Mengapa kuwait menurunkan harga minyak

HOUSTON, investor.id – Harga minyak sedikit berubah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena ekspektasi bahwa produsen-produsen utama akan terus mengurangi pasokan global mengurangi kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan minyak yang melambat akibat perang dagang AS-Tiongkok.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, menambahkan US$ 0,43 menjadi menetap pada US$54,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik US$0,04 menjadi ditutup pada US$58,57 per barel di London ICE Futures Exchange.

Para investor terpecah antara ekspektasi perlambatan pertumbuhan permintaan minyak global dan obrolan tentang upaya-upaya baru oleh produsen-produsen utama untuk mengurangi produksi dan mendukung harga, kata analis.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dikneal sebagai OPEC+, telah sepakat untuk memotong 1,2 juta barel [er hari (bph) mulai 1 Januari.

Kuwait berkomitmen penuh pada perjanjian OPEC+. Menteri Perminyakan Khaled al-Fadhel mengatakan menambahkan bahwa Kuwait telah memangkas produksinya sendiri lebih dari yang dipersyaratkan dalam perjanjian.

Dia mengatakan kekhawatiran penurunan ekonomi global dibesar-besarkan dan mengatakan permintaan global untuk minyak mentah akan meningkat di paruh kedua, membantu mengurangi surplus persediaan minyak secara bertahap.

Para analis mengatakan dalam sebuah tanda bahwa pemimpin OPEC de-facto Arab Saudi bermaksu mendukung harga, Saudi Aramco yang dikelola Negara siap untuk meluncurkan apa yang bisa menjadi penawaran umum perdana terbesar di dunia.

Pemrintah Saudi akan memutuskan kapan IPO akan berlangsung berdasarkan persepsi tentang apa yang akan menjadi kondisi pasar optimal, kata eksekutif senior Aramco Khalid al-Dabbagh dalam sebuah konferensi jarak jauh dengan para analis.

Ia mengatakan Saudi Aramco telah menandatangani surat perjanjian dengan Reliance India yang berpotensi membeli saham dalam bisnis penyulingan dan petrokimia.

“Saudi akan membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk IPO-nya, dan ini menegaskan mereka akan melakukan apapun untuk menaikkan harga minyak,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

Analis mengatakan pengurangan lebih banyak diperlukan untuk mendukung harga karena pengamat dan lembaga pemerintah mengeluarkan prediksi suram untuk ekonomi global dan pertumbuhan permintaan minyak.

Prospek ekonomi telah memburuk di seluruh dunia karena perselisihan dagang AS-Tiongkok yang meningkat, demikian lembaga ekonomi Ifo Jerman dalam survey triwulanannya terhadap hampir 1.200 pakar di lebih dari 110 negara.

Ketegangan antara AS dan Iran juga terlihat berkontribusi pada penguatan harga minyak, kata para analis.

Melemahnya dolar juga menopang harga minyak karena para investor khawatir perang dagang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS, kata para analis. Greenback yang lebih lemah membuat minyak mentah dalam denominasi dolar AS lebih murah untuk pembeli asing. (gr/ant)

Editor : Gora Kunjana ()

Sumber : Investor Daily

Mengapa kuwait menurunkan harga minyak

Bisnis.com, JAKARTA - Dua anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Irak dan Kuwait, ikut memotong harga minyak mentah untuk penjualan April, mengikuti langkah Arab Saudi. Uni Emirat Arab juga melakukan pemangkasan harga kendati tidak signifikan jika dibandingkan dengan Arab Saudi.

Dilansir Bloomberg, Rabu (11/3/2020), berdasarkan pengumuman resmi, Irak memangkas harga jual resmi sebesar US $5 per barel untuk minyak mentah Basrah Light yang dijual ke Asia untuk pengiriman April. Angka itu berada di bawah diskon US $6 per barel untuk minyak kelas Arab Medium yang sebanding dengan produk Aramco. Selain itu, Kuwait juga mengurangi harga jualnya ke pelanggan Asia sama seperti Saudi.

Pemerintah Arab Saudi sebelumnya mendiskon harga minyak mentah dunia sebesar 30 persen menjadi US $31,02 per barel menyusul gagalnya pembicaraan dengan Rusia di forum OPEC+.

Sedangkan Uni Emirat Arab, satu-satunya produsen utama yang masih menetapkan harga berlaku surut, menurunkan biaya four grade-nya untuk penjualan Februari sebesar US $1,63 per barel dari Januari 2020. Namun, patokan minyak mentah Murban dijual dengan pemangkasan lebih dalam di pasar spot. Ketiga produsen mengirimkan sebagian besar ekspornya ke Asia.

Awal pekan ini, diketahui harga minyak mentah anjlok ke angka US $30 per barrel dan menyebabkan pergolakan di luar pasar karena perang harga antara Arab Saudi dan Rusia mengancam anggaran di negara-negara produsen. Selain itu, perkembangan ini juga menekan nilai pasar perusahaan-perusahaan energi.

Perusahaan minyak pelat merah Arab Saudi, Aramco, yang merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia merupakan yang pertama memangkas harga minyak mentah. Aramco juga menyatakan akan membanjiri pasar dengan seperempat lebih banyak minyak pada bulan depan.

Sedangkan Irak secara luas menyesuaikan harga dengan cara yang mirip Arab Saudi. Dengan tidak menetapkan harga minyak semurah Aramco, Irak dapat menenangkan kemelut antara Arab Saudi dan Rusia. Irak berusaha untuk menjembatani sudut pandang produsen minyak guna mencapai kesepakatan untuk menstabilkan dan menyeimbangkan kembali pasar.

"Setiap perang harga untuk mendapatkan pangsa pasar terbesar tidak melayani kepentingan negara-negara produsen," kata juru bicara Kementerian Perminyakan Irak Asim Jihad, dilansir Bloomberg, Rabu (11/3/2020).

Menurut seorang sumber, perusahaan minyak milik Irak, State Organization for Marketing of Oil (SOMO), berencana untuk meningkatkan ekspor pada April. Pengiriman dari pelabuhan di Basra dan pengapalan minyak oleh SOMO melalui pipa yang melewati Turki akan naik dari 3,6 juta menjadi 3,7 juta barel per hari. SOMO menjual 3,44 juta barel setiap hari pada Maret.

Sementara itu, Kuwait menetapkan official selling price (OSP) minyak mentah April bagi pelanggan Asia dengan potongan US $4,65 per barel untuk patokan regional. Harga itu 60 sen lebih rendah dari Arab Medium Aramco dan US $1,45 di bawah Basrah Light Irak. Sedangkan ekspor Kuwait ke Eropa Barat Laut mencatatkan rekor terendah potongan harga senilai US $12,60.

Di sisi lain, Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) menyatakan pihaknya selalu menetapkan harga retroaktif yang wajar dan konsisten dengan kondisi pasar. Perusahaan minyak milik negara itu kemungkinan akan mengubah metode penetapan harganya ketika memperkenalkan Murban berjangka pada akhir tahun ini.

Minyak mentah Murban yang akan dimuat pada Mei diperdagangkan pada harga diskon yang lebih besar di pasar spot, sebesar US $2,10 per barel pada perdagangan kargo, dibandingkan dengan US $1,20 bulan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Editor : Hadijah Alaydrus

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Apa Penyebab Perang Irak Kuwait?

Kekecewaan Saddam Husein terhadap negara-negara Timur Tengah yang dahulu pernah beraliansi dengan Irak saat Perang Teluk I, khususnya Uni Emirat Arab dan Kuwait. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pencaplokan Irak atas Kuwait ialah ambisi Saddam Hussein untuk menjadi pimpinan Arab.

Mengapa Amerika Serikat melakukan serangan ke Irak setelah Irak menginvasi ke Kuwait?

Perang ini dipicu oleh banyak hal, salah satunya adalah perkara minyak dan utang Irak. Dalam perkembangannya, Perang Teluk II tidak hanya melibatkan dua negara tersebut, tetapi juga Amerika Serikat, yang memihak Kuwait. Alasan utama Amerika Serikat membantu Kuwait dalam Perang Teluk adalah karena kepentingan ekonomi.

Apa penyebab terjadinya Perang Teluk 1?

Latar Belakang Perang Teluk 1 Sejak awal, Irak dan Iran sudah memiliki perselisihan terhadap permasalahan teritorial, dan ketegangan di antara dua negara ini kembali muncul sepanjang tahun 1970-an. Ketegangan di antara dua negara ini, dipicu oleh sengketa wilayah Shatt Al-Arab dan Khuzestan.

Bagaimana akhir dari perang Irak Kuwait?

Irak pun kewalahan menghadapi serangan itu karena kualitas senjata mereka kalah jauh dengan pasukan koalisi. Kuwait akhirnya dapat dibebaskan dalam waktu kurang dari empat hari. Mayoritas angkatan bersenjata Irak menyerah dan mundur ke Irak. Pada 28 Februari 1991, Presiden George HW Bush mengumumkan gencatan senjata.