Mengapa sekarang Indonesia tidak lagi dijuluki negara paru-paru dunia

Minggu, 20 Februari 2022 - 13:47 WIB

Indonesia dianugerahi keanekaragaman hayati dari ujung timur sampai ujung barat. Tak heran, banyak wisatawan mancanegara dan lembaga penelitian dunia memberikan julukan kepada Indonesia diantaranya paru-paru dunia. Foto/Ilustrasi/The New York Times

JAKARTA - Indonesia dianugerahi keanekaragaman hayati dari ujung timur sampai ujung barat. Selain itu, Indonesia juga dikenal memiliki kekayaan budaya serta peninggalan sejarah yang menakjubkan. Tak heran, banyak wisatawan mancanegara dan lembaga penelitian dunia memberikan julukan kepada Indonesia karena keunikannya ini.Mengutip kanal Youtube Angka dan Data pada Minggu (20/2/2022), dari sekian banyak julukan yang ada, inilah 5 julukan Indonesia yang paling terkenal di mata dunia.

1. Negara Agraris

Tak hanya laut yang luas, Indonesia juga mempunyai tanah yang subur untuk lahan pertanian. Inilah salah satu alasan mengapa mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani sehingga Indonesia dijuluki sebagai negara agraris.

2. Negeri Seribu Pulau

Wilayah kedaulatan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dengan 5 pulau besar utama yaitu Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Dengan jumlah pulau sebanyak ini, maka tak heran jika Indonesia mendapat julukan sebagai negeri seribu pulau.

Baca Juga: Mari Pahami Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945

3. Negara Maritim

Indonesia memiliki luas wilayah perairan sekitar 3.257.483 km. Luas perairan Indonesia ini lebih luas dari total daratan Indonesia sehingga tak heran jika Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim, karena wilayah lautnya yang begitu potensial dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

4. Paru-paru Dunia

Indonesia juga dijuluki sebagai paru-paru dunia. Julukan tersebut disematkan karena Indonesia memiliki hutan tropis yang lebat dan luas, bahkan menjadi yang terluas di dunia. Hutan tropis ini pun menjadi sumber oksigen dan salah satu pulau penyumbang hutan hujan tropis yang lebat dan luas terbanyak di Indonesia yaitu Pulau Kalimantan.

5. Negeri Seribu Candi

Indonesia juga memperoleh julukan sebagai negeri seribu candi. Salah satunya, karena selain terdapat banyak candi peninggalan di Indonesia juga terdapat Candi Borobudur, candi yang pernah menjadi satu diantara 7 keajaiban dunia. Hal inilah yang membuat dunia juga menjuluki Indonesia sebagai negeri seribu candi.

Sumber Foto: https://madaniberkelanjutan.id/2020/07/21/menghentikan-deforestasi-dengan-mencegah-karhutala-melalui-pembenahan-sistem-insentif

Hutan hujan tropis memiliki banyak sekali kekayaan alam di dalamnya seperti mengandung ratusan miliar ton karbon dengan keberagaman flora dan fauna. Hutan hujan tropis disebut sebagai rumah bagi setengah populasi flora dan fauna di dunia sebab hutan hujan tropis memiliki banyak sekali manfaat. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai apotek terbesar di dunia karena sebagian besar obat modern berasal dari sana.

Indonesia merupakan salah satu negara beruntung yang dikaruniai oleh Tuhan berupa kekayaan hutan hujan tropis. Bahkan, Indonesia memiliki lahan hutan terbesar ketiga di dunia dengan lahan sebesar 94,1 juta ha atau 50,1% dari total seluruh daratan (Kementerian LHK, 2020). Luasnya lahan hutan Indonesia menjadi modal utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sehingga, hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang dijuluki sebagai paru-paru dunia.

Paru-paru merupakan salah satu organ penting yang memiliki peranan besar dalam menyokong keberlangsungan kehidupan. Namun sangat disayangkan, Indonesia sebagai paru-paru dunia yang menyokong kehidupan dunia harus menderita sesak napas. Hal ini dikarenakan terjadinya deforestasi dan kebakaran hutan yang kian lama semakin mengkhawatirkan. Deforestasi dan kebakaran hutan dapat menimbulkan berbagai ancaman bagi human security.

Deforestasi merupakan kondisi luas hutan yang mengalami penurunan akibat konversi lahan untuk infrastruktur, permukiman, pertanian, pertambangan, dan juga perkebunan (Addinul Yakin, 2017). Perubahan lahan hutan yang menjadi lahan non-hutan menyebabkan pemanasan global akibat dari kebakaran hutan yang sering terjadi. Di Indonesia hampir setiap tahunnya dihadapkan dengan bencana deforestasi dan kebakaran hutan. 

Angka deforestasi di Indonesia yang terus meningkat setiap tahun, dapat dilihat dari tahun 2000 yang mana deforestasi terjadi di wilayah Kalimantan mencapai 33,2 juta hektar. Kemudian turun menjadi 28,3 juta hektar pada tahun 2009, dan kembali turun menjadi 24,8 juta hektar pada tahun 2017. Salah satu faktor dari penurunan luas tutupan hutan adalah masifnya jumlah konsesi yang memanfaatkan kawasan hutan. 

Deforestasi mendorong terjadinya krisis iklim yang bisa berpengaruh besar bagi Kalimantan. Namun tidak hanya di Kalimantan, ternyata dampaknya juga terasa dalam skala internasional. Hal ini dikarenakan Kalimantan yang cukup berdekatan dengan wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam. Dimana, kedua negara tetangga tersebut juga ikut merasakan asap akibat kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan.

Akhir-akhir ini, Indonesia sedang menjadi perhatian dunia karena Indonesia merupakan negara dengan penyumbang utama terhadap perubahan iklim dan kian rentan terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara penyumbang emisi ketiga terbesar di dunia dengan besaran 2.563 MtCO2e setelah negara Amerika dan Cina  (Directorate of Technical Education, 2017). Hal ini bertolak belakang dengan gelar yang disandang oleh Indonesia sebagai paru-paru dunia atau the lungs of the world. Tentu saja, hal tersebut menjadi polemik dengan memperdebatkan apakah Indonesia masih layak untuk mendapatkan gelar tersebut. 

Kemudian, pemerintah Indonesia merespon polemik tersebut dengan melakukan berbagai upaya untuk menurunkan deforestasi. Hal ini dibuktikan dalam KTT Perubahan Iklim atau Leaders Summit on Climate pada tanggal 22 April 2021 yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dengan mengungkapkan bahwa Indonesia berhasil menurunkan tingkat kebakaran hutan hingga 82 persen dan menghentikan konversi hutan alam dan lahan gambut yang mencapai 66 juta Ha. Tentu saja hal ini  menjadi berita yang cukup membahagiakan bagi Indonesia. Namun, disamping itu perlu digaris bawahi juga bahwa kita tidak boleh menjadikan istilah deforestasi  kehilangan makna. Sebab, deforestasi yang seharusnya menjadi alarm ancaman lingkungan hidup di Indonesia menjadi terabaikan.

Isu lingkungan tidak hanya dirasakan oleh satu negara saja atau satu generasi saja, melainkan seluruh negara ikut merasakan dampak dari kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, begitu pula dengan generasi yang mendatang. Sebab, saat ini yang menjadi ancaman bagi suatu negara tidak lagi ancaman berupa fisik atau militer saja. Melainkan, ancaman yang ditimbulkan oleh kemarahan alam akibat ulah manusia yang tidak menjaga serta melestarikan lingkungan.

Oleh karena itu, Indonesia sebagai salah satu negara paru-paru dunia yang saat ini tengah terbekap oleh asap, dapat membenahi diri dengan melakukan berbagai upaya strategis. Misalnya saja dengan melakukan pembangunan ekonomi yang tetap memperhatikan variabel alam. Sebab selama ini  sepertinya Indonesia selalu memprioritaskan pembangunan ekonomi dan mengorbankan lingkungan atau dengan kata lain tidak memperhatikan variabel alam dan lebih memperhatikan variabel ekonomi dan militer. 

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa diperlukannya upaya dari masing-masing individu. Sebab, selama ini kita mengetahui bahwa kerusakan alam juga disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Sehingga, apabila manusia masih tidak melestarikan lingkungan dan terus membakar hutan hingga paru-paru dunia habis, maka dapat diperkirakan bahwa tingkat populasi manusia di dunia akan menurun drastis. Ancaman ini sangat jelas dan nyata, bahkan ancaman kerusakan lingkungan dan perubahan iklim tidak bisa dihindari oleh siapapun. Tetapi, apabila setiap individu mau berubah masih ada waktu untuk memperbaiki ini. 

Jakarta -

Keberadaan hutan hujan merupakan solusi bagi memburuknya iklim yang disebabkan emisi karbon. Hal tersebut dikarenakan, hutan hujan bisa menjadi senjata penyerap emisi karbon yang ampuh.

Persatuan Konservasi Alam Internasional (IUCN) mengungkapkan bahwa hutan merupakan sumber, sekaligus penyelamat masalah emisi karbon dunia.

Sebanyak 25 persen emisi global berasal dari sektor darat dan deforestasi merupakan penyumbang emisi tersebut.

Meski begitu, hutan tetap dapat menjadi solusi dalam menangani masalah iklim karena mampu menyerap 2,6 miliar ton karbondioksida. Jumlah ini merupakan sepertiga dari jumlah karbon yang dilepaskan akibat pembakaran bahan bakar fosil.


Oleh karena itu, keberadaan hutan hujan di berbagai belahan dunia memiliki peran penting dalam menjaga nafas panjang bumi di masa depan. Atas peran ini, hutan hujan juga kerap disebut sebagai paru-paru dunia.

Lantas, negara mana saja yang disebut sebagai paru-paru dunia? Berikut daftar lengkapnya.

Daftar negara paru-paru dunia:


1. Brasil

Mengutip dari Greenpeace, Brasil merupakan negara dengan hutan hujan yang besar di dunia. Brasil juga memiliki bertanggung jawab melindungi hutan hujan terbesar di dunia, yakni Hutan Amazon.

Sebenarnya hutan Amazon terletak di sembilan negara, yakni Brasil, Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis. Namun, menurut Britannica, 40 persen Hutan Amazon berada di Brasil.

Meski menjadi paru-paru dunia, hutan Amazon telah kehilangan lebih dari 18 persen wilayahnya selama 40 tahun terakhir. Beberapa alasan hilangnya wilayah hutan ini adalah karena penebangan liar, peternakan kedelai, dan peternakan sapi.

2. Kongo

Dilansir dari laman National Geographic, Kongo menjadi negara paru-paru dunia kedua dengan hutan hujan terbesar di dunia dengan 60 persen wilayah.

Hutan hujan Kongo sendiri merupakan dua pertiga dari luasan Cekungan Basin. Oleh karena itu, hutan di sini memainkan peran sentral dalam keseimbangan ekologi Bumi.

Bahkan hutan hujan ini menyimpan stok air untuk seluruh benua Afrika. Tak hanya itu, sebuah studi mengatakan bahwa pohon yang ada di Cekungan Kongo dapat menyimpan karbon tiga kali lebih banyak dibandingkan pohon di Amazon.

3. Indonesia

Negara paru-paru dunia lainnya tidak lain adalah Indonesia. Meski terus mengalami penurunan akibat kebakaran hutan dan pengalihan fungsi lahan namun Indonesia masih menyumbang penyerap emisi karbon yang besar.

World Resources Institute (WRI) menjelaskan bahwa sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Luasnya di dunia hanya kalah dari hutan di Brasil dan Republik Demokrasi Kongo.


Selain itu, Indonesia juga memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Luasnya diperkirakan mencapai 4,25 juta hektare pada awal 1990-an.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (KLHK), luas hutan Indonesia mencapai 94,1 juta hektar atau 50,1 persen dari total daratan pada 2019.

Namun, seperti hutan di berbagai negara, hutan di Indonesia juga mengalami ancaman deforestasi yang terus menerus membahayakan paru-paru dunia.

Simak Video "Bahaya Nyata Perubahan Iklim di Hutan Amazon"



(faz/pay)