Panduan asuhan kefarmasian tumor jinak

Kanker adalah suatu penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel-sel kanker.

Demikian penyuluhan oleh Ns. Rahima Khairina, S.Kep kepada pasien dan pengunjung Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir (RSMN), Jumat pekan lalu.

"Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain," ujar Rahima Khairina.

Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia. Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya sehingga baru  terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut.

Sedangkan tumor adalah segala benjolan atau gumpalan yang timbul pada tubuh, baik yang kelihatan di permukaan tubuh maupun maupun yang tersembunyi di dalam tubuh.

Ada dua golongan tumor yaitu tumor  jinak dan tumor ganaa. Tumor jinak tumbuh lamban, bersimpai atau berselaput pembungkus sehingga mudah di operasi dan di angkat. Sedangkan tumor  ganas, ini yang disebut kanker, tumbuh cepat, tidak bersimpai, tumbuhnya menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe (pembuluh getah bening).

Terbentuknya kanker membutuhkan waktu cukup lama dan panjang, ditandai munculnya berbagai macam benjolan. Kanker dapat timbul pada semua bagian tubuh. Oleh karena itu dikenal berbagai jenis kanker berdasarkan organ tubuh yang terkena seperti; kanker leher rahim (serviks), kanker otak, kanker payudara, kanker prostat, kanker tulang, kanker lambung, kanker paru, kanker pangkreas, kanker hati, kanker mata, kanker mulut, kanker kulit, kanker usus besar, kanker darah, dll.

Adapun penyebab/Faktor Resiko Kanker adalah faktor lingkungan, faktor keturunan dan makanan tertentu.

Faktor lingkungan, antara lain Bahan kimia, seperti tar pada rokok, bahan kimia industry, kosmetik (hidrokinon & mercuri), penyinaran yang berlebihan, polusi udara, beberapa virus tertentu seperti virus papiloma pada manusia, pemberian hormon berlebihan, rangsangan berupa benturan atau gesekan pada salah satu bagian tubuh secara berulang dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan luka yang tidak sembuh-sembuh.

"Sedangkan Faktor Keturunan adalah seseorang dengan riwayat kanker dalam keluarga cenderung akan terkena kanker," ujar Rahima Khairina.

Dan, makanan tertentu, seperti makanan yang diawetkan, makanan yang mengandung zat pewarna dan pemanis buatan, makanan yg dibakar/diasapkan, makanan yang mengandung lemak jenuh dan dimasak dengan minyak jelantah, minuman beralkohol, dll, juga dapat memicu kanker.

Ada tujuh gejala kanker yang perlu diwaspadai disingkat dengan WASPADA. Yaitu; a) Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan, b) Alat pencernaan terganggu dan susah menelan, c) Suara serak atau batuk yang tidak sembuh, d) Payudara atau di tempat lain ada benjolan, e) Andeng - andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya menjadi makin besar dan gatal, f) Darah atau lendir yg tidak normal keluar dari lubang lubang tubuh, g) Adanya koreng atau borok yang tidak mau sembuh. Selain itu perlu mewaspadai benjolan pada Kelenjar Getah Bening, Kista dan tumor/Daging Tumbuh.

Upaya pencegahan kanker atau mengurangi risiko terkena kanker dapat dilakukan dengan cara hidup sehat dan menghindari penyebab kanker yaitu: 1) Hindari makanan tinggi lemak, makanan yang diawetkan, dan makanlah makanan bergizi seimbang, 2) Hindari hubungan seksual dengan pasangan yang bukan suami atau istri sendiri, 3) Hindari merokok atau berhentilah merokok, 4) Hindari stres dan upayakan kehidupan seimbang, 5) Hindari pajanan sinar matahari yang berlebihan, 6) Periksa kesehatan secara berkala, 7) Menggunakan masker di tempat yang penuh polusi udara, 8) Menghentikan konsumsi alcohol, dan 9) Melakukan vaksinasi : terdapat dua jenis kanker yang dapat dicegah dengan vaksinasi yaitu Kanker Hati melalui vaksin Hepatitis B dan Kanker Serviks dengan vaksin HPV.

Panduan asuhan kefarmasian tumor jinak
Suasana kuliah bertema “Molecular and Genetic Aspects in Pathogenesis of Ameloblastoma” yang disampaikan dosen Universiti Brunei Darussalam Sholachuddin J.A. Ichwan, DDS, PhD, di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Selasa (21/6/2022).*

[Kanal Media Unpad] Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran melalui Kantor Unit Internasionalisasi serta Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial menggelar kuliah tamu dari Universiti Brunei Darussalam Sholachuddin J.A. Ichwan, DDS, PhD, untuk memberikan kuliah secara daring, Selasa (21/6/2022).

Dikutip dari laman FKG Unpad, kuliah yang bertema “Molecular and Genetic Aspects in Pathogenesis of Ameloblastoma” ini membahas mengenai ameloblastoma atau tumor rahang jinak.

Dekan FKG Unpad Dr. Dudi Aripin, drg., SpKG, Subsp.KR(K), saat membuka kuliah mengatakan, ameloblastoma merupakan tumor jinak yang biasanya muncul di sekitar gigi molar atau geraham. Namun, jika tidak ditangani dalam waktu lama akan menjadi agresif, tumbuh, serta berpotensi merusak jaringan sekitar, terutama tulang rahang dan gigi molar tempat dia berada.

Kasus tumor rahang jinak ini terus meningkat di negara berkembang. Sayangnya, kasus ini belum mendapatkan perhatian yang cukup. “Dalam penanganannya kita tidak hanya sekadar melakukan operasi, melainkan juga perlu memperhatikan aspek-aspek molekuler dan genetik agar memberikan hasil terbaik setelah pembedahan,” kata Dudi.

Sementara itu Scholaduddin memaparkan, beberapa literatur menyebut bahwa kasus ameloblastoma hanya terjadi satu persen kemungkinan penduduk di dunia. Kebanyakan menyerang pada gigi molar.

“Satu-satunya cara untuk mengobatinya adalah operasi, dipotong mandibulanya tidak seperti kista. Banyak penelitian menyebutkan bahwa meskipun jinak, tumor ini agresif dan efeknya sangat parah sekali,” ujarnya. 

Kasus ini kebanyakan terjadi di India, Cina, dan Nigeria. Sampai saat ini, etiologi faktor penyebab ameloblastoma masih belum jelas, baik dari etiologi secara fisik, kimia, maupun molekulernya.

Kendati demikian, ameloblastoma berhubungan dengan sisa-sisa epitel dari cervical loop. Namun, prosesnya masih dicari oleh peneliti. Biasanya, ameloblastoma berhubungan erat dengan pertumbuhan kista.

Scholachuddin mengatakan, mekanisme molekuler ameloblastoma masih memerlukan pendalaman kajian dan riset dengan memperbanyak jumlah sampel dan area riset. Hal ini bisa dilakukan dimulai dari kawasan Asia Tenggara. “Manfaatnya supaya nanti jika kita paham molekuler patogenesisnya, kita dapat menciptakan precision medicine untuk mengobati atau metode terapinya,” ujarnya. (rilis)*