Naskah drama 5 orang tentang kebersihan lingkungan rumah

Tahukah Anda bahwa menjaga lingkungan itu adalah tanggung jawab setiap individu. Lingkungan amat menentukan mutu dan kepribadian kita. Dan berikut ini contoh naskah drama tentang lingkungan.

Contoh naskah drama lingkungan untuk 4 orang ini dapat Anda gubah dialognya sesuai dengan kebutuhan. Dan bagi Anda yang ingin copas diwajibkan untuk mencantumkan link yang mengarah kehalaman ini.

Contoh naskah drama tema lingkungan

Sinopsis Drama Tentang Lingkungan

Linda dan Murni adalah dua orang bersahabat. Linda orangnya sangat tegas, disiplin dan amat mencintai lingkungan. Mendapati desa Murni yang kumuh dia pun menegur Murni dan akhirnya mereka dengan kedua teman Murni mengadakan program sosialisasi lingkungan sehat kepada warga dikampungnya Murni.

Linda:


Tahu, nggak? aku pas kerumah kamu kemarin itu ada seneng ada nggaknya?

Murni:


Oya, emang apa nggak senengnya?

Linda:


Senengnya karena akhirnya aku tahu rumah dan desa kamu, tapi nggak senangnya karena ternyata didesa kamu itu kotor.

Murni:


Iya, masyarakat dikampung aku itu memang tidak seberapa peduli dengan kebersihan, padahal kebersihan itu adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.

Linda:


Iya, benar sekali. Memangnya tidak ada teguran atau sosialisai dari pemerintah desa?

Murni:


Sama sekali nggak ada.

Linda:


Bagaimana kalau kamu yang melakukan sosialisasi?

Murni:


YA AKU sih mau-mau aja, tapi masalahnya apa bisa aku melakukannya sendiri tanpa ada yang membantu?

Linda:


Iya sih..

Linda pun akhirnya menawarkan diri untuk membantu dan dia mengajak Murni untuk mencari dua orang lagi dikampung Murni.



Linda:
Ya sudah, kalau gitu biar aku bantu kamu, tapi kita harus nyari dua oran lagi supaya pekerjaan kita bisa berbuah hasil.

Murni:


Yang bener kamu mau? ya sudah, itu bagus..

Keesokan harinya Linda dan Murni menemui dua orang teman Murni untuk diajak melakukan sosialisi kepada warga. Dan akhirnya agenda sosialisasi terkait pentingnya menjaga lingkungan mereka lakukan.

Meskipun sempat mendapat cibiran dari sekelompok warga, namun secara keseluruhan sosialisasi yang dilakukan Murni dan ketiga temannya berhasil menyadarkan warga. Setelah 1 bulan berlalu. desa Murni tampak jauh lebih bersih dari sebelumnya.

Linda:


Lihat, Mur, sekarang desa kamu jauh lebih bersih dari yang sebelumnya.

Murni:


Iya, terimakasih deh.. ini juga berkat pertolongan kamu, Kalau tidak, sepertinya desa ini masih sangat kumuh dan dipenuhi penyakit.

Linda:


Kita memang harus memiliki kesadaran betapa pentingnya menjaga kesehatan lingkungan supaya masyarakat ini bisa hidup sehat sejahtera, betul nggak?

Murni:


Iya, pastinya.

TAMAT

Nah, sahabat pembaca, demikian tadi contoh naskah drama singkat tentang kepedulian terhadap lingkungan, semoga berguna bagi Anda.


Naskah drama 4 orang tentang lingkungan sekolah- Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, pada artikel sebelumnya kami sudah pernah menulis naskah drama anak sekolah yang berjudul "Ibu Maafkan Aku". Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, abanaonline.com akan kembali berbagi teks drama untuk anak anak.

Namun kali ini bukan berkaitan dengan ibu, melainkan drama tentang lingkungan sekolah untuk 4 orang atau bisa juga 5 orang. [Jumlah anak bisa disesuaikan sendiri, dengan menambah percakapan]. Baiklah berikut alur ceritanya:


Sesuai judul di atas [naskah drama 4 orang tentang lingkungan sekolah], drama ini akan dimainkan oleh 4 orang siswa maupun siswi setingkat SD, SMP atau SDIT.

Di pagi hari yang cerah Fatimah berangkat ke sekolah dengan bersepeda. Sesampainya di sekolah, ia hanya melihat seseorang saja. Ia adalah Ainun. Pagi itu memang sedang gerimis sehingga sekolah masih sangat sepi.

Kala itu Ainun sedang duduk di halaman sekolah sambil membaca buku kisah Nabi Muhammad -shalallahu alaihi wassalam- dan para sahabatnya serta sedang memegang boneka. Kemudian Fatimah menyapa Ainun yang sedang baca buku:

Fatimah: Assalamualaikum, Shobahul Khoir [selamat pagi, pen] Ainuun..

Ainun: Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Shabaahunnur [selamat pagi juga] Fatimaaah... Apakah kamu sudah mengerjakan tugas dari Ustadz Ya Fatimah?

Fatimah: Sudah Nuun, Alhamdulillah, kalau kamu gimana Nuun?

Ainun: Alhamdulillah aku juga sudah Kok.. Fatimah: Eh Ainun, Kenapa halaman sekolah kita Kok' kotor sekali? Ainun: Ya wajar Fat, kan tadi malam habis hujan lebat. Fatimah: Emm, kalau gitu yuk kita bersihkan. [ajak Fatimah] Ainun: Kenapa harus kita yang bersihkan? kan ada Pak Farid yang tugasnya bersih-bersih. Tunggu saja pak Farid datang Fat, paling juga sebentar lagi. Fatimah: Tapi kan kita yang pertama kali melihat halamannya kotor? Lagi pula nanti juga dapat pahala dari Allah. Karena kita beramal Shalih membantu Pak Farid bersih-bersih halaman sekolah sekaligus mencintai lingkungan yang bersih. [Fatimah menasihati Ainun] Ainun: Ah tidak usahlah, biar pak Farid aja yang bersih bersih. Saya lagi pengin mainan sendiri [sambil megang boneka Barbie]. Fatimah: Ya sudah kalau kamu tidak mau membantu, biar aku sendiri saja yang bersih bersih halaman sekolah. [sambil mungutin sampah yang berserakan di halaman]
Setelah Fatimah mengajak Ainun dan Ainun menolaknya. Akhirnya Fatimah membersihkan halaman sendirian. Ia mengambil sampah satu demi satu dan memasukkan ke dalam tempat sampah. Bersamaan dengan itu, datanglah salah satu teman Fatimah dan Ainun, namanya Yusuf. Yusuf: Assalamualaikum teman teman.. Ainun+Fatima: Wa'alaikumussalam Yusuf.. [Fatimah yang sedang mengambil sampah dan Ainun yang sedang bermain boneka menjawab salam Yusuf] Yusuf: Loh Fatimah kamu ngapain bersih-bersih halaman sekolah? Bukannya nanti Pak Farid yang bersihkan ya? Ainun: Iya tuh dengerin Yusuf, biarin Pak Farid saja Fat yang bersih bersih. Kasian kamunya entar kotor. Fatimah: Yusuf, kan halaman sekolah kotor juga karena kita, apa salahnya kalau kita yang membersihkan? Lagian sampahnya tidak terlalu banyak. Jadi saya masih bisa menjaga diri supaya tidak kotor. Yusuf: Iya juga. Tapi terserah kamu sih Fat, saya mau main dulu juga..
Beberapa menit kemudian Aisyah datang dan mengucapkan salam sapa kepada semua yang ada di halaman sekolah. Yaitu Fatimah, Ainun dan Yusuf. Aisyah: Assalamualaikum semua, lagi ngapain kalian bertiga? Kalian berdua melihat Fatimah membersihkan halaman tapi malah kalian main sendiri? [Aisyah menegur Ainun dan Yusuf] Fatimah: Wa'alaikumussalam Aisyah, Emm Biarlah Syah, biarkan saja mereka tidak mau membantu. Tidak mengapa Insyaallah.. Yusuf: Tadi aku udah bilang kan ada Pak Farid. Jadi biarkan Pak Farid melaksanakan tugasnya bersih-bersih, kitakan tugasnya belajar. Aisyah: Kalian tidak boleh seperti itu teman teman, kita tidak boleh mengandalkan Pak Farid untuk membersihkan sekolah kita. Kebersihan itu kan sebagian dari iman loh! [Tegas Aisyah kepada Ainun dan Yusuf] Dan juga bukti keimanan kita kepada Allah itu adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Selain itu menjaga kebersihan juga supaya kita terhindar dari penyakit. [Lanjut Aisyah] Ainun: Setiap hari aku menjaga kebersihan tapi tetap saja sakit. Aisyah: Sakit itu disebabkan bukan hanya karena tidak menjaga kebersihan, tapi yang paling utama itu semua karena Allah. Bisa juga karena kurang asupan gizi dan lemahnya imun tubuh kita. Jadi kita tidak boleh loh mengeluh sakit dan menyalahkan Allah. Fatimah: Iya bener tuh Aisyah, sakit itu datangnya dari Allah bukan karena hal yang lain, kita hanya berusaha saja dengan menjaga kebersihan serta menjaga asupan gizi kita. Aisyah: Sudah sudah cukup, jangan saling menyalahkan. Lebih baik sekarang kita bersama-sama menjaga lingkungan sekolah. Agar terlihat indah dan bersih. Lingkungan bersih, hati kita pun akan ikut bersih Ainun dan Yusuf: Iya Yuk Yuk.. Ainun: Ya udah, boneka saya mau dimasukin ke dalam tas dulu. Setelah bersih bersih nanti saya akan melanjutkan mainnya. Fatimah: Yusuf, kamu yang laki-laki ambilin tempat sampah dong..! [Suruh Fatimah kepada Yusuf]. Yusuf: Iya deh, demi keindahan. Hehe Anak baik harus suka keindahan. Akhirnya mereka semua pun berbondong bondong membersihkan lingkungan sekolah mereka. Mulai dari memungut sampah, menyapu dan membuang sampah ke dalam tempatnya.
"Anak yang baik, pasti menyukai kebersihan lingkungan sekolah"

Naskah drama 4 orang tentang lingkungan hidup di atas menggambarkan seorang siswi yang sikap dan tanggap dalam kebersihan halaman sekolahnya. Karena membersihkan sekolah tidak harus menunggu petugas. Ketika kita melihat sampah, maka sampah itu adalah tanggung jawab kita.

Baca juga: Contoh Naskah Drama Anak Sekolah Tentang Kepedulian yang Mengharukan

Demikianlah teks naskah drama tentang lingkungan sekolah. Khususnya dalam menjaga kebersihan halaman sekolah. Semoga naskah ini bisa bermanfaat buat teman-teman guru yang membutuhkan.

Video yang berhubungan

 Assalamualaikum wr. wb. . .

 Teman, saya ingin sekedar berbagi ilmu saja tentang tugas saya saat pengalaman membuat drama kelompok 5 orang. . .silahkan boleh nyontek & terima kasih kunjungannya, jangan lupa juga tinggalkan komentar anda. . .

Disuatu daerah di kota Pakila terdapat sebuah  desa yang terkenal sangat kumuh, desa tersebut  bernama Wungulali. Dan tak heran banyak orang yang simpatik akan keadaan desa tersebut. Namun, sebenarnya kekumuhan tersebut tidak lepas dari pola hidup masyarakat yang tinggal di desa itu. Masyarakat yang acuh dengan desa itu yang menyebabkan desa itu menjadi kotor dan kumuh, salah satu contohnya adalah pembuangan sampah ke sungai. Sehingga desa itu pun menjadi langganan akan bencana banjir. Sebenarnya kita tak usah lagi merasa heran jika desa itu kebanjiran, karena dari pola hidup masyarakatnya sendiri pun kita sudah bisa melihat dan mengetahui apa sebab dan penyebabnya.

Namun di desa Wungulali itu, ada seorang kakek tua yang masih mempunyai sikap cinta terhadap lingkungan, yaitu kakek Galuh. Kakek itu sangat peduli akan lingkungan d sekitarnya, hinga setiap ia melihat ada orang yang mengetori desa tersebut ia langsung bertindak dengan menegur dan mengingatkannya, tak kadang juga kakek Galuh pun marah sampe mengejar orang yang telah merusak dan mengetori alamnya.

Fendy            : “Aduh duh, aduh alah ieung mules pisan geuning.”

                         (Lari menuju sebuah sungai yang memang sering ia gunakan untukmembuang kotorannya.)

Galuh             : ( Duduk sambil mengawasi dan menjaga desa terutama sungai yang dekat dengan rumahnya, namun.... )

                      

“ Hey, kamu! Sedang ngapain kamu disitu? Apa yang kamu lakukan? “

Fendy            : (Kaget dan tergesa-gesa untuk pergi.)

Galuh             : “ Dasar sontoloyo!” ( Marah dan memegang kedua pinggangnya, dan kemudian lari untuk mengejarnya).


Fendy
            : ( Lari kabur, agar lepas dari hantaman kakek Galuh).

                       “ Hahahaha, I’m sorry. weeekkk :P ”

Galuh             : “ Ya Allah gusti... “

                       (Kecewa dan sedih melihatnya).

( Tak lama kemudian ada pula Bu Ratna yang membuang sampah ke sungai yang bersal dari limbah rumah tangga yang mencemari sungai tersebut. Tentu saja Kek Galuh pun tak tinggal diam melihat perbuatan Bu Ratna tersebut.)

 Galuh            : “ Hey, bu! Apa kau tidak lihat? Itu sungai bukan tempat sampah !” ( Berdiri menghampiri Bu Ratna).

Bu Ratna       : “ Mana? Itu? ( Dengan gaya cuek dan acuhnya.) Terus apa tak pikir? 

                        Terus aku harus bilang w0w gitu? Terus aku harus peduli, gituh?

                        Terus kakek mau apa? Mau ambil sampahnya lagi? Ambil aja!

                        Aku sih cuek :P ”

Galuh             : “ Eheh.... dibilangin kok malah nyolot. Dasar gak punya etika sopan santun!”

( Bu Ratna tak menghiraukan apa yang dikatakan kek Galuh, ia hanya menolehkan wajahnya kemudian pergi meninggalkan kek Galuh).

Kek Galuh merasa sangat sedih melihat para warganya yang makin lama makin seenaknya saja mengotori dan merusak lingkungannya sendiri yang tak menghiraukan akan efek dari perbuatannya itu.

( Dan keesokan harinya ada pelajar SMA yang seharusnya belajar di sekolah namun mereka malah bermain dan memancing  di sungai dekat rumah kek Galuh. Dan salah satu pelajarnya itu adalah si Fendy yang merupakan warga desa Wungulali ).

Fendy            : “ Halah halah, matematika-fisika-kimia. Bisa-bisa nih kepala pecah kalau tiap hari mendapatkan pelajaran seperti ini”. (Dengan malasnya)

Epi                 :“ Hey.. What’s up bro?” (Senyum-senyum mendekati si Fendy yang merupakan sahabat karibnya).

Fendy            : “ Hazzah ep, males aku dengan hari ini.”

Epi                 : “ Kenapa? Iya sih, Fen. Aku juga males buangetz kalau udah ketemu hari senin. Udah ada upacara, pulangnya siang, ditambah lagi pelajarannya yang menguras otak. Alamma mumet aku ah.”

Fendy            : “ Hemmmh...

( Tak lama kemudian si Fendy mepunyai ide cemerlang, yaitu ide  untuk bolos pelajaran ).
“ Eh.. eh.. gimana kalau hari ini kita bersenang-senang aja?”

Epi                 : “ Maksudnya?” (Dengan bingungnya).

Fendy            : (Menjelaskan). “ Kita bolos pelajaran yuk? Hehehe, yuyuyuyuk.. yuhuyy.”

Epi                 : “ Tapi mana boleh kita keluar sekolah, apalagi bentar lagi kita akan upacara”.

Fendy            : “ Emmmhh... emmmh.. emmmhh.. “ ( Kebingungan).

( Tettt...... tetttt.... tetttt... suara bel pun berbunyi dan saatnya untuk upacara).

Epi                 : “ Hazzahh, gimana sih kamu. Udah bel, udahlah kita upacara aja!” (Ajakannya kepada si Fendy)

( Ketika upacara si Fendy yang biasanya ribut banyak omong  namun justru pada hari itu dia malah diem tanpa ada suara sedikit pun dari mulutnya. Dan kemudian ada si Bagas yang merupakan siswa berprestasi di kelasnya yang bertanya kepada is Fendy ).

Bagas             : “Hey.. tumben kamu diem, Fen?” (Merasa heran) .

Fendy            : “ Apaan sih ah? “ (Diam lagi)

Bagas             : “ Ada apa sih dengan dia? Aneh banget deh.” (Berbicara sendiri)

                       (Fendy pun masih memikirkan cara untuk bisa  bolos hari ini.)

Fendy           

: “ Aduh.. bingung aku ah!”

Bagas             : “ Ada sih, Fen. Ada masalah ya?

                        Coba cerita deh sama aku, siapa tau aku bisa bantu.” (Keponya si Bagas)

Fendy            : “ Heh jadi orang kok kepo banget sih!” ( Menyentaknya)

Bagas             : “ Ya udah maaf, Fen”. ( Kecewa)

Fendy            : “ Tapi gak ada salahnya juga sih kalau aku cerita sama kamu, Gas.

                        Hheheehe”

Bagas             : “ Oh ya? Terus? Kamu kenapa? Ada apa? Ayo coba cerita!”

                      

(Si Fendy diam dan memalingkan kepalanya dengan wajah malesnya)

Fendy            : (Bercerita). “ Gini nih, hari ini pelajarannya apa?”

Bagas            

: (Kaget). “ Ya Allah, Cuma karena itu?”

Fendy            : “ Yeyy... tunggu dulu dong! Udah deh ah, mending cepetan aja jawab dulu !”

Bagas             : (Menjawab). “Matematika, Fisika dan Kimia.”

Fendy            : “ Lhah itu dia......

Bagas             : “ Apaan? Mana? (Memotong pembicaraan)

Fendy            : “ Ehehh.. woless bro!” Gini nih ceritanya, hari ini kan pelajarannya Matematika, Fisika dan Kimia. Aku sih percaya dengan kamu yang pintar. Sedang aku? Males aku ah.”

Bagas             : “Terus? Kamu mau bolos gitu?”

Fendy            : “ Yapz.. betul sekali.”

Bagas             : “ Kamu yakin?”

Fendy            : “ Mengapa tidak !”

Bagas             : “ Kapan? Aku boleh ikutan gak?”

Fendy            : “Aku gak salah dengar? (Kaget dan senang mendengarnya)

Bagas             : “ Iya, aku juga males kok. Pusing lah kalu tiap hari harus pelajaran mulu. Aku kan juga pengen refresing.”

Fendy            : “ Okelah, sip! Kau memang sahabatku yang terbaik, haha” (Senyum)

Bagas             : “ Kapan?”

( Pasukan dibubarkan. Upacara pun selesai. Fendy pun langsung mencari si Epi )

Fendy            : “Heh Epi, gimana? Kamu ikut gak?”

Epi                 : “Oh jelas dong, pastinya. Ayo?! Tapi caranya gimana?”

Fendy            : “ Gampang. Bagas, sini !” ( Memanggil si Bagas sambil tersenyum)

Epi                 : “ Kok ada dia?” (Heran)

Fendy            : (Menjelaskan) “ Dia pengen ikut.”

Epi                 : “ Gak salah kamu? Palingan kamu paksa. Iya kan?”

Fendy            : ”Astagfirullah...”

Bagas             : “ Hhaha, baru pertama kalinya aku dengar si Fendy istigfar. Iya pi, aku ikut. Aku juga males kali di kelas terus. Setress aku.”

Epi                 : “ Oh ya, ya udahdeh. Gak penting lah yang pentig ayo kita pergi sekarang!”

(Mereka pun segera untuk pergi)

Fendy            : ( Menulis surat dispensasi untuk mereka bertiga).

Bagas             : “ Untung aja disini gak ada satpam. “

Fendy            : “ Santai aja kali ah. Dasar anak penakut.”

Epi                 : “ Heh apaan sih, udah deh. Mending segera kita cabut daripada ribut disini ntar ada yang tau. Gaswat;”

Bagas             : “Ya iya, yuk ah. Tapi Fen, kita ini mau kemana?”

Fendy            : “ Kita pergi ke sungai mancing. Sejuk banget tau disana.”

Epi                 : “ Oh..okelah sip.”

(Sebelum mereka sampai, mereka mampir ke warung untuk membeli jajan sebanyak-banyaknya. Da tak lama kemudiaan mereka pun sampai.)

Bagas             : “ Wow.. it’s amazing. Astagfirullah.”

Epi                 : “Busyeet indah bener ya.”

Fendy            : “ Biasa aja kali kalian berdua. Ayo kesana, kita mancing disana.”

Epi                 : “ Ayo ah, gaspol.”

( Ketika mereka sedang asyik bermain dan dari ujung sungai itu....)

( Kek Galuh yang sedang duduk di depan rumahnya kemudian melihat..)

Galuh             : “ Hey.. apa yang sedang kalian lakukan dsini? (Berdiri dan kemudian menghampiri mereka)

( Dan mereka pun acuh terhadap omongan kek Galuh )

Galuh             : “ Astagfirullah..”

Epi                 : “ Apaan sih kek, udah tua juga brisik banget.”

Bagas             : “ Iya nih, kakek kalau udah tua itu mendingan diam aja di rumah, tidur.”

Galuh             : (Hanya bisa menggelengkan kepalanya)

  “Tak apa nak, kakek memang sudah tua bahkan sebentar lagi kakek bakal

  tidur di dalam tanah. Tapi kakek gak akan tinggal diam nak, melihat generasi

  muda yang acuh terhadap lingkunag seperti ini. Coba lihat, bekas jajan kalian

  yang kalian buang ke sungai! Tak berpikir kah kalian akan efek tersebut?”

Fendy            : “ Whatever deh ah.”

Galuh             : “ Iyalah kamu whatever, orang hobbymu aja buang kotoran disini kok.

                        Jadi ya tak heran lagi kalau kamu buang sampah seperti ini.”

( Hahahahah Epi dan Bagas tertawa terbahak-bahak)

Epi & Bagas  : “Hahahahahaha”

Fendy            : “ Heh apaan sih kalian berdua?” ( Merasa malu)

Galuh             : “Udah-udah mendingan sekarang kalian balik sekolah!

              Disini bukan tempat bermain nak. Disini bahaya. Lagian ntar kalau guru

              dan orang tua kalian tau pasti akan dimarahin kalian.”

Bagas             : “Alah apaan sih kek.” ( Meninggalkan si kakek)

( Dan mereka pun kemudian meninggalkan si kakek. Dan tak lama kemudian...)


Fendy
           : “ Aww...

Epi                 : “ Astagfirullah, Bagas cepet kau bantu dia.”

Bagas             : (Lari mengejar si kakek untuk meminta bantuan). Kek, tolong kek temen saya Fendy jatuh ke sungai.”

Galuh             : “ Mana ?” ( Dan segera lari membantu)

( Dan alhamdulillah Fendy pun selamat. Mereka pun hanya bisa diam dan menundukkan kepala )

Fendy            : “ Maaf ya kek. Maaf kita yang sudah menghiraukan dan tak mau mendengarkan apa kata kakek.” ( Dengan mersa bersalah)

Epi                 : “ Maafin kita ya kek, kita sudah mencemari lingkungan kita sendiri.

              Kita generasi muda yang justru malah mengotori lingkungan ini padahal

              seharusnya kitalah yang menjaga dan melestarikan lingkungan ini.”

Bagas             : “ Iya kek, maafin kita ya. Kita janji kek, kita gak kan melakukan dan mengulanginya lagi. Kita janji kek untuk bisa lebih menjaga alam ini.”

Galuh             : ( Tersenyum). “Sudahlah nak, tidak apa-apa. Setidaknya kalian kini seudah mengerti bahwa mengotori lingkungan itu tidak baik adan akan menimbulkan efek tersendiri bagi kita sendiri. Dan sudah seharusnya juga kitalah sebagai penerus untuk bisa menjaga alam kita. Ayo mending sekarang ke rumah kakek dulu untuk mengeringkan baju kamu,nak!”

Fendy            : “ Iya,kek.”

( Dan ketika di rumah si kakek, mereka pun melihat foto di dinding rumahnya yang bertemakan lingkungan. Foto itu bervariasi, ada foto ketika banjir, foto ketika kerja bakti di tahun 80-an, ada pula foto si Fendy yang sedang membuang sampah di sungai.)

Galuh             : “ Lah nak, inilah yang perlu kita renungkan. Lingkungan yang harus kita jaga demi menciptakan alam yang indah yang bebas dari bencana. Banayk dari kita yang tak faham akan lingkungan, tapi kalian sebagai generasi mudalah yang menjadi tongkat masyarakat untuk menjaga alam ini. Kalau bukan kita, terus siapa lagi?”

Epi                

: ‘ Siap, kek. Aku kan berjanji untuk menjaga alam ini.”

Bagas             : “ Saya juga kek, saya akan menjadi penerus bangsa yang cinta akan

                       

lingkungan seperti kakek.”

Fendy            : “ Iya kek, saya pun demikian. Saya akan lebih menjaga alam ini dan saya

              pun tidak akan membuang kotoran di sungai seperti itu lagi. Maafin kita

              ya,kek. Kita malu sama kakek yanag sudah tua namun cinta lingkungannya

              yang tinggi. Kami bener-bener salut sama kakek.”

Galuh            

: “ Ah sudah-sudah, biasa aja lah . Hehehehe.”

Epi, Bagas, Fendy : “ Hehehehehehe”

Galuh             : “ Ya sudah, setelah ini kalian harus balik lagi sekolah,

              belajar lah dengan sungguh-sungguh, jangan hanya bermain dan bermain

              seperti yang sudah-sudah!”

Epi, Bagas, Fendy : “ Siap,kek.”

Fendy           

: “ Ya sudah kek, kami langsung pamit saja kalau gitu. “

Epi, Bagas, Fendy : “ Terimakasih kakek, Assalamualaikum.” (Pergi menuju sekolah)

Galuh             : “ Waalakiumsalam” ( Tersenyum)

( Nah teman-teman drama ini dapat kita jadikan sebagai contoh, bahwa mencintai lingkungan adalah tugas kita terutama generasi muda. Dan janganlah kita bersikap seenaknya saja dengan alam, karena kalau alam sudah marah yang kena pasti kita juga. Disamping itu, kita pun harus belajar dengan sungguh-sungguh jangan hanya asal berangkat namun kita tak mendapatkan ilmu yang maanfaat ).

 PEMERAN :

1. Epi Khopipah

2. Aditya Muhammad W.B

3. Ratna Ayu Wardani

4. Galuh Dian Pradana

5. M. Fendy Ariyanto 


Page 2