Mengapa harga solar untuk industri anjlok di tahun 2022

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Pertamina  (Persero) Nicke Widyawati menyatakan penjualan minyak solar untuk kalangan industri turun hingga 11 persen.

“Kalau dilihat penjualan ke industri turun tapi di ritel naik, jadi ada perpindahan,” kata Nicke setelah memantau penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Palembang, Sumatera Selatan, dikutip dari Antara, Minggu (3/4/2022).

Menurutnya, kondisi ini perlu diantisipasi dengan regulasi karena industri besar tak diperkenankan menggunakan minyak solar subsidi.

Mengacu pada Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014, pengguna yang berhak atas solar subsidi untuk sektor transportasi adalah kendaraan bermotor plat hitam untuk pengangkut orang atau barang, kendaraan bermotor plat kuning kecuali mobil pengangkut hasil tambang dan perkebunan dengan roda lebih dari enam.

Lalu, kendaraan layanan umum (ambulans, pemadam kebakaran, pengangkut sampah), kapal angkutan umum berbendera Indonesia, kapal perintis, serta kereta api penumpang umum dan barang, juga berhak menggunakan solar subsidi.

Adanya penurunan hingga 11 persen untuk penjualan BBM industri ini sebenarnya dapat terklarifikasi dengan adanya antrean kendaraan di SPBU untuk mendapatkan solar subsidi. Lantaran belum ada regulasi yang mempertegas, Nicke mengharapkan muncul kesadaran dari pelaku industri besar untuk tidak mengambil jatah subsidi para pelaku industri kecil.

“Subsidi ini hanya kendaraan umum dan kendaraan pengangkut barang-barang logistik, yang bertujuan agar harga-harga kebutuhan pokok tidak naik,” kata dia.

Karena itu, demi menjamin kebutuhan angkutan logistik, pemerintah memutuskan tetap memberikan subsidi untuk minyak solar, walau bantuan yang diberikan relatif besar yakni Rp7.800 untuk tiap liter. Ini juga berlaku untuk gas LPG 3 kilogram, yang mana setiap kilogram disubsidi pemerintah Rp11.000.

“Diharapkan dengan upaya ini, harga-harga tetap stabil, jangan sampai ada isu-isu lain karena faktanya pemerintah terus memberi subsidi,” kata dia.

Saat ini penyaluran solar subsidi oleh Pertamina telah melebihi kuota sekitar 10 persen per Februari untuk skala nasional. Sementara, untuk wilayah Sumsel sudah melebihi kuota hingga 12 persen.

Ia menambahkan adanya geliat ekonomi di sejumlah daerah penghasil batu bara dan minyak sawit terutama di Sumatera dan Kalimantan telah mendorong lonjakan permintaan solar subsidi. Kondisi ini juga terjadi di Sulawesi Selatan yang juga memiliki sejumlah industri pengolahan.

“Sebenarnya ini patut disyukuri, artinya ekonomi kita recovery lebih cepat. Tapi tantangannya, bagaimana menyediakan kebutuhan BBM, dan sejauh ini pemerintah menjamin tetap memberikan subsidi,” kata Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Sumber : Antara

Editor : Amanda Kusumawardhani

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Bisnis.com, JAKARTA – Kelangkaan solar subsidi belakangan ini ditengarai merupakan imbas dari disparitas harga yang lebar antara solar subsidi dan nonsubsidi.

PT Pertamina (persero) mencatat penjualan solar nonsubsidi untuk industri turun hingga 11 persen. Mengacu pada Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014, pengguna yang berhak atas solar subsidi untuk sektor transportasi adalah kendaraan bermotor plat hitam untuk pengangkut orang atau barang, kendaraan bermotor plat kuning kecuali mobil pengangkut hasil tambang dan perkebunan dengan roda lebih dari enam.

Solar dexlite awalnya dibanderol dengan harga Rp9.700 per liter pada Januari 2022, lalu naik menjadi Rp12.400 per liter pada Februari dan kembali naik menjadi Rp13.250 per liter pada Maret 2022.

Kenaikan harga ini disebut-sebut menjadi penyebab kalangan industri untuk beralih membeli solar subsidi yang harganya hanya dipatok Rp5.150 per liter, yang memicu kelangkaan solar di sejumlah daerah.

Ketua Umum ASPEBINDO (Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia) Anggawira menyatakan tingginya harga solar nonsubsidi mempengaruhi kegiatan distribusi batu bara.

“Selama ini kami menggunakan solar nonsubsidi. Dengan adanya kenaikan harga [solar non subsidi], terlebih jika harga melambung cukup tinggi, dapat mengganggu aktivitas distribusi batu bara,” papar Anggawira kepada Bisnis, Senin (4/4/2022).

Adapun untuk kenaikan harga solar nonsubsidi, ia menilai hal itu tidak mempengaruhi kegiatan produksi batu bara secara signifikan sebagaimana kegiatan distribusi.

“Untuk kegiatan produksi [batu bara], tidak berpengaruh secara signifikan. Karena sudah disusun dari RKAB [Rencana Kerja dan Anggaran Biaya] tambang, mengenai berapa [batu bara] yang diproduksi. Tetapi kembali lagi, jika harga solar non subsidi naik cukup tinggi, pasti akan terpengaruh juga,” tutur Anggawira.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menduga ada peralihan konsumsi oleh kalangan usaha dari solar nonsubsidi ke subsidi sehingga menyebabkan kelangkaan solar.

“Kalau dilihat penjualan ke industri turun tapi di ritel naik, jadi ada perpindahan,” kata Nicke setelah memantau penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Palembang, Sumatera Selatan, dikutip dari Antara, Minggu (3/4/2022).

Menurutnya, kondisi ini perlu diantisipasi dengan regulasi karena industri besar tak diperkenankan menggunakan minyak solar subsidi.

“Subsidi ini hanya kendaraan umum dan kendaraan pengangkut barang-barang logistik, yang bertujuan agar harga-harga kebutuhan pokok tidak naik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Editor : Amanda Kusumawardhani

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Berapa harga solar per liter 2022?

Rinciannya yakni Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian, Solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Solar Langka karena apa?

Pertama, penyebab kelangkaan solar yang terjadi di berbagai daerah akibat berkurangnya kuota BBM solar subsidi tahun 2022 dibanding kuota tahun sebelumnya. "Kuota solar subsidi untuk tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya hanya 14,9 juta KL atau turun dari kuota tahun sebelumnya yang mencapai 15,4 juta KL.

Apa beda solar industri dan solar biasa?

Solar industri adalah BBM yang dijual oleh rekanan Pertamina ke kalangan industri seperti pabrik. Sedangkan Solar subsidi adalah BBM yang dijual di POM Bensin Pertamina untuk kendaraan berbahan bakar solar.

Kenapa susah beli solar?

Selain soal kuota, kelangkaan solar juga diduga terjadi karena adanya penyelewengan penggunaan solar subsidi oleh industri besar, seperti perusahaan tambang dan sawit.