Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah

May 30, 2022 | Ananda Dimas Prasetya

SEMUA pasangan mengalami pasang surut emosional. Namun, ketika pasangan berselingkuh, kamu sering kali memiliki intuisi atau pengetahuan batin yang memberi tahu bahwa ada masalah. Semua ada penyebabnya, dan perselingkuhan mungkin merupakan gejala dari sesuatu yang terjadi di rumah.

Di sisi lain, pasanganmu mungkin tukang selingkuh. "Selingkuh mungkin merupakan bagian dari pola perilakunya yang tidak kamu sadari atau tidak ingin kamu ketahui," ujar pakar keluarga, perkembangan anak, dan perilaku manusia Gail Gross, PhD dalam artikelnya di Psychology Today.

Menurutnya, selingkuh sangat merusak hubungan dan merupakan penyebab sebagian besar perceraian, karena menyerang langsung ke dirimu, merusak nilai, penghargaan atas diri, dan rasa percaya diri. Dan, ketika perselingkuhan terkuak, kamu mengalami perasaan duka mendalam yang sama seperti yang dirasakan atas kematian seseorang yang dekat denganmu.

Baca juga:

Kenali Perilaku yang Jadi Pertanda Pasangan Selingkuh

Selingkuh adalah pilihan

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Perselingkuhan disebut pengkhianatan karena merenggut sesuatu dari pasangan. (Foto: freepik/jcomp)

Mengapa orang selingkuh padahal tahu akan menyebabkan banyak kehancuran dalam hidup? Sayangnya, orang berselingkuh dengan kesadaran penuh; tidak ada yang tiba-tiba saling bertatapan dan langsung jatuh ke pelukan. Si pelaku merasa mahakuasa dan tidak terlihat, terperangkap dalam emosi dan mengabaikan kemungkinan ketahuan, setidaknya pada masa-masa awal.

Mengapa mengambil risiko? Mengapa berkhianat? Perselingkuhan disebut pengkhianatan karena merenggut sesuatu dari pasangan. Tindakan itu menghilangkan keintiman, waktu, aktivitas, dan pengalaman. Sebuah perselingkuhan sering menandakan bahwa ada sesuatu yang salah dalam suatu hubungan.

Ketika pasangan berselingkuh, dia memilih untuk mengambil sebagian dari dirinya darimu. Dan karena kamu mungkin merasa ada sesuatu yang salah, bahkan jika kamu tidak tahu kenapa, kamu mungkin menemukan diri dalam keadaan kecemasan terus-menerus. Perasaan sumbang seperti itu dapat menyebabkan pertengkaran.

Perasaan diremehkan, tidak terlihat, dan tidak penting mengarah pada lingkaran setan menciptakan ruang dan jarak di antara pasangan. Pasanganmu kemudian mungkin merasa kesepian, marah, dendam, dan terputus darimu. Dipengaruhi oleh perasaan itu, dia bisa menjadi rentan terhadap perhatian, fokus, dan pesona orang lain.

Baca juga:

Bagaimana Sih Cara Stop Berselingkuh?

Ciri-ciri pasanganmu berselingkuh

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Seorang yang berselingkuh menciptakan pertengkaran untuk menjauhkan dari hubungan. (Foto: freepik/Drazen Zigic)

Ada perilaku-perilaku janggal yang bisa terlihat jika pasanganmu berselingkuh, dan kamu bisa 'memberi perhatian lebih' ke pasangan ketika beberapa ciri di bawah ini mulai terlihat.

- Penarikan emosional yang jelas dari kamu dan kurangnya keintiman emosional. Saat kamu dan pasangan bertengkar, sulit untuk menemukan keintiman emosional, dan sering kali seorang yang berselingkuh menciptakan pertengkaran untuk menjauhkan dari hubungan.

- Waktu ekstra yang dihabiskan jauh dari rumah; larut malam di kantor, bekerja di akhir pekan, perjalanan jauh dari rumah tanpa kehadiranmu.

- Tanda di tubuhnya, aroma asing di tubuh dan pakaian, semuanya menunjukkan keintiman dengan orang lain.

- Kurangnya keintiman fisik denganmu.

- Terus mencari masalah, memulai perkelahian di rumah.

- Kehadirannya terasa kosong dan terlepas dari kamu.

- Tiba-tiba sangat memperhatikan penampilan; menurunkan berat badan, berolahraga di gym, membeli baju baru.

- Membuat penampilan tampak lebih muda.

- Pola mandi yang tidak biasa saat kembali ke rumah.

- Sikap posesif, menuduh kamu menggoda atau tertarik pada orang lain, karena pertahanan terbaik adalah serangan.

- Mencela atau mengkritik hal-hal yang kamu lakukan. Atau, di sisi lain, terlalu menyanjung dan sopan, membawa pulang hadiah tak terduga.

- Memberitahu bahwa mereka membutuhkan waktu sendiri untuk memikirkan hubungannya. Biasanya jika pasangan pergi untuk memikirkan ulang hubungan denganmu, dia tidak pergi sendirian.

Pasangan yang tidak selingkuh bisa tidak sadar akan ciri-ciri di atas yang dilakukan pasangannya. Dengarkan intuisi atau sindiran teman dan kolega. Bersikaplah proaktif, perhatikan riak atau perubahan dalam hubunganmu sehari-hari dengan pasangan. (aru)

Baca juga:

Ada yang Lebih Menyakitkan dari Selingkuh Fisik

Baca Original Artikel

Hubungan antara kamu dan pasangan tak selalu berjalan mulus. Terkadang salah satu di antara kalian merasa jenuh dan tidak lagi saling mencintai. 

Kalau kamu ragu terhadap sikap pasanganmu, coba cek, melalui artikel ini, deh! Ada 5 tanda yang bisa mengindikasi perasaan pasanganmu, apakah dia masih mencintaimu atau sudah jenuh dengan hubungan kalian. 

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Ilustrasi pasangan. (unsplash.com/Moosa Moseneke)

Dilansir dalam Very Well Mind, adanya perubahan dalam intensitas komunikasi kamu dan pasangan bisa jadi tanda bahwa rasa cinta pasanganmu mulai pudar. Sebab, kualitas komunikasi turut memengaruhi kualitas hubungan kamu dan pasanganmu. 

Ketika kamu tidak lagi tahu apa yang pasanganmu lakukan, apa kesibukannya, atau bagaimana perasaanya, hal itu menjadi tanda komunikasi kalian mengalami hambatan. Keenganan ini bisa jadi tanda hubungan yang mulai merenggang. 

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Ilustrasi pasangan. (unsplash.com/Andrik Langfield)

Dua orang yang tengah di mabuk asmara, cenderung ingin terus menghabiskan waktu bersama. Namun, apabila salah satunya kehilangan ketertarikan terhadap satu sama lain saat bertemu, hal itu bisa menandakan adanya rasa cinta yang hilang. 

Hal ini disampaikan Stephen J. Betchen, seorang penulis buku 'Magnetic Partners', pasangan yang saling mencintai ingin menghabiskan waktu bersama dan menyenangkan satu sama lain. Tapi, apabila yang terjadi denganmu bertolak belakang dengan hal tersebut, mungkin kalian kehilangan cinta dalam hubungan. 

Baca Juga: 5 Cara Bertengkar Sehat dengan Pasangan, Hindari Ngambek!

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Ilustrasi pasangan. (unsplash.com/Afif Kusuma)

Sebagai seorang penulis di Very Well Mind, Elizabeth Plumptre menjelaskan bahwa pasangan yang bertengkar secara terus menerus akan menyebabkan perceraian atau perpisahan. Sebab, kedua orang di dalamnya akan mengalami stres berkepanjangan. 

Apabila pertengkaran terus terjadi padahal kamu sudah mengalah dan memperbaiki masalah, artinya pasanganmu memang sudah tidak lagi mencintaimu. Hal ini disebabkan kasih sayangnya telah berubah dan kamu tidak lagi menjadi bagian penting untuknya. 

Baca Juga: 5 Cara Mendapat Ketenangan Usai Putus Cinta agar Lebih Fokus Move On

Baca Artikel Selengkapnya

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah

Penulis: Ahmad Efendi
tirto.id - 1 Jul 2022 11:45 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah
Toxic relationship adalah sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku-perilaku 'beracun' yang merusak fisik maupun emosional.

tirto.id - Toxic relationship adalah sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku-perilaku 'beracun' yang merusak fisik dan mental diri sendiri maupun pasangan.

Dalam sebuah hubungan, khususnya percintaan, idealnya satu sama lain memiliki komitmen untuk saling menyayangi, menghormati, dan mengasihi. Namun, terkadang hal sebaliknya justru terjadi sehingga hubungan sepasang kekasih menjadi tidak sehat.

Banyak orang mungkin pernah atau bahkan sering mengalami hubungan yang tidak sehat. Dalam istilah hari ini, kita mengenalnya sebagai toxic relationship.

Apa Itu Toxic Relationship?

Istilah toxic relationship merujuk pada sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku-perilaku 'beracun' yang berpotensi merusak fisik dan mental diri sendiri ataupun pasangan. Jika hubungan yang sehat didominasi oleh kasih sayang dan saling menerima, dalam toxic relationship adalah kebalikannya.

Dilansir dari Health Scope, hubungan yang berubah menjadi toxic relationship didominasi perasaan tidak aman, egois, dan keinginan untuk memegang kendali. Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai risiko serius bagi pasangan yang terlibat.

Sebagaimana dikutip dari Healthline, ada beberapa ciri yang menandakan suatu hubungan telah menjadi toxic relationship. Salah satunya, kurangnya dukungan dari salah seorang pasangan, dan komunikasi yang beracun seperti sering adu mulut.

Selain itu, rasa ingin mendominasi hubungan, cemburu berlebihan, dan tidak jujur, juga menjadi ciri lain yang menandakan hubungan sepasang kekasih telah menjadi toxic relationship. Potensi hubungan menjadi toxic relationship juga bisa diketahui dari sikap masing-masing pasangan.

Infografik SC Toxic Relationship. tirto.id/Fuad

Ciri dan Tanda Toxic Relationship

Berikut ini 8 karakter pasangan yang berpotensi menciptakan hubungan beracun, sebagaimana telah dirangkum oleh laman Health Scope.

1. Sering mencela dan meremehkan

Pasangan toxic jenis ini, punya tujuan kuat untuk menjaga harga dirinya agar pasangannya tidak menentang kontrol absolut yang ia inginkan. Oleh karena itu, ia akan gemar mudah meremehkan, mencela, serta mengolok-olok pasangannya, bahkan melakukannya di depan umum.

Dia akan terus menganggap bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh pasangannya, sama sekali tak berharga. Sebaliknya, ia merasa apa yang ada pada dirinya jauh lebih berharga.

Jika mendapati pasangan yang seperti ini, sebaiknya Anda mulai berhati-hati. Mentolerir perilaku itu cukup lama, mungkin bisa membikin Anda percaya bahwa Anda tidak bisa membuat keputusan yang baik.

2. Temperamen buruk (Bad Temper)

Perilaku ini seringkali berbahaya, lebih-lebih karena “di luar" dia akan terlihat seperti sosok yang santai, menyenangkan, dan disukai banyak orang. Namun, di depan Anda justru sebaliknya.

Dia bisa begitu mudah tersulut emosinya karena permasalahan sepele tetapi dibesar-besarkan, bakan sampai menjadi perdebatan serius dengan pasangan.

Ada kalanya, ia akan mudah emosi bahkan untuk masalah yang sama sekali tidak jelas, sekaligus merasa menjadi yang paling menderita dalam menjalani hubungan.

Perdebatan tidak produktif dengan pasangan yang memiliki temperamen buruk jelas akan menyita banyak waktu serta memberikan beban emosional, dan bahkan berisiko mengganggu kesehatan mental Anda.

3. Suka mendorong rasa bersalah (Guilt-Inducer)

Pasangan jenis ini mendorong Anda untuk selalu merasa bersalah dalam setiap persoalan yang muncul dalam hubungan. Jika ditolerir dalam waktu yang lama, sikap seperti ini dapat menjadi racun bagi hubungan Anda.

Dia mungkin tidak “menyalahkan" Anda secara langsung, tetapi cenderung menggunakan cara yang lebih halus. Dengan begitu, tanpa terasa Anda tampak menjadi pihak yang bersalah.

Pasangan seperti ini jelas berbahaya. Dampaknya dapat membuat Anda tidak bisa memberikan keputusan-keputusan alternatif dalam hubungan karena selalu terkurung rasa bersalah.

4. Deflektor

Jika tipe “Pendorong rasa bersalah" menyalahkan Anda dengan cara yang agak halus, seorang deflektor justru sebaliknya. Orang seperti ini cocok disebut “si tukang menyalahkan."

Pasangan tipe ini tak akan peduli betapa sedih, kecewa, dan marahnya Anda terhadap kesalahan yang ia buat. Yang pasangan ini tahu hanyalah, dia akan mencari celah untuk balik menyalahkan Anda.

Sekalipun masalah yang ia sodorkan tidak berkaitan dengan kemarahan Anda, si deflektor bakal terus berupaya menunjukkan bahwa bukan dirinya yang bersalah.

5. Terlalu penurut (Over-Dependent)

Sikap pasangan yang "terlalu manut" atau selalu mengiyakan keputusan Anda, bisa jadi tidak baik bagi hubungan. Oleh karena itu, Anda harus mendorongnya untuk memberikan solusi alternatif.

Anda tidak tahu kapan akan membuat keputusan yang salah atau buruk. Apabila semua keputusan yang Anda buat selalu ia terima, jangan harap hubungan akan terus baik-baik saja.

6. Terlalu mengontrol

Jika Over-Dependent selalu menuruti keputusan yang Anda buat, maka sifat yang satu ini adalah kebalikannya.

Pasangan yang terlalu mengontrol kerap menganggap Anda tidak bisa mengambil keputusan. Oleh karena itu, hal ini menjadi alasan bagi dia untuk mengatur semua urusan Anda. Lama kelamaan, ia akan menjadi diktator dalam hubungan percintaan.

7. Tukang Memanfaatkan (User)

Harus dikatakan, bahwa pasangan tipe user adalah racun yang begitu mematikan untuk hubungan Anda. Si tukang memanfaatkan tidak akan pernah peduli kepada Anda.

Selama mendapatkan apa yang ia mau, pasangan tipe user akan terlihat begitu baik dan manis di depan Anda. Sebaliknya, ia akan dengan mudah meninggalkan Anda atau bersikap buruk apabila tidak mendapatkan yang diinginkannya.

8. Terlalu Posesif

Tipikal pasangan yang posesif mempunyai rasa cemburu yang begitu besar, dan menjadikannya sebagai alat untuk mengatur Anda hingga untuk hal-hal yang begitu personal.

Di awal hubungan, sedikit kecemburuan mungkin masih bisa ditolerir. Itu malah menambah sedikit bumbu dalam hubungan. Namun, jika terlalu banyak garam, jelas rasa sebuah hubungan tak akan nikmat.

Kenapa Sulit Keluar dariToxic Relationship?

Banyak orang berpikir bahwa hubungan 'beracun' seharusnya ditinggalkan begitu pasangan telah melakukan tindak kekerasan fisik atau verbal. Namun, bagi beberapa orang, hal tersebut bisa jadi sulit dilakukan.

Menurut laporan dari Psychcentral, ada tiga faktor yang membuat seseorang sulit keluar dari lingkaran toxic relationship.

Faktor pertama karena banyaknya waktu yang diinvestasikan dalam hubungan, sehingga seseorang merasa sayang untuk menyerah dalam hubungan tersebut. Faktor ini lebih banyak menyerang orang-orang yang memiliki masa hubungan yang panjang, seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Faktor kedua adalah keinginan untuk menjadi 'pahlawan' di dalam hubungan tersebut. Hal ini termasuk rasa bersalah untuk meninggalkan pasangan.

Beberapa orang merasa bahwa pasangan akan mengalami hal yang berat jika mereka meninggalkannya. Ironisnya, orang-orang dengan rasa bersalah ini justru sekarat dalam hubungan tersebut.

Faktor ketiga, yakni adanya paksaan pada diri sendiri untuk percaya bahwa hubungan tersebut merupakan hubungan yang diinginkan. Kondisi ini disebut sebagai bias konfrimatori atau kecenderungan seseorang dalam mempercayai informasi berdasarkan dugaan terlepas apakah informasi itu benar atau salah.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait PERCINTAAN atau tulisan menarik lainnya Ahmad Efendi
(tirto.id - efd/add)

Penulis: Ahmad Efendi Editor: Addi M Idhom Kontributor: Ahmad Efendi

© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.