenangan Indah

Setiap masuk kelas Ia bawa hal baru Hingga murid slalu menunggu-nunggu Tak pernah datang terlambat Aturan waktunya sungguh akurat Pelajaranpun penuh dengan variasi Dengan beragam macam aksi Teriakan, tepuk tangan dan tawa

Yel-yel dan nyanyian bergema

Memberi semangat pada semua Memberi dorongan untuk mencoba Dengannya kelas jadi bernyawa

Penuh kesungguhan namun tak hilangkan canda

Puisi Tengang Guru : Pahlawan Pendidikan

Jika dunia kami yang dulu kosong tak pernah kau isi Mungkin hanya ada warna hampa, gelap

tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana

Tapi kini dunia kami penuh warna Dengan goresan garis-garis, juga kata

Yang dulu hanya jadi mimpi

Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi Itu karena kau yang mengajarkan Tentang mana warna yang indah Tentang garis yang harus dilukis

Juga tentang kata yang harus dibaca

Terimakasih guruku dari hatiku Untuk semua pejuang pendidikan Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah

Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin

Hanya ucapan terakhir dari mulutku Di hari pendidikan nasional ini Gempitakanlah selalu jiwamu

wahai pejuang pendidikan Indonesia

Puisi Tengang Guru : Guruku Pahlawanku

Andai kata matahari tiada Dunia akan beku dan bisu pelangi tiada akan pernah terpancar kehidupan tiada akan pernah terlaksana Disaat titik kegalauan menghampiri Terlihat setitik cahaya yang kami cari Yang nampak dari sudut-sudut bibirmu Dan gerak-gerik tubuhmu Engkau sinari jalan-jalan kami yang buntu Yang hampir menjerumuskan masa sepan kami Engkau terangi kami dengan lentera ilmu mu

Yang tiada akan pernah sirna di terpa angin usia

Guru…….. Engkau pahlawan yang tak pernah mengharapkan balasan Disaat kami tak mendengarkan mu Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah Untuk mendidik kami Darimu kami mengenal banyak hal Tentang mana warna yang indah Tentang garis yang harus di lukis Juga tentang kata yang harus dibaca

Engkau membuat hidup kami berarti

Guru…… Tiada kata yang pantas kami ucapkan Selain terimakasih atas semua jasa-jasa mu Maafkan kami bila telah membuatmu kecewa Jasa-jasa mu akan kami semat abadi sepanjang hidup kami Terimakasih guruku, engkau pahlawan ku

Salam Rindu untuk Guru

Guru, Kau bimbing kami tulus Kau didik dengan sabar Setiap letih lelah

Tak kau hiraukan

Guru, Tak bisa ku membalas semua jasa Kau berikan Setiap keluh kesah Setiap tetesan keringat

Kami tetap acuhkanmu

Guru, Di sini tempat ilmu Kami berharap ridho dan ampunanmu Berbakti tuk negara dan agama

Menjadi generasi yang Rabbani

Terima kasih, Guru Bekal ilmu yang telah kau berikan Terima kasih atas kesabaranmu Hanya beribu maaf yang dapat terucap dari kami Agar keikhlasan bersama langkah kami

Salam rindu kami untukmu, Guru…

Puisi Tengang Guru : PEMBUKA GERBANG DUNIA

Dulu aku bodoh Dulu aku sama sekali tak tahu apa-apa Aku tak tahu cara baca tulis

Aku juga begitu bodoh untuk dapat menghitung

Semuanya berubah saat aku mengenalmu Kau yang seringkali kusepelkan dengan sabar membimbingku Kau ajarkan aku baca tulis

Kau tularkan sebundel ilmu hitungan

Kau begitu sabar Kau begitu teliti dan cekatan mengajari dan membimbingku Nggak jarang aku putus asa dan malas dalam belajar

Namun, kau mampu membuka gerbang semangatku kembali

Aku tak tahu jika orang sepertimu tidak terlahir di dunia Akan jadi apakah aku jika orang sepertimu tidak ada Orang yang membuka jalan menuju masa depa

Orang pembuka gerbang dunia untukku

Puisi Tengang Guru : SETETES EMBUN DI PADANG PASIR

Terima kasih tak terukur untukmu Terima kasih tak terkira untukmu Terima kasih sebesar-besarnya untukmu

Termia kasih sekali lagi untukmu

Kau telah memberikan jalan menuju kehidupan yang lebih baik buatku Kau memberikan pertolongan sebelum aku membutuhkannya Kau seperti cahaya dalam ruangan hampa nan gelap

Kau seperti setetes embun di padang pasir

Terima kasih guruku Terima kasih Kau tak akan kulupakan

Jasamu akan abadi sepanjang hayat hidupku

Puisi Tengang Pendidikan : Berpendidikanlah (Oleh: Iin Fajar Duhri Saputri)

Berpendidikanlah ..

Maka hidupmu akan berubah Berpendidikanlah .. Maka mata yang mulanya hitam akan terang Berpendidikanlah ..

Maka resahanmu akan menjadi emas

Banyak orang menganggur karena sekolah Banyak orang pontang-panting karena sekolah Memanglah pendidikan bukan jaminan

Tapi hendaknya berusahalah

Berpendidikanlah .. Dunia tidak hanya membutuhkan kepandaianmu Kini dunia tidak butuh itu Karena cuma pandai itu tidak cukup Yang dibutuhkan hanya tekadmu Niatmu .. Semangatmu ..

Usahamu ..

Pemerintah tidak akan mempersulitmu Gunakan semua fasilitas Semua ini untuk generasi bangsa

Manfaatkan .. manfaatkan ..

Masa depanmu di tanganmu Pendidikan hanyalah jembatan Hanyalah sarana Bangkitlah ..

Majulah ..

Lihat dirimu Apa kau ingin seperti orangtuamu Air mata yang terus membasahi pipinya Apa tak kasihan

Di mana hatimu ..

Ini semua untuknya bukan Ayo bangkitlah Ayo majulah Ayo buktikan

Demi orangtuamu

Hingga dirimu berubah menjadi jingga yang ranum.

Puisi Tengang Pendidikan : Pena (Oleh: Ade Lanuari Abdan Syakuro)

Pena… Kuikat ilmu dengannya…

Kutulis kisah sejarah bersamanya…

Pena… Kugapai cita cita dengannya Tak lupa teriring doa dan usaha

Sebagai wujud penghambaanku pada sang Pencipta

Pena… Bersamanya, kutulis cerita cinta berbau surga Agar manusia tak terjebak pada dunia yang fana

Tak jelas asalnya, tak jelas pula hasilnya

Pena… Simbol peradaban dari zaman purba ke zaman aksara

Di mana manusia tak lagi menghambakan diri pada mitos yang tak jelas asalnya

Pena… Dengannya, hidup manusia menjadi mulia

Lantaran mencari ilmu untuk kesejahteraan dunia.

Puisi Tengang Pendidikan : Tina hitamku (Oleh: Eersta Tegar Chairunissa)

Sunyi, gersang, redup… Itulah diriku 12 tahun sudah mengemban ilmu, dengan rasa pilu Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu Aku harus bangkit, bangkit dan bangkit Demi sebuah kemenangan sejati 12 tahun sudah bersama tinta hitamku, menorehkan kata per kata di atas selembar kertas putih Di sini bukan masalah gelar ataupun pangkat, namun masalah jati diri Bukan untuk menjadi kaya, bukan!! Cukup menjadi sebuah acuan dalam kehidupan Di negeri ini aku menuntut ilmu, mencari hal baru dalam sebuah titik temu Tinta hitam yang ku bawa bersama setumpuk buku Kini menjadi saksi bisu dalam perjalananku Mencapai nilai sempurna bukanlah hal yang mudah Tidak cukup dengan membaca dan menulis. Tak perlu bersandiwara untuk menjadi perwira Benar, aku memang harus giat Giat untuk sukses dalam kiat-kiat Jangan biarkan otak kalian membeku hingga menjadi abu Asahlah layaknya sebuah pisau yang tajam

Yakin bahwa masa depan ada di depan mata.

Puisi Tentang Pendidikan : Mimpi dan cita (Oleh: Elisabeth Yofrida)

Tersenyum aku menahan getir dan rintihan jiwa Sebab impian dan cita-cita terhenti Oleh ketidak mampuanku dan tiadanya dukungan orangtua

Kusimpan mimpiku setelah lepas masa Putih Abu

Perjuanganku belum berakhir Walau setitik harapan sudah kudapat Pada Kota penuh cahaya ini Aku datang untuk pergi, berkelana merajut cita Tentang semua mimpi dan cita Takkan pernah ada kata menyerah Meski berpuluh kali aku telah jatuh Berpuluh kali pula aku bangkit lagi Di atas tanah Bumi Pertiwi aku melangkah Di atas tanah ini pula ku berbakti, menuntut ilmu Akan kutunjukkan pada Dunia, aku bisa

Aku mampu meraih mimpi dan cita-citaku, di Indonesia.

Puisi Tentang Pendidikan :  Hanya pendidikan (Oleh: Salma Salsabila)

Manusia berakal yang jauh dari moral Tercemari udara kontemporer Sudah jauh dari norma dan aturan Siapa lagi yang bisa selamatkan Selain tanaman pendidikan Kelak manusia akan paham Bahwa dirinya bukan apa-apa Jika hanya ingin menikmati Tanpa berusaha mati Dengan pendidikan manusia akan tahu Bahwa berakit itu ke hulu Dan berenang ke tepian Dengan pendidikan manusia akan sadar Bahwa mimpi harus terus berakar Untuk mencapai hidup tanpa samar Hanya dengan pendidikan Seluruh makhluk terselamatkan Cinta dan kasih bertebaran Hanya pendidikan Bunga yang terus bermekaran Harumnya semerbak bertebaran Hanya pendidikan Mampu selamatkan pergaulan Mencapai mutiara masa depan Hanya pendidikan

Selamanya hidup aman.

Puisi Tentang Pendidikan :  Semangat baja pemuda bangsa (Oleh: Nuraini Fitri)

Kini kerusuhan tlah jadi ketenangan Pembantaian tlah jadi perdamaian Hitam-putih sudah berwarna-warni

Kini negeri ini tlah berevolusi

Dan kini kitalah penerus mereka Tak perlu di medan perang Hanya perlu di ranah pendidikan

Mengukir prestasi, harumkan negeri ini

Kumpulkan segudang ilmu Gunakan otakmu sebagai ruang alam pikiranmu Perbaiki jalan pikiranmu yang buntu

Sadarkan pikiran dan hatimu yang kosong

Ayo satukan seluruh warna! Kokohkan yang tlah satu Jangan bilang tak bisa sebelum mencoba

Jangan lemah tak berdaya setelah jatuh

Bangkit dan bergerak!
Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa!

Puisi Tentang Pendidikan : Lentera pendidikan (Oleh: Putri Tarisa Dewi)

Langkah kaki menapaki jalan Tak tahu arah tujuan Bagai hidup tak berpedoman

Seperti hidup dilanda kebodohan

Hidup tanpa ilmu Bagai rumah tak berlampu Gelap bagai abu

Seperti bayangan yang semu

Pada siapa ku bertanya Tentang arti hidup yang sebenarnya Ketika ilmu tak kupunya

Pendidikanlah yang menjadi jalannya

Cahaya di tengah kegelapan Menerangi setiap kehidupan Menumpas segala kebodohan

Yang merusak masa depan

Semangat dalam meraih asa Tak pernah lelah dan putus asa Berdoa pada Sang Kuasa

Sebagai generasi penerus bangsa.

Puisi Tentang Pendidikan : Asa siswa (Oleh: Rabiah, M. Pd.)

Indahnya sekolah menengah telah pun berlalu semua lelah sirna

tiada tersisa

kini, masa telah berbeda bangsa menanti jati diri terus terpatri untuk mengabdi pada negeri

tiga tahun berlalu

mahasiswa, ya, itu asaku terus menggebu kini ku tak lagi pakai seragam abu-abu tapi aku tetap malu sebab diri tak juga mampu ukir rasa

bangga

kuingin rajut impian penuh harapan semangatku pahat

beralas juang

betapa bangga orang tua pada jiwa yang telah jadi dewasa tapi apalah daya aku baru memulai asa

jadi mahasiswa

selagi kecil berusia muda kiri kanan hamparan senja jangan lengah kerlipnya madah

itu hanya pelipur lara

kenang tak berkenan harus dikenang itulah jiwa petualang harus terang tenteram tanpa geram apalagi dendam asaku hanya

jadi mahasiswa.

Puisi Tentang Pendidikan : Sejatinya pendidikan (Oleh: Putri Anugerah)

Telah sejarah riwayatkan dalam sebuah mozaik destinasi Tujuan luhur, agung nan bijaksana

Mencerdaskan kehidupan bangsa seutuhnya

Ia yang sejatinya bukan sekedar hak yang harus diterima Melainkan adalah tulang punggung yang menentukan nasib

Pola yang menentukan karakter bangsa

Bocah lugu terlahir dari bijana terdalam Berlari riang, bermain ke-sana ke-mari

Menyunggingkan senyum manis di kala guru tiba

Kerinduan itu kini sedikit telah terobati

Sederhana memang Sederhana yang kadang terabaikan Mereka ingin tahu, ada apa di sana Mereka ingin paham, mengapa begini Mereka ingin mengerti, mengapa mereka ada Mereka ingin mencari apa tujuan mereka

Dan kadang mereka ingin tahu apa sejatinya yang mereka lakukan

Selaksa air yang melegakan dahaga Mengubah horizon kemarau

Menjadi subur pengetahuan dalam kebijaksanaan.

Puisi Tentang Pendidikan : Lelang pendidikan (Oleh: Ahmad Latiful Ansori)

Pendidikan… Kata yang didengungkan oleh banyak kalangan Katanya Pendidikan itu tak memandang latar belakang Namun, apalah daya Itu ‘cuma’ slogan Entah jaman yang telah berevolusi

Atau sedari dulu tetap begini

Pendidikan adalah hak setiap warga Namun, mana buktinya Kami beli, kami juga yang menjual Itu kata yang sering terlontar, dari orang yang katanya berpendidikan

Kami beli mahal, maka kami juga mendapatkan yang mahal

Pantas saja jika negara ini tak mencapai kejayaan Kelakuan orang orang berpendidikan tak lagi bisa di harapkan Pendidikan investasi masa depan Namun, bukan berarti pendidikan sebagai alasan untuk meraup pajak besar-besaran

Bukan pula sebagai alasan untuk meletakkan kaki di atas hidung anak jalanan

Mau sampai kapan, pendidikan akan terus dilelang Hingga rakyat kecil musnah dengan perlahan?

Atau hingga jas mengkilat tak lagi muat dikenakan?

Tak hanya tuan yang membutuhkan Tapi, kami juga tak meminta Karena kami tak sanggup jika harus bermain lelang

Dengan apa yang seharusnya kami dapatkan.

Puisi Tentang Pendidikan :  Senandung literasi (Oleh: Anisah Izdihar Nukma)

Senja ini semburat merah mewarna langit yang abu Anganku terbang pada masa belajar mengeja Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal

Para pengejar ilmu, penggerak peradaban

Teruntuk pencinta ilmu Membaca adalah bukti rindu yang menyeruak Memaksa mata terkunci dengan baris dan baitnya Lantas waktu bertransformasi jadi anak panah berkecepatan tak hingga

Dunia memang tak menjadi milikku, tapi aku mencipta duniaku sendiri

Aku ingin berkata lewat aksara, goresan pena Merapal doa dan nasihat untuk maslahat Diam untuk membaca, berkata untuk bercerita

Sebab literasi tak melulu tentang seni, tapi juga keinginan berbagi

Tinta senja adalah katalis bagi zaman yang tengah miris Malam segera tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya

Maka mimpi dan usaha harus digerilya demi mentari yang lebih jinga.

Puisi Tentang Pendidikan :  Peti sejuta mimpi (Oleh: Annisah Fatona)

Mimpi ini terasa terkubur begitu dalam Begitu dalam sampai tak bisa tergali Ingin ku keluarkan mimpi-mimpi itu sekarang Tapi itu tidaklah mudah…. Butuh sejuta peti emas untuk menggali mimpi itu Itulah mahalnya pendidikan Begitu mahal sampai harus mengubur mimpi ini. Sungguh ku butuh peti emas itu Apalah daya, mengisi perut keroncong pun sulit Apakah hanya mimpi seorang anak pejabat yang bisa tumbuh? Apakah niat tidaklah cukup tanpa sepeti emas? Zaman yang begitu kaya…. Bukan karena kebodohan kami tidak bisa menggapai mimpi kami. Tapi karena peti emas yang tidak bisa kami dapatkan. Begitu kaya karena sejuta mimpi yang terkubur dengan sejuta peti emas. Lebih baiklah tak perlu bermimpi,

Daripada bermimpi tapi harus terkubur jua.

Puisi Tentang Pendidikan : Jam kosong kami bahagia (Oleh: AR. Izzal Muflihin)

Betapa bahagia kami Jam kosong tak ada guru terasa lagi Telah menjadi tradisi; lumrahnya kami Merekah senyum bahagia sana sini Dan di sudut kiri

Guru mulai menyibukkan diri; melupa kepada kami

Ada yang membangkit senyum dari tidurnya Ada yang membaca buku lalu menertawakannya

Ada pula yang mencela, pada daftar nama yang tertera

Begitulah kami Pelajar generasi negeri ini Yang gembira tiada henti

Kala jam kosong tak terganti.

Puisi Tentang Pendidikan : Ironi pendidikan (Oleh: Marleni Putri Bulawan)

Untukmu yang mengenyam pendidikan… Di saat kau diberi kesempatan Mengeja hal istimewa bernama pendidikan

Di saat yang sama kau malah menyia-nyiakan

Kau terjerembab dalam kenyamanan Sekelilingmu pun kau abaikan Bukankah pendidikan mengajarkan kepedulian

Ataukah kita yang terlalu asyik dengan keegoisan

Sadarilah di sisi lain, ada hati yang mengebu-gebu Mendamba hal termewah yang kau jadikan sia-sia Bangkit, lawan rasa malas dan keegoisan yang menggerogotimu

Atau kau terlarut dalam dunia yang menjadikanmu tak berguna.

Puisi Tentang Pendidikan : Buku (Oleh: Ari Maulana)

Buku adalah jendela dunia… Membaca membuat kita pintar Memahaminya membuat kita sadar Bahwa bumi tidaklah hanya alam sekitar Banyak pemahaman di dalamnya

Banyak pengetahuan isinya

Melalui buku kita tahu segalanya Melalui buku kita bisa menjelajah angkasa Buku… Banyak sekali jasamu Isi perut Bumi pun bisa kutahu Hanya dengan membaca dan memahamimu Tak pernah kuselami lautan luas Tak pernah ku jelajah Kutub Utara

Namun melalui buku aku bisa tahu

Hanya dari buku aku merasakan Berbagai makhluk yang tinggal di lautan Dinginnya udara di kutub sana Terima kasih untukmu buku Telah membuka wawasanku

Serta mengajari aku berbagai ilmu.

Sekolahku (Oleh: Diyah Rachmawati Tohari)

Engkau hanya seonggok batu yang termakan debu Tapi tak ada jemu dalam jembatan ilmu jantungmu mendenyutkan cerita Semangatmu mengucap cita cita

Dan hadirmu selalu terkenang

Kisah penting bermula dari bangkumu Yang terbaik melangkah melalui tapak jalanmu Gelak tawa maupun sendu yang hadir

Menjadi lembar pembuka tabir

Di tempat engkau berdiri Jutaan pelita menyembul untuk negeri Jembatan masa depan yang menyambung

Sekolahku, namamu akan selalu bergaung.

Puisi Tentang Pendidikan : Pendidikan pengentas kemiskinan (?)(Oleh: Tsurayya Maknun)

Kau bilang pendidikan itu jalan mengentas kemiskinan Padahal untuk mengenyamnya saja kami harus bayar Uang kami digerogoti layaknya ulat memakan daun

Tak peduli kami mampu atau kesusahan mengejarnya

Dibuatnya kami percaya akan janji-janji pendidikan Kau bilang lulusan pendidikan mudah dapat pekerjaan Nyatanya selepas wisuda terlalu banyak pengangguran

Janji-janji itu seolah mantap, mirip orasi calon pejabat

Tapi kau masih kukuh Kau tetap bilang pendidikan pengentas itu kemiskinan Kau memberi bukti lulusan yang menawan Diperlihatkan jabatannya, hartanya dan penampilannya

Lagi-lagi, dia adalah seorang pekerja kantoran

Lalu, apakah pendidikan hanyalah batu loncatan Kusebut demikian karena kami hanya berpindah Berpindah tanpa arah dari satu gedung ke lainnya Gedung itu bernama pendidikan

Kemudian bermuara ke perusahaan, juga pemerintahan

Jadi ini? Ah bagiku tetap saja pendidikan bukan pengentas kemiskinan Jika harta yang kau maksudkan, cukuplah berniaga Berniaga membuat seseorang cepat kaya Kau tak perlu pendidikan untuk harta

Pendidikan hanya akan menggerogoti kekayaan

Puisi Tentang Pendidikan : Agen perubahan (Oleh: Zahrani Ismi Aisyah)

Berjalan tegap menjelajahi aral rintang Berkemeja rapi dalam penampilan Mereka bilang, mereka pembawa perubahan Entah perubahan apa yang dimaksudkan

Tetapi sejak dulu itu jadi tujuan

Status mahasiswa mereka sandang Jenjang tertinggi dalam pendidikan Tak hanya sarjana, magister, doktor, bahkan profesor jadi bagian Dielukkan sebagai pembawa kedamaian

Lewat baktinya meluruskan janji-janji bualan

Setidaknya dengan harapan Tiada lagi anak memegang gitar di tepi jalan Tidak ada lagi anak menengadahkan tangan dengan wajah memelas di emperan Wahai mahasiswa yang katanya pembawa perubahan

Bawalah anak-anak tadi dalam pelukan pendidikan.

Puisi Tentang Pendidikan :  Generasi Indonesia di negeri orang (Oleh: Yunia Tiara Riski)

Membuka cakrawala Mengenal alfabet Indonesia Kala lidah sudah terbiasa dengan aksen Amerika Ku tau engkau sedang tertatih mengeja buku Bukan bei-yu bu kei-yu ku

Namun be-u bu ka-u ku

Kau lahir, hidup, dan tinggal bukan di negerimu Generasi ketiga dari para perantau yang memilih menetap dan berhikmat

Semua tentang negerimu hanya kau dengar dari cerita gurumu di kelas, atau kakek nenekmu di rumah yang mulai lupa akan bahasa Indonesia

Aku tau, rindumu pada negerimu begitu besar Setiap hari kau bertanya seindah apa negerimu Meski kau tidak puas dengan jawabanku, kelak dewasa kau akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu sendiri Setiap hari kau berinteraksi dengan orang tempatan yang berbeda adat dan budaya Di sekolah kau diajarkan budaya Indonesia, sopan santunya, ramah tamahnya, serta gotong royong melalui pembiasaan-pembiasaan yang gurumu terapkan Terkadang aku kesal saat kau bertingkah yang tidak mencerminkan karakter negeri kita Tapi aku tau, kau sedang belajar menjadi Indonesia

Memberi dan menerima dengan tangan kanan, bukan kiri

Meski belum sekalipun kau hirup udara negerimu Meski belum sekalipun kau injakkan kaki di tanah negerimu Kelak, masuklah ke dalam barisan orang-orang yang berbakti untuk negeri

Gunakan jiwa ragamu untuk membangun negeri.