Orang yang terlalu mencintai harta yang dimiliki akan menimbulkan sifat a dermawan b pelit

ANTARA CINTA DAN NAFSU

(Drs. H. AHMAD FANANI, M.H*)

Orang yang terlalu mencintai harta yang dimiliki akan menimbulkan sifat a dermawan b pelit

            Rasa cinta pasti ada pada makhluk yang bernyawa. Demikian penggalan lagu yang pernah masyhur sekitar tahun 1980. Perasaan cinta akan menumbuhkan semangat perjuangan dan pengorbanan. Dalam rangkaian menumbuhkan semangat hidup, manusia boleh mencintai sesuatu sepanjang tidak melampaui batas. Mencintai sesama makhluk, mencintai keluarga, mencintai pekerjaan, mencintai jabatan, mencintai harta benda dan sebagainya.

            Semangat dari sebuah getaran cinta dapat menghilangkan rasa lelah. Mendekatkan jarak yang jauh dan meringankan beban yang berat. Orang tua bekerja keras tanpa merasakan letih demi cintanya kepada keluarga. Sebagai sopir travel pergi dari satu kota ke kota lain siang dan malam melawan cape dan kantuk dia lewati dengan enjoy demi mencintai penghasilan. Buruh pabrik atau pelabuhan mengangkat benda yang sangat berat sembil tersenyum demi cintanya untuk memperoleh upah.

            Kecintaan terhadap sesuatu adalah fitrah selama kecintaan itu tidak berlebihan. Namun manakala kecintaan itu melewati batas maka berubahlah statusnya dari cinta menjadi nafsu. Apabila nafsu yang berkuasa tidak jarang orang akan rela menghalalkan segala cara dan melupakan resiko yang akan menimpa. Kecintaan yang wajar membuahkan kebaikan dan kecintaan yang berlebihan membuahkan keburukan.

            Dalam kitab “Nashaihul Ibad”, Syekh Nawawi Banten mengemukakan hadits nabi tentang orang yang mencintai sesuatu secara berlebihan sehingga melupakan yang sebenarnya. Nabi berkata : “Suatu saat akan tiba masanya menimpa umatku mereka mencintai lima hal dan melupakan lima hal. Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat. Mereka mencintai hidup dan melupakan mati. Mereka mencintai rumah mewah dan melupakan kubur. Mereka mencintai harta dan melupakan perhitungan. Mereka mencintai ciptaan Tuhan tetapi melupakan Tuhan pencipta”.

            Nabi Saw memprediksi adanya manusia yang mencintai lima hal secara berlebihan sehingga membuat dirinya lupa kedatangan lima hal yang pasti. Kecintaan yang berlebihan ini hasilnya tidak mendatangkan kebahagiaan hakiki, tetapi berujung kesengsaraan yang berkepanjangan. Bahagia durasinya sebentar dan setelah itu menyesal akibat memperturutkan keinginan nafsu. Prediksi nabi di atas untuk zaman sekarang sudah terbukti ada orang yang berlebihan mencintai sesuatu.

            Pertama, mencintai dunia dan melupakan akhirat. Mencintai dunia boleh saja asal tidak lupa diri. Selama hidup malah perlu merancang kebaikan dunia. Mewujudkan kehidupan yang aman dan nyaman merupakan keharusan. Melalui suasana yang tenteram dan damai sejahtera sebagai dambaan kehidupan. Dunia sebagai ladang untuk menyemai benih-benih kebaikan. Semakin banyak menanam dan melaksanakan kebaikan di dunia semakin tinggi nilai kehidupan.

            Mencintai dunia tentu tetap waspada agar tidak larut dalam gemerlapnya keindahan dunia. Tampilan dunia indah memukau sehingga banyak yang tidak sadarkan diri kalau dunia itu sementara. Lupa kalau setelah dunia itu ada akhirat yang kekal sehingga dunia seakan segala-galanya. Melampiaskan keinginan sendiri tanpa memperdulikan akibat di hari pembalasan. Mereka terlena dalam mencintai dunia dan melupakan adanya akhirat sebagai ujung dunia.

            Kedua, mencintai hidup dan melupakan mati. Hidup dan mati sebagai dua hal yang berlawanan. Hukum alam di dunia ini setiap yang hidup pasti akan mengalami kematian. Cepat atau lambat mati pasti terjadi untuk menuju babak kehidupan selanjutnya. Hakikat adanya hidup dan mati sebagai ajang kompetensi manusia untuk memperlihatkan kualitasnya. Keyakinan adanya mati membuat manusia beriman semakin giat berbuat baik dan takut berbuat salah.

            Sehebat apapun waktu hidup akan berakhir ketika tibanya kematian. Mengingat akan tibanya waktu kematian, maka selagi masih hidup merupakan kesempatan mengukirnya dengan berbagai kebaikan. Mencintai hidup dalam rangka menggunakan kesempatan berbuat baik sebanyak mungkin. Sebaliknya ada orang yang mencintai hidup dan lupa akan mati. Mereka biasanya menjadikan hidup sebagai kesempatan memuaskan nafsu. Tetapi semakin berusaha memuaskan nafsu semakin tidak merasa puas dan jawaban tepat untuk memberikan kepuasan adalah kematian.

            Ketiga, mencintai rumah mewah dan melupakan kubur. Rumah dan kubur adalah dua tempat tinggal manusia di alam yang berbeda. Sewaktu hidup tempat tinggal manusia adalah rumah dan sesudah mati tempanya kubur. Selama hidup manusia memerlukan tempat tinggal. Kemewahan tempat tinggal tergantung kemampuan dan nasib masing-masing manusia mewujudkannya. Tidak ada larangan membuat rumah mewah selama masih mampu dan kemudian menghiasi rumah dengan nuansa ibadah.

            Prediksi nabi di atas mengingatkan adanya pemilik rumah mewah menjadi terlena dengan kemewahannya. Mestinya kemewahan membuat lezat dalam beribadah, tetapi tidak sedikit orang yang tenggelam dalam kemewahan lalu malas beribadah dan bahkan meremehkan ibadah. Terbuai seakan kemewahan kekal selamanya, tiba tiba malaikat Izrail tanpa permisi menjemput dan mengantarnya ke kubur.

            Keempat, mencintai harta dan lupa perhitungan. Harta merupakan perhiasan hidup. Selama hidup manusia perlu harta. Pangkat, jabatan, uang, makanan, rumah, pakaian, perhiasan, sawah, kenderaan dan fasilitas penunjang lainnya. Harta benda pada saatnya ada perhitungan (hisab). Perhitungan terhadap harta lebih rumit karena pertanggung jawabannya dari mana memperoleh dan ke mana mempergunakan.

            Bagi orang yang paham pertanggung jawaban harta tentu lebih berhati-hati cara memperoleh dan cara menggunakannya. Memperoleh dengan cara yang halal dan menggunakannya untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Bagi yang tidak memahami adanya hisab tidak peduli cara memperoleh dan cara menggunakan. Mengumpulkan harta sebanyak mungkin dan dengan cara apapun yang penting dapat. Tapi ujung semua itu, harta benda tidak akan pernah membawa kebaikan.

            Kelima, mencintai ciptaan Tuhan dan melupakan Tuhan pencipta. Allah Swt sebagai pencipta alam semesta. Jagad raya yang indah dengan udara dan segala planetnya. Bumi yang besar terhampar dengan segala kekayaan hutan, nabati, hewani dan tambang. Lautan luas mempesona dengan segala kekayaan lautnya berupa ikan ataupun mutiara. Semua kekayaan alam Allah ciptakan untuk kepentingan dan kebaikan manusia.

            Sebagai manusia beriman tentu bersyukur atas anugerah ciptaan yang luar biasa itu. Kekayaan alam banyak memudahkan dan menyamankan kehidupan manusia. Atas anugerah ciptaan tersebut, lahirlah sikap dalam bentuk pengabdian yang tulus terhadap Tuhan pencipta alam. Namun tidak sedikit pula orang yang hanya pandai mengeruk kekayaan alam ciptaan Tuhan, tetapi tidak pandai bersyukur kepada Tuhan pencipta alam. Tidak melakukan pengabdian yang sempurna dan lupa terhadap pemberi nikmat.

            Ya Allah. Bimbinglah kami untuk mencintai-Mu secara sempurna, berikan kami kemampuan mengendalikan nafsu angkara murka dan anugerahi kami kepandaian mensyukuri segala nikmat yang telah kami terima.

*Wakil Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Kediri

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB

Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Ilustrasi/SINDOnews

BAKHIL menurut bahasa adalah Al-bakhil yang artinya menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, bakhil adalah perbuatan seseorang menahan atau tidak memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada seseorang yang pantas menerima.Hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia. Namun sayangnya, berbagai perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil, pelit alias kikir dan hilang arah.

Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia. (Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Sangat Berbahaya )

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.” (Baca juga: Hati Adalah Raja, Amalan Hati Lebih Penting Ketimbang Amal Badan )

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.