Menghubungkan dan membandingkan kejadian sejarah di tempat lain

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 15 are not shown in this preview.

Ilustrasi mempelajari peristiwa sejarah. Foto: Pixabay

Tidak semua peristiwa yang terjadi pada masa lampau merupakan sejarah. Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah apabila peristiwa tersebut membawa perubahan bagi masyarakat. Misalnya, perubahan hidup manusia dari masa praaksara ke masa aksara.

Menurut buku Sejarah Indonesia Paket C Tingkatan V Modul Tema 1 karya Sulaiman Hasan dan Anik Irawati, S.Pd (2017: 12), ilmu sejarah diperlukan agar seseorang memahami berbagai peristiwa dan pengalaman yang terjadi di masa lampau. Sebab pada dasarnya, apa yang terjadi di masa kini merupakan hasil dari rentetan kejadian dari masa-masa sebelumnya.

Selain itu, Ir Soekarno juga mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya mempelajari sejarah melalui slogannya “Jas Merah” atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.

Untuk menyusun sebuah sejarah juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Sejarawan harus bisa menerapkan konsep berpikir tertentu sehingga peristiwa sejarah dapat dikaji secara sistematis dan menyeluruh.

Ilustrasi menyusun peristiwa sejarah menggunakan konsep berpikir tertentu. Foto: Pixabay

Dikutip dari buku Konsep Dasar Berpikir Sejarah Kelas X/Ganjil tulisan Linda Ainiyah, konsep berpikir sejarah dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Konsep Berpikir Kronologis

Mempelajari peristiwa sejarah akan selalu berkaitan dengan waktu. Upaya menyusun peristiwa sejarah secara teratur berdasarkan urutuan waktu disebut kronologi sejarah.

Pnyusunan secara kronologi harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kerancuan dalam pembabakan waktu sejarah, merekonstruksi masa lalu berdasarkan urutan waktu, serta menghubungkan dan membandingkan kejadian sejarah di tempat lain dalam waktu yang sama.

Contoh kronologi sejarah adalah lahirnya sebuah kerajaan yang diawali dengan peristiwa perebutan kekuasaan atau pemberontakan. Kelompok yang memenangkan pemberontakan tersebut akan mendirikan kerajaan baru.

Kemudian secara kronologis digambarkan perkembangan kerajaan baru tersebut. Mulai dari siapa saja yang menjadi raja, peristiwa-peristiwa penting apa saja yang terjadi selama kerajaan itu berdiri, dan bagaimana kerajaan itu berakhir.

2. Konsep Berpikir Diakronis

Sejarah melihat suatu peristiwa dari rentang waktu. Oleh sebab itu, sejarah bersifat diakronis yang artinya memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang.

Ilmu sejarah lebih mementingkan proses. Ilmu sejarah berusaha menjalankan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu dalam kehidupan masyarakat.

Contohnya adalah masa Demokrasi Liberal pada tahun 1950-1959. Dalam catatan sejarah, di antara tahun tersebut terjadi tujuh kali pergantian kabinet, yaitu:

  1. Kabinet Natsir (6 September 1050- 21 Maret 1951)

  2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)

  3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juli 1953)

  4. Kabinet Ali Sastroamidjojo (31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)

  5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)

  6. Kabinet Ali II (20 Maret 1956 - 4 Maret 1957)

  7. Kabinet Djuanda (9 April 1957 - 5 Juli 1959)

Untuk menguraikan peristiwa sejarah di atas dapat direkonstruksi dengan cara berpikir diakronis, yaitu memanjangkan waktu terjadinya Demokrasi Liberal sejak 1950 hingga berakhir dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Ilustrasi peristiwa sejarah yang dibuat dengan konsep berpikir tertentu. Foto: Pixabay

3. Konsep Berpikir Sinkronis

Berpikir sinkronik artinya mempelajari sejarah dalam kurun waktu tertentu, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas. Sejarawan dituntut untuk menerangkan suatu peristiwa secara mendalam dengan mengkaji aspek politik, ekonomi, dan sosial budayanya.

Konsep ini memandang adanya keselarasan antara suatu peristiwa dengan peristiwa lain. Jadi, dengan berpikir sinkronik, seseorang dapat mempelajari peristiwa secara mendetail.

Misalnya ketika mempelajari Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Secara otomatis, seseorang juga akan mengetahui bahwa Sriwijaya mampu membentuk armada angkatan laut terkuat sekaligus mengawasi perairan di Nusantara. Kekuatan militer inilah yang menjadi jaminan keamanan bagi para pedagang di wilayah tersebut.

4. Konsep Berpikir Periodisasi

Periodisasi adalah pengelompokkan peristiwa sejarah dalam suatu babak, masa, zaman, atau periode tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Ini berbeda dengan kronologi yang merupakan urutan waktu terjadinya peristiwa dari yang paling awal hingga paling akhir.

Salah satu contoh periodisasi adalah sebagai berikut:

  1. Perodisasi Dinasti-Dinasti di China

  • Dinasti Shang: 1766 SM - 1122 SM

  • Dinasti Chou: 1122 SM - 255 SM

  • Dinasti Chin: 255 SM - 205 SM

  • Dinasti Han: 205 SM - 211 SM

  • Dinasti Mongol: 1279 - 1369

  • Dinasti Ming: 1369 - 1642

  • Dinasti Manchu: 1644 - 1911


Page 2