Panduan Asuhan Kefarmasian Appendisitis Show
Diunggah olehlilis0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara) 95 tayangan3 halamanInformasi Dokumenklik untuk memperluas informasi dokumenJudul AsliPANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN APPENDISITIS Hak Cipta© © All Rights Reserved Bagikan dokumen IniBagikan atau Tanam DokumenOpsi Berbagi
Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat 0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat Apakah konten ini tidak pantas?Laporkan Dokumen IniSimpanSimpan PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN APPENDISITIS Untuk Nanti 0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara) Panduan Asuhan Kefarmasian Appendisitis Judul Asli:PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN APPENDISITIS Diunggah olehlilisDeskripsi lengkap SimpanSimpan PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN APPENDISITIS Untuk Nanti 0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat 0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat TanamkanBagikan Lompat ke Halaman Anda di halaman 1dari 3Cari di dalam dokumen Puaskan Keingintahuan AndaSegala yang ingin Anda baca. Kapan pun. Di mana pun. Perangkat apa pun. Tanpa Komitmen. Batalkan kapan saja. Bagikan dokumen IniBagikan atau Tanam DokumenOpsi Berbagi
Beranda Buku Buku audio Dokumen Alfid, Afandi,Tri. Efektifitas peer group support terhadap kualitas hidup klien TB paru dan penyakit kronik. Program ilmu keperawatan, Jember. 2016 Amiluddin,Zumla, dkk. Tuberculosis, New England. 2013 Antimicrob. Chemother. 2011. Hal 180. Asih, yasmin, gede, niluh, Christiantie, effendi, Klien dengan gangguan sistem pernafasan, Jakarta. 2004 Depkes RI. Pedoman penaggulangan nasional TBC. Jakarta.2008. Hal 1,25. Depkes RI. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, Jakarta. 2016. Hal 3 Depkes RI.Pharmaceutical care untuk penyakit tuberkulosis. 2005 . Hal 25. Devi, Darliana. Manajemen pasien tuberkulosis paru. Syiah kuala university. 2017. Hal 83. Dileep,Tiwari,dkk. Vaccine development for tuberkulosis past, present and future challenges, The netherlands. 2011. 75. Eka, Fitriani. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru, Semarang.2013. Hal 90. Enti, Rikomah, Setya,. Farmasi klinik, Yogyakarta.2016. Hal 58, 45 Farandika, Reiza, Kurniawan. Rahasia terbaru kedahsyatan terapi enzim, Fortun, J. Linezolid for the treatment of multidrug-resistant tuberculosis. J. Hair, J.F, et. al. Multivariate Data Analysis with Reading 4rd Edition. New Jersey: Prentice Hall Internationa. 2010. Hal. 92. Handayani Gemy Nastity. Disertasi pengaruh mutu pelayanan kefarmasian dan kompetensi petugas terhadap ketersedian obat, serta dampaknya pada kepuasan pasien dirumah sakit umum daerah (RSUD) labuang baji provensi sulawesi selatan.,Surabaya.2017.Hal 7. Handayany,Gemy,Nastity. Pengaruh mutu pelayanan kefarmasian dan kompetensi petugas terhadap ketersediaan obat serta dampaknya kepada kepuasan pasien di rumah sakit umum daerah (RSUD) labuang baji provinsi sulawesi selatan. Surabaya.2017.Hal. 7. Hepler, stard. Opportunities and responsibilities in pharmaceutical care, American journal of hospital pharmacy.1990 Husein, Surahman, E. Konsep dasar pelayanan kefarmasian berbasiskan pharmaceutical care. Widya Padjadjaran, Bandung.2011 Icksan, Aziza, G, dan Reny, Luhur, S. Radiologi toraks Tuberkulosis paru, Jakarta. 2001. Hal 4. Idris Fachmi. Panduan praktis edukasi kesehatan, Jakarta.2014. Hal 4. Irman, Somatri. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan¸ Jakarta.2007. Hal 15. ISFI. informasi spesialis obat indonesia, , Jakarta.2000. Hal 23. Jakarta : JRI. 2000. Hal 42. Jakarta; Kementerian Kesehatan RI. 2011.Hal 6. Jasaputra, Diana, K,Slamet, Santosa. Metodologi penelitian biomedis. Bandung. 2008.Hal 47. John, Bernardo dan Rocarati. Tuberculisis (TB),AS.2012 Kemenkes RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang Kesehatan, Jakarta. 2005. Hal 15-40. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, Jakarta. 2010. Hal 4. Kemenkes RI. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan panduan bagi petugas kesehatan di puskesmas, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia. Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-promkes-dbk.pdf. 2011. Hal 190. Kemenkes RI. Standar pelayanan kefarmasian di apotik, Jakarta. 2004. Hal 3,8. Kemenkes RI. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Kemenkes RI. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia. Jakarta. 2014 Kusuma Dharma Kelana. Metode penelitian keperawatan, Jakarta. 2011. Hal 78. Mappiare, Andi. pengantar konseling dan psikoterapi, Jakarta.2010. Hal 5. Masrin. Tuberkulosis Paru. Jurnal Universitas Muhamadiyah Semarang.2008.Hal 5. Nadesul, handrawan. Dari balik kamar prakter dokter tips praktis mengenali, mencegah dan mengatasi penyakit. Jakarta.2009 Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005 Niluh,Yasmin, Gede. Buku Kedokteran, Jakarta. 2004. Hal 83. Nurhikmah, Siti. Hubungan antara karakteristik individu dan lingkungan dengan kejadian tuberkulosis di puskesmas bojongsari purbalingga, Purwekerto. 2016. Hal 19 Nurlita,Niviasari. Faktor faktor yang berhubungan dengan status kesembuhan penderita tuberkulosis paru, semarang. 2015. Hal 143. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta. 2008. Hal 34. PDPI. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di indonesia, Jakarta. 2006. Hal 28-29. Peraturan Daerah. Tarif layanan kesehatan pada badan layanan umum daerah rumah sakit umum daerah kota makassar.2016. Hal 4. Permenkes RI. Standar pelayanan kefarmasian rumah sakit. Jakarta. 2016. Hal 2-5. Prayitno. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNP. 2012. Hal 101. Rancarati, Bernardo,John. Tuberculosis (TB). 2012 Rovert, J. P., et al. A Practical Guide to Pharmaceutical Care, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 2003. Hal 93. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al – Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2002. Hal 453,587. Shubashini, Gnanasan. Pharmaceutical care for patiens tuberculosis and diabetes mellitus in malaysia, 2012 Singarimbun dan Effendi. Metode Penelitian Survay. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. 2011.Hal 124, 142,144. Siswanto,dkk. Metodologi penelitian kesehatan dan kedokteran. Yogyakarta. 2015: Hal 15,217,310. Soedarto. Penyakit- penyakit infeksi di indonesia. Surabaya.1996. Hal 52. Sudjana. Metode dan teknik pembelajaran partisipatif, Bandung. 2001. Hal. 15. Sugiono. Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D, Bandung. 2008. Hal 142. Sukandar. ISO Farmakoterapi, ISFI Penerbitan, Jakarta. 2007. Hal 918. Suryanto, E. Tuberkulosis dan HIV. Dalam Jurnal Respirologi Indonesia. Suyono,. Buku ajar penyakit dalam II FKUI, Jakarta. 2001. Hal 31. Syarifuddin, M. 2013. Peranan Pharmaceutical Care dalam Meningkatkan Hasil Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 3(2): 52-59. 5 langkah pencegahan TBC?Berikut beberapa langkah pencegahan penularan TBC ke pada orang lain.. Tutup mulut saat batuk dan bersin. ... . 2. Jangan meludah atau membuang dahak sembarangan. ... . Mengurangi interaksi sosial. ... . 4. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan. ... . Membatasi kontak dengan kelompok rentan.. Bagaimana cara merawat pasien TBC?Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda ikuti saat merawat pasien TBC di rumah:. Sediakan ruangan khusus untuk pasien TBC. ... . 2. Gunakan masker. ... . Mengingatkan mereka untuk minum obat. ... . Mendengarkan keluh kesah.. Apa saja skrining TBC?Terdapat beberapa jenis tes yang dilakukan untuk mendeteksi tuberkulosis. Bagi anak-anak, skrining TB umumnya dilakukan dengan tes Mantoux. Sedangkan pada pasien dewasa, pemeriksaan ini bisa berupa tes dahak dan rontgen dada (Mardiah, 2019). masyarakat, dan pemuka agama.
8 Apakah obat yg diberikan pada pasien dengan tuberculosis Sebutkan 2?Medikamentosa Tuberkulosis Paru Aktif
Pada tahap awal (fase intensif), obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
|