Menumbuhkan sikap ikhlas dan bersyukur terhadap rezeki yang dikaruniakan ALLAH

Menumbuhkan sikap ikhlas dan bersyukur terhadap rezeki yang dikaruniakan ALLAH

(aceh.kemenag.go.id/Kemenag Aceh)

[Meulaboh | Jufrizal Muaz] Seperti biasanya setiap ba’da zuhur jamaah di mushalla An-Nida Kankemenag Aceh Barat melaksanakan kagiatan ceramah agama, Selasa (14/06) hari ini yang menjadi menjadi penceramah yaitu Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Drs. H. Mulyadi. Dalam ceramahnya H. Mulyadi menyampaikan tentang beberapa kiat atau cara untuk mencapai ikhlas, dia mengatakan iklas merupakan juga indikator diterima atau tidaknya suatu amalan. 

Allah tidak menerima amalan seseorang hamba, melainkan jika memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba’atur-rasul (mengikuti sunah Rasulullah SAW). Bila syarat yang pertama terpenuhi (ikhlas), maka tercapailah kesahihan batin. Dan, bila syarat yang kedua terpenuhi, maka tercapailah kesahihan lahir. Bukankah hidup ini singkat, lantas apa yang dicari kecuali bekal untuk menuju akhirat yang tidak memiliki akhir. 

Namun meski sulit untuk diterapkan, bukan berarti keikhlasan tidak bisa digapai. Bermujahadah, menggerakan semua daya dan upaya untuk mendapatkannya tetap menjadi keharusan. Lantas bagaiamana cara menumbuhkan perasaan ikhlas dalam melakukan sesuatu. Ada enam ulasan cara menumbuhkan perasaan ikhlas:

1. Selalu Menghadirkan Kebesaran Allah Ta’ala

Cobalah bertanya dalam diri, apa sebenarnya tujuan hidup kita di dunia? Bukankah jelas Allah menciptakan jin dan manusia semata-mata hanya untuk menyembah-Nya. Lantas apa yang bisa kita harapkan dari manusia, semisal Ia bisa memuji terhadap apa yang kita lakukan? Tidak ada, selain justru menumbuhkan perasaan ria dalam diri yang justru mengurangi pahala dari Allah SWT

Munculkanlah perasaan bahwa Allah adalah dzat Maha Besar yang ada di semesta. Sehingga kita akan terhindar dari perasaan sombong dalam melakukan sesuatu, pasalanya ada Dzat yang lebih besar dibanding semua yang kita miliki di dunia ini. 

2. Berdoa Kepada Allah agar Diberi Keikhalasan

Rasa merupakan bentuk kasih sayang dan karunia Allah yang disematkan dalam hati manusia. Jika Dia berkehendak maka Ia akan memberikan ‘rasa’ yang kita minta. Sebaliknya jika Dia menghendaki, mungkin Dia akan menjauhkan dari ‘rasa’ untuk berbuat baik. Maka dari itu, sebaiknya berdoa agar diberi perasaan ikhlas saat melakukan suatu amalan atau saat menerima musibah.

Dan sungguh benar apa yang dikatakan Ibnul Qoyyim rahimahullah, bahwa kehinaan adalah ketika Allah meninggalkan seorang hamba dengan dirinya sendiri.

3. Mengingat Pahala Keikhlasan

Ikhlas merupakan satu-satunya jalan menuju surga. Tanpa keikhlasan suatu amal tidak akan diterima, dan tanpanya juga seorang hamba akan terjerumus ke dalam neraka. Berusahalah untuk mengingat hal ini, ketika perasaaan tidak ikhlas itu kembali hadir. 

Juga selalu mengevaluasi diri dan bersungguh sungguh. Baik sebelum, ketika, dan setelah beramal. Sebelum memulai, berhentilah sejenak, tanyakan kepada jiwa kita, apa yang kita ingingkan dengan amalan ini? Jika yang diinginkannya adalah ridha Allah, atau pahala dari Allah ta’ala, maka hendaklah seseorang meneruskan amalannya. Namun sebaliknya, jika ternyata yang diinginkan hal lain selain Allah Ta’ala, maka hendaknya seseorang tidak melanjutkan amalannya sampai meluruskan niatnya.

Ketika sedang beramalpun tetaplah melihat hati kita, jangan sampai berubah niatnya, jika kemudian muncul niat lain selain Allah, maka segera palingkan kepada Allah ta’ala. Begitu juga setelah beramal. Jangan sampai muncul keinginan untuk diketahui oleh manusia, hingga kemudian menceritakan amalannya sambil berharap pujian dari mereka.

4. Memperbanyak Ketaatan

Taat merupakan apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT. Dengan memperbanyak melakukan ketaatan, hati kita terbiasa dekat dengan Allah. Sehingga saat melakukan sesuatu yang teringat hanyalah Allah SWT

5. Tidak Takjub dengan Diri Sendiri

Takjub dengan diri sendiri, membuat kita menyekutukan Allah dengan diri sendiri. Seakan akan dia telah berjasa kepada Allah dengan amalannya. Padahal, hakekatnya justru sebaliknya. Seorang bisa beramal merupakan taufik dari Allah ta’ala.

6. Bergaul dengan Orang-orang Ikhlas

Ikhlas memang rahasia antara manusia dan Rabb-Nya. Namun demikian, manusia bisa merasakan rekan atau saudaranya melakukan sesuatu dengan ikhlas atau tidak.  Bergaul lah dengan mereka yang anda rasa memiliki ilmu ikhlas ini. Dengan harapan bisa berqudwah dan mengikuti mereka dalam keikhlasan.

Ikhlas adalah ilmu yang begitu mahal, mendapatkannya pun kita harus berperang dengan hawa nafsu dalam diri. Maka dari itu, mulailah untuk belajar menerapkan perasaan ini sedikit demi sedikit hingga akhirnya kita terbiasa. Semoga Allah selalu menyirami hati kita dengan perasaan ikhlas. [yyy]


Bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita adalah suatu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT di banyak ayat. Di antaranya adalah firman Allah SWT:“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah.” [QS Al Baqarah: 172]

Bersyukur kepada Allah SWT artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah SWT. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/268), ada tiga cara mensyukuri nikmat Allah  yaitu:

1. Bersyukur dengan hati.

Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah  semata.

2. Bersyukur dengan lisan.

Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.

3. Bersyukur dengan anggota tubuh.

Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah SWT.

Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Sebagaimana Allah  SWT berfirman: “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]

Kegiatan tausiah minggu ini oleh Ustadz Jihad Mursal Ritonga dan dihadiri oleh Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Muhammad Rusydy, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Ahmad, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial dan Budaya (Kesosbud) Yoan Dema serta staf Kantor Camat Mandau. Kegiatan ini diakhiri dengan doa bersama oleh ustadz dan seluruh staf yang mengikuti tausiah di mushalla Kantor Camat Mandau, Jumat, (11/01/19).


Merdeka.com - Umat muslim wajib bersyukur atas nikmat Allah SWT telah diberikan, dari nikmat harta hingga nikmat bernapas. Sebab bersyukur disebutkan sekitar 70 ayat di dalam Alquran.

Salah satu dari ayat tersebut yakni pada surah Al Baqarah ayat 172. "Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya Dia yang kamu sembah."

Imam Al Ghazali menerangkan bahwa bersyukur kepada Allah dapat dilakukan dengan empat cara yaitu seperti dikutip dari buku Amalan Pembuka Rezeki tulisan Karya Haris Priyatna, Lisdy Rahayu.

1. Bersyukur dengan hati

Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah.

"Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (QS An-Nahl [16]:53).

Bersyukur dengan hati bisa membawa seseorang pada sikap menerima karunia Allah, dengan penuh keikhlasan tanpa kecewa atau keberatan betapa pun kecilnya nikmat tersebut.

2. Bersyukur dengan lisan

Bila hati seseorang telah sangat yakin bahwa segala nikmat yang didapatkan berasal dari Allah SWT. Dia pasti akan mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Oleh karena itu, jika mendapatkan nikmat dari seseorang lisannya tetap memuji Allah. Karena mesti disadari bahwa orang itu sekedar perantara Allah.

3. Bersyukur dengan tindakan

Bersyukur dengan tindakan bermakna bahwa semua nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhaiNya.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Allah SWT sangat suka melihat nikmat yang diberikan kepada hambaNya dengan cara dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmatNya pada hambaNya," sabda Rasulullah.

Maksud dari hadis ini ialah Allah sangat suka pada hamba-hambaNya yang memperlihatkan dan mengakui segala nikmat yang dilimpahkan kepadanya. Misalnya, orang kaya hendaklah membagi hartanya untuk zakat sedekah dan sebagainya.

4. Merawat kenikmatan

Apabila mendapatkan nikmat dari Allah SWT usahakan untuk merawatnya agar tidak rusak. Hal ini seperti menjaga amanah dari Allah. Contohnya kita memiliki tubuh yang sehat wajib menjaga agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Caranya tentu saja makan makanan yang halal dan baik.

Baca juga:

Rumah orang seperti ini tidak akan dimasuki oleh malaikat

Ini tiga amalan mulia di sepuluh akhir Ramadan

Kisah pemimpin sederhana yang gajinya habis diberi ke fakir miskin

Tak salat tanpa sebab akan dikumpulkan bersama Firaun di hari Kiamat

Orang-orang sabar akan masuk surga tanpa dihisab