Paling senang jalan berliku daripada jalan yang lurus

Pertanyaan yang sangat sering kita dengar, simpel tapi benar-benar membingungkan. Bagi orang-orang yang berada di bidangnya, contohnya arsitek, insinyur atau fisikawan, paham banget soal kasus ini.

Saya akan menjawab dengan persamaan fisika sebisa saya tentang asal-usul kenapa belok dan mengapa tidak lurus. Manfaatnya untuk mengurangi usaha yang dibutuhkan kendaraan, semakin landai permukaan semakin ringan usaha yang dikeluarkan kendaraan.

Paling senang jalan berliku daripada jalan yang lurus

Kita ketahui daerah dengan kondisi permukaan curam jalannya selalu berbelok-belok. Belum pernah ditemukan jalan yang lurus dari puncak sampai ke lembah. Itu sebelum saya menjelajahi dunia google. Saya menemukan salah satu jalan yang punya kemiringan sangat curam.

Paling senang jalan berliku daripada jalan yang lurus

Sebelum membahas rumus fisikanya, menurut kalian jalan mana yang punya keamanan lebih tinggi? Yang berbelokkah atau yang langsung lurus aja? Bayangkan jika kendaraan kalian berada di puncak.

Kalau kalian menjawab yang lurus aja, maka kalian benar-benar salah dan sama sekali tidak tau konsekuensinya. Butuh keahlian khusus untuk melewati jalan lurus yang curam dengan aman.

Pada dasarnya jalan berbelok menggunakan persamaan pesawat sederhana Bidang Miring. Persamaan ini menjelaskan bahwa benda mengalami usaha di permukaan yang memiliki suatu sudut, bukan sudut tegak lurus (horizontal) sebesar ketinggian sudut yang dilaluinya. Artinya benda akan bergerak sesuai dengan tinggi kemiringannya. Jika dirumuskan:

(W.h)/s

Dimana:

F = Gaya

W = Usaha

s = Panjang lintasan

h = ketinggian bidang

Paling senang jalan berliku daripada jalan yang lurus

Melalui persamaan dapat kita ketahui bahwa kendaraan mengalami perubahan gerak dengan usaha yang berbanding lurus dengan panjang lintasan dan berbanding terbalik dengan ketinggian. Artinya semakin tinggi maka semakin besar usaha untuk mencapai puncak.

Apa dampaknya bagi kendaraan? Kendaraan menggunakan gaya gesek untuk berjalan, apa yang akan terjadi dengan kendaraan saat jalan pegunungan dibuat lurus? Jika menanjak kendaraan memerlukan usaha lebih besar dibandingkan jalan berbelok. Jika menurun kendaraan akan kehilangan berat dan gaya gesek yang dilakukan sangat minim sekali (ketinggian dan berat mempengaruhi kecepatan kendaraan).

Paling senang jalan berliku daripada jalan yang lurus

Sangat jelas kalau jalan yang berkelok dibangun bukan tanpa alasan. Manfaat yang kendaraan dapatkan saat di jalan berkelok adalah:

  • Menghindari putus rem akibat kecepatan kendaraan yang tiba-tiba saat menuruni jalan curam.
  • Menghindari kendaraan melayang saat menuruni jalan curam.
  • Menghindari kendaraan terbalik akibat tidak mampu menanjak di jalanan curam.
  • Menghindari kendaraan berhenti di tengah jalan curam akibat punya beban berat.

Intinya jalan berkelok-kelok manfaatnya sangat banyak bagi kendaraan. Penjelasan ini berlaku juga di permukaan yang datar dan jalanan tol.

Jadi, tetaplah berpikiran positif jangan terlalu mempermasalahkan dana yang dikeluarkan untuk membangun jalan yang berkelok-kelok.

(Ilustrasi dan gambar diambil dari google)

...Berikutnya

KOMPAS.com - Sebuah unggahan di media sosial yang mempertanyakan mengapa jalanan di pegunungan tidak dibuat lurus dan harus berkelok, ramai dibicarakan.

Unggahan tersebut salah satunya di bagikan oleh akun Facebook Romansa Sopir Truck pada Rabu (12/8/2020).

Dalam unggahannya, terdapat beberapa gambar jalanan di pegunungan yang tampak berkelok.

Dalam foto itu terlihat ada garis lurus berwarna merah dan menanyakan mengapa jalanan tersebut tidak dibuat lurus seperti garis tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 200 kali dan mendapat beragam respons dari warganet.

Paling senang jalan berliku daripada jalan yang lurus
facebook/romansa sopir truck Sebuah unggahan di media sosial yang mempertanyakan mengapa jalanan di pegunungan tidak dibuat lurus dan harus berkelok, ramai dibicarakan.

Komentar yang disampaikan pun beragam. Ada yang menyebutkan, jika dibuat jalan lurus, akan membahayakan pengguna jalan. Adakah penjelasan secara ilmiah soal ini?

Mengurangi kelandaian

Dosen Teknik Sipil Universitas Diponegoro Asri Nurdiana menjelaskan, ada alasan ilmiah mengapa jalan di pegunungan dibuat berkelok dan tidak lurus.

Asri menyebut, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi persentase kelandaian jalan.

Kelandaian tersebut berarti kemiringan jalan. Asri mengibaratkan jika pada suatu jalan terdapat turunan tajam, maka kelandaiannya besar.

"Bina Marga memberikan acuan, dalam perencanaan suatu jalan, idealnya kelandaian maksimum tidak lebih dari 10 persen. Artinya jalan tidak layak apabila direncanakan dengan tanjakan atau turunan yang tajam," ujar Asri kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2020).

Selain itu, lanjut Asri, Bina Marga juga memberikan acuan panjang kritis kelandaian.

Jika jalan tersebut direncanakan dengan kelandaian 10 persen, maka panjang kritis maksimumnya adalah 200 meter.

Setelah panjang tersebut, maka jalan harus diturunkan kelandaiannya dengan pertimbangan semua kendaraan dapat melintas dengan aman dan nyaman.

"Perencanaan ini tergantung dari klasifikasi kelas jalan dan kecepatan rencana jalan tersebut. Jadi kalau di pegunungan, jalan direncanakan lurus dari atas sampai bawah, maka bisa jadi jalan tersebut tidak memenuhi kaidah teknis perencanaan untuk kelandaian maksimum dan panjang kritis kelandaian yang sudah ditetapkan oleh Bina Marga," papar Asri.

Dampaknya, bisa jadi kendaraan yang bermuatan akan kehilangan tenaga ketika menanjak, atau rem blong ketika di turunan.

Kedepankan isu keselamatan

Pengamat transportasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Imam Muthohar mengatakan, pada perancangan geometrik suatu jalan, yang dikedepankan adalah isu keselamatan.

Oleh karena itu, jalan yang dibangun harus mampu melindungi para penggunanya.

"Pada saat memulai desain perlu diperhatikan aspek alinemen horisontal atau desain jalan lurus dan tikungan dan aspek alinemen vertikal desain kelandaian naik dan turun," ujar Imam, saat dihubngi secara terpisah, Kamis (13/8/2020).

Ia menjelaskan, masing-masing memiliki standar teknis dan aturan yang harus dipenuhi untuk memenuhi keselamatan dan kenyamanan dalam berkendara di jalan .

Jika dalam rencana pembuatan jalur melewati daerah yang relatif datar, maka perancangan atau desain jalan relatif mudah dan tidak banyak kendala yang dihadapi.

"Artinya, bentuk geometrik jalan bisa lurus dan tikungan. Bisa dengan jari-jari besar yang memungkinkan kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi bisa sampai 100 kilometer per jam. Contoh pada jalan tol atau jalan nasional dengan fungsi arteri primer," kata Imam.

Sementara itu, jika trase jalan melewati daerah pegunungan atau berbukit yang kelandaiannya cukup ekstrem, maka perancangan atau jalannya menjadi semakin kompleks.

Dibuat berkelok agar penuhi syarat maksimal kelandaian

Imam menekankan, perlu kehati-hatian dalam melihat kendala yang ada di lapangan tersebut.

"Perhatian utama ada pada aturan alinemen vertikal di mana maksimal kelandaian atau kemiringan adalah 10 persen untuk semua kasus di Indonesia. Kelandaian dihitung dari selisih beda tinggi (awal dan akhir jalan) dibagi dengan panjang jalan," papar Imam.

Dengan demikian, jika di daerah perbukitan atau pegunungan dibuat jalan lurus, maka tidak akan memenuhi syarat maksimal kelandaian.

Oleh karena itu, jalan didesain berkelok untuk memenuhi syarat tersebut.

Hal ini, lanjut Imam, berimplikasi pada desain kecepatan yang diberlakukan.

"Ingat, karena jalan berkelok, maka jari-jari tikungan relatif kecil sehingga kecepatannya pun akan mengikuti dengan desain kecepatan rendah, maksimal 40 kilometer per jam," kata Imam.

"Menjawab pertanyaan mengapa jalan di pegunungan tidak lurus, argumennya adalah isu keselamatan pengguna," tambah dia.

Menurut Imam, jalan lurus dengan kelandaian lebih dari 10 persen akan membahayakan pengguna.

Dengan kata lain, akan menjadi daerah rawan kecelakaan apalagi ada kendaraan berat yang melewati jalan tersebut.

Selain itu, dengan jalan berkelok-kelok mengikuti kontur bukit atau kemiringan lereng, maka aspek kenyamanan akan sangat berkurang karena harus mengendarai dengan hati-hati penuh konsentrasi selama melewati area tersebut.

"Namun demikian, pada area-area tertentu 'lurusan jalan' bisa dibuat dengan tetap memperhatikan aturan alinemen vertikal dan horisontal," jelas Imam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.