Mengapa gerakan 3A tidka berhasil menarik simpati rakyat Indonesia?

KOMPAS.com - Tiga A adalah propaganda dari Kekaisaran Jepang yang dibentuk pada masa Perang Dunia II. 

Semboyan dari Tiga A adalah:

  • Nippon Pemimpin Asia
  • Nippon Pelindung Asia
  • Nippon Cahaya Asia

Dibentuknya Tiga A bertujuan untuk mendapat dukungan rakyat dan tokoh Indonesia.

Namun, karena upaya ini tidak berhasil, maka Jepang memutuskan untuk membubarkan Gerakan Tiga A. 

Baca juga: Philip Christison, Panglima Pasukan Sekutu di Indonesia

Alasan Jepang Membubarkan Tiga A

Gerakan Tiga A didirikan pada 29 April 1942, tepat dengan Hari Nasional Jepang yaitu kelahiran (Tencosetsu) Kaisar Hirohito.

Ketua dari Gerakan Tiga A adalah Mr Syamsuddin. Ia merupakan tokoh politik terkemuka waktu itu yang sangat dekat dengan pemerintah. 

Tujuan Jepang membentuk Tiga A adalah agar mendapatkan rasa simpati dari rakyat Indonesia dan agar rakyat Indonesia mau membantu Jepang. 

Awalnya, pemerintah Jepang berusaha untuk mendekati para nasionalis yang lunak terhadap pemerintahannya dan dianggap dapat diajak kerjasama dengan pemerintah Jepang. 

Cara ini dimaksudkan agar para nasionalis dapat langsung diawasi.

Saat itu, para nasionalis garis keras masih sangat sulit untuk didekati oleh Jepang, sehingga pemerintah Jepang menyiasati dengan mempengaruhi para nasionalis yang lunak lebih dulu.

Namun, karena gagal dengan mereka, maka pemerintah Jepang mau tidak mau mulai untuk mendekati para nasionalis yang bergaris keras. 

Gerakan Tiga A pertama kali melakukan kegiatan di Surabaya, tetapi gerakan ini kurang mendapat perhatian rakyat.

Gerakan Tiga A saat itu dianggap terlalu menonjolkan Jepang dan bukan gerakan kebangsaan. 

Baca juga: Pengungsi Vietnam 1975

Alhasil, gerakan Tiga A umumnya dibenci banyak orang, karena lebih banyak "menggolong" daripada menolong. 

Bagi golongan intelektual yang bergerak dalam politik Tiga A, gerakan ini juga dianggap kurang menarik karena tidak memberikan manfaat dalam perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan. 

Banyaknya tanggapan negatif terhadap gerakan Tiga A ini dibuktikan dengan kurangnya rasa simpati dari rakyat Indonesia.

Padahal tujuan awal dari Gerakan Tiga A adalah untuk mendapat dukungan rakyat Indonesia.

Karena dianggap gagal, maka pemerintah Jepang memutuskan untuk membubarkan Tiga A. Gerakan Tiga A resmi berakhir pada akhir tahun 1942. 

Referensi: 

  • Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoened Poesponegoro. (2019). Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda (1900-1942). Jakarta: Balai Pustaka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 


Page 2

"Angka 4 dalam bahasa Mandarin artinya 'shi' atau kematian, dan bahasa Jepang 'shi' itu kesedihan," kata Bambang.


Page 3

Google baru saja merilis Pixel 3a dan Pixel 3a XL, tapi sudah beredar kabar bahwa perusahaan tersebut sedang menyiapkan ponsel papan tengah berikutnya

tirto.id - Semboyan atau Gerakan 3A merupakan salah satu propaganda oleh Jepang untuk mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia. Sejarah pendudukan militer Jepang atau Dai Nippon di Indonesia berlangsung sejak tahun 1942 hingga 1945.Jepang menduduki wilayah Indonesia setelah Belanda menyerah tanpa syarat melalui Perjanjian Kalijati yang ditandatangani tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Perundingan ini dilakukan lantaran kekalahan Belanda di Perang Asia Timur Raya atau Perang Dunia Kedua.Selama menjajah Indonesia, pemerintahan militer Jepang melancarkan berbagai propaganda demi merebut simpati rakyat. Dai Nippon membutuhkan dukungan rakyat karena masih harus menghadapi Sekutu di Perang Dunia Kedua, sekaligus mengeruk sumber daya di Indonesia untuk membiayai perang.

Latar Belakang Sejarah

Propaganda merupakan usaha untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan sikap, demikian menurut Carl Hovland dalam buku berjudul Propaganda (2007).Nurdiana dalam penelitiannya bertajuk "Pengajaran Bahasa Jepang Sebagai Bentuk Propaganda pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945" (2009), menyebutkan bahwa gerakan propaganda oleh Jepang telah dilakukan jauh sebelum mereka menduduki Indonesia. Tahun 1917, misalnya, Jepang menjalin kerja sama dengan perusahaan minyak asal Inggris, yaitu Anglo Petroleum. Perjanjian kerja sama ini kemudian memberikan mereka akses untuk bersentuhan langsung dengan wilayah Indonesia, khususnya di Tarakan, Borneo bagian utara.

Oleh sebab itu, ketika Jepang datang ke Indonesia pada 1942, Tarakan merupakan daerah pertama yang diduduki. Ketika, secara resmi menguasai wilayah Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, Dai Nippon semakin gencar melakukan propagandanya di Indonesia.


Sejarah, Isi, dan Tujuan Gerakan 3A

Dikutip dari buku Menudju Kemerdekaan (1964) karya Abdulsalam, Gerakan 3A yang dibentuk oleh Jepang diterapkan untuk membantu usaha peperangan mereka melawan Sekutu di Perang Dunia Kedua.Gerakan 3A dicetuskan pada 29 April 1942, bertepatan dengan hari nasional Jepang yang juga merupakan hari lahir Kaisar Hirohito. Pembentukannya digagas oleh Kepala Departemen Propaganda Jepang, Hitoshi Shimizu. Demi mendapat dukungan dari rakyat Indonesia, maka Hitoshi Shimizu kemudian menggandeng tokoh nasional yakni Mr. Syamsuddin sebagai Ketua Gerakan 3A. Adapun isi dari propaganda Gerakan 31 adalah:
  • Nippon Pemimpin Asia
  • Nippon Pelindung Asia
  • Nippon Cahaya Asia
Akan tetapi, Gerakan 3A ini tidak bertahan lama karena lebih berorientasi kepada Jepang ketimbang rakyat Indonesia. Mohammad Hatta dalam Memoir (1979) menyebutkan bahwa Gerakan 3A tidak disukai karena lebih banyak "menggolong" daripada menolong. Gerakan 3A berakhir pada 1943 setelah mendapat banyak protes keras dari rakyat dan pemimpin Indonesia.

Gerakan Propaganda Jepang Lainnya

Selain Gerakan 3A, Jepang juga melakukan gerakan propaganda lain yang langsung menjurus kepada komunitas. Komunitas yang dimaksud di sini ialah suatu kelompok yang memiliki pengaruh besar.

Hadidjah dalam penelitiannya bertajuk "Kontribusi Pendudukan Jepang Bagi Persatuan Umat Islam di Indonesia" yang terhimpun dalam jurnal Hunafa (Volume 4, 2007) menyebutkan, Jepang memanfaatkan ketidaksukaan umat Islam di Indonesia kepada Belanda dengan mengakomodir kepentingan mereka.

Pengakomodiran ini diwujudkan dengan dibentuklah badan-badan keagamaan maupun keislaman. Usaha yang dilakukan Jepang ialah membentuk Shumubu (Departemen Agama) dan Shumuka (Kantor Urusan Agama).

Selain itu, Jepang juga membentuk Majelis Syurah Muslim Indonesia (Masyumi) serta Majelis Agama Islam untuk Bantuan Kemakmuran Asia Timur Raya (MAIBKARTA).

Dai Nippon menyasar pula komunitas Jawa sebagai upaya menghimpun masa yang lebih besar. Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945 (1993), menyebutkan bahwa ada beberapa gerakan berbasis kebudayaan yang dibentuk Jepang di Jawa.

Berbagai propaganda Jepang itu pada awalnya mendapatkan simpati. Tetapi seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia tidak lagi tertarik karena apa yang dilakukan pada nyatanya tidak jauh berbeda dari Belanda. Tahun 1945, Jepang mengalami serangkaian kekalahan di Perang Asia Timur Raya atau Perang Dunia Kedua dari Sekutu. Hingga akhirnya, Jepang menyerah kepada Sekutu dan membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.